Bahaya Media Sosial dalam Pembentukan Karakter Anak pada Masa Pandemi Covid-19

Bahaya Media Sosial Anak

Saat ini informasi dapat dengan mudah kita ketahui. Tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk mengetahui sebuah peristiwa. Akibatnya informasi menjadi salah satu  komsumsi masyarakat. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat kita semakin mudah mengakses semua hal yang kita inginkan. Di masa sekarang ini penggunaan teknologi yang canggih tidak hanya untuk kelas atas saja. Jika di tinjau kembali penggunaan media sosial tidak hanya untuk kalangan dewasa saja. Perkembangan teknologi saat ini sungguh tidak mengenal usia. Baik itu orang tua, remaja, dan anak-anak kita semua dapat menggunakan kemajuan teknologi tanpa batas. Keadaan seperti ini juga sangat di dukung dengan kondisi dunia kita saat ini.

WFH Meningkatkan Penggunaan Platform Online

Dimasa pandemi covid-19 ini dengan tegas pemerintah memberhentikan semua kegiatan kontak langsung masyarakat. Pemerintah membuat kebijakan untuk melakukan semua kegiatan dari rumah saja. Gerakan ini biasa di sebut dengan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah. Kebijakan yang dilakukan pemerintah merupakan upaya baik untuk meminimalisir penyebaran covid-19. Dengan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah ini, membutuhkan media untuk menjalankannya. Pastinya media yang digunakan adalah internet. Dengan bermodalkan teknologi, kita bisa menyelesaikan semua pekerjaan tanpa harus datang kesekolah ataupun ke kantor.

Gerakan work from home (WFH) ini tentu saja dilaksanakan oleh semua masyarakat Indonesia. Baik itu untuk pekerja ataupun pelajar.  Pembelajaran yang dilakukan secara Online tentu membutuhkan media. Media yang biasanya dipakai seperti WhatsApp, Zoom, Google Classroom, Google Meet, dan media lainya. Dengan pembelajaran daring ini tentu saja anak harus menguasai penggunaan teknologi yang canggih ini. Anak dipaksa untuk membiasakan diri menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran, guna mengikuti proses pembelajaran. Akibatnya tak jarang banyak anak yang merasa jenuh dan bosan akan pembelajaran Online ini. Bagaimana tidak merasa bosan? Anak-anak khususnya tingkat TK-SD sewajarnya masih sanggat membutuhkan kontak langsung dengan orang-orang di sekitarnya.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Selalu Ada Sisi Baiknya: Perubahan Membawa Harapan Baru di Tengah Pandemi Covid-19

Media Sosial sebagai Hiburan Anak-Anak

Akibat rasa jenuh dan bosan yang dialami oleh anak, maka anak memerlukan hiburan secara Online juga. Saat ini tidak sulit menemukan anak yang menggunakan berbagai media sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan teman dan sebagai hiburan Online. Media yang digunakan seperti Instagram, Facebook, Twitter, Telegram, Tik tok, Mobile Legend, dan media hiburan lainya. Dengan media tersebut anak dengan mudah berkomunikasi dengan teman-teman mereka, tidak hanya sebatas itu mereka juga dengan mudah menemukan teman baru mereka. Mereka juga bisa mendapat berbagai hiburan dan permainan seperti di aplikasi Tiktok, Mobile Legend,  dan media lainya. Tentu saja dengan bantuan media-media tersebut, rasa jenuh dan bosan yang dialami akan dapat teratasi.

Akan tetapi dari sekian banyaknya manfaat media Online dia atas, bahaya akibat penggunaan media sosial juga cukup besar. Terlebih untuk usia anak-anak hingga remaja. Pada masa ini kebanyakan dari mereka masih sanggat labil dan mudah terpengaruh dengan apa yang mereka lihat. Kebanyakan dari mereka menggunakan media sosial sebagai wadah untuk menghibur diri saja. Tentu saja tidak semua anak mengerti bagaimana cara menggunakan media sosial yang baik dan benar. Terlebih untuk anak yang masih di bawah umur.

Rentannya jiwa anak dan media sosial sebagai aktivitas pokok tentu menarik perhatian khusus. Ditambah lagi tidak adanya persyaratan khusus untuk menggunakan media sosial tersebut. Akibatnya tentu anak akan terkena dampak negatif tanpa mereka sadari. Dampak negatif dari penggunaan media sosial sekarang ini pasti sudah lumrah di telinga masyarakat. Ironisnya meskipun sudah lumrah tak sedikit dari masyarakat Indonesia yang kesulitan untuk mengontrol penggunaan media sosial. Tentu saja segala kegiatan tanpa pengontrolan diri akan berdampak negatif.

Baca Juga: Proses Pembelajaran Terganggu Akibat Pandemi Covid-19

Bahaya Media Sosial

TikTok

Bahaya yang timbulkan dari penggunaan media sosial secara berkelanjutan sangat beragam. Dampak yang dihasilkan juga berbeda-beda. Contoh kecil yang dapat dengan mudah kita jumpai adalah penggunaan aplikasi  Tiktok . Jika kita lihat dari dampak positif penggunaan Tiktok tentu sanggat banyak fungsinya. Tetapi bagaimana dengan mereka yang menggunakan Tiktok tanpa memperhatikan etika? Inilah yang menjadi problematik pada anak. Anak yang menggunakan aplikasi Tiktok tentu saja akan melihat apa yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah membuat konten video. Terlepas dari baik buruknya konten yang ditonton oleh anak, mereka akan mengikut apa yang mereka lihat dan dengar.

Mereka yang menggunakan Tiktok  dengan tidak senonoh tidak heran akan menjadi trending dan menjadi viral. Bersamaan dengan hal tersebut anak akan dengan sengaja mengikuti konten tersebut. Hak ini tidak hanya sekedar asumsi ataupun argumen saja. Kita bisa melihat banyaknya kasus-kasus yang merenggut nyawa akibat dari menirukan konten yang ada di Tiktok. Tidak hanya itu, banyak pula anak yang mengalami gangguan kejiwaan akibat dari terlalu mengikuti konten video yang ada di aplikasi Tiktok  tersebut.

Mengikuti gaya hidup orang lain tidaklah tindakan yang salah. Akan tetapi yang menjadi masalahnya. Mampukah kita mengikuti gaya hidup mereka?  Baikkah gaya hidup yang mereka jalani? Tentu saja sebagian besar anak tidak akan  mempertimbangkan hal tersebut. Mereka akan cenderung lebih peduli terhadap hasrat mereka. Kita juga tentu saja tidak bisa menyalahkan pihak Tiktok. Karena pada dasarnya aplikasi tersebut tidak akan memberi dampak yang buruk jika pengguna dari media tersebut membuat konten-konten yang bermanfaat dan berfaedah.

Twitter dan Mobile Legend

Tidak hanya Tiktok, media-media lainnya yang juga menimbulkan dampak negatif jika tidak dikontrol. Contoh lainya seperti Twitter dan Mobile Legend. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, media yang kita gunakan tidak salah, yang menjadi masalahnya yaitu pengguna dari media tersebut. Contohnya pada aplikasi Twitter, di dalam aplikasi ini kita dapat dengan cepat dan mudah menemukan berita terbaru. Akan tetapi, dalam penggunaan media ini banyak dari remaja yang salah menggunakannya. Tidak hanya sampai di situ, komentar-komentar yang dilontarkan dalam Twitter juga terkadang tidak senonoh. Terlebih lagi penggunaan bahasa gaul di Twitter yang dengan cepat ditiru oleh pengguna lainya karena dianggap keren.

Media hiburan selanjutnya seperti Mobile Legend.  Media ini tentu tidak asing kita dengar. Jika kita tinjau kembali sekarang ini anak mulai usia 4 tahun sudah mengenal permainan ini. Salahkah jika anak terlalu dini mengenal game online? Jawabannya tentu saja tidak, kia dalam penggunaannya anak masih bisa membatasi diri. Akan tetapi pertanyaannya, apakah anak usia 4 tahun sudah bisa membatasi diri mereka? Tentu saja jawabannya juga tidak. Semua ini tidak bisa terlepas dari pantauan orang tua. Tetapi, bisakah orang tua mengawasi anaknya dalam waktu 24 jam?

Sesungguhnya tanpa dijelaskan pun kita sudah mengetahui bagaimana dampak buruk dari kecanduan game online ini. Kita akan menemui banyak kasus dari penggunaan game online ini. Seperti kerusakan pada mata, kejang-kejang akibat radiasi cahaya handphone atau komputer, pemikiran agresif ataupun perilaku agresif, bahkan sampai kepada kematian. Game Online memang merupakan salah satu sarana hiburan yang sangat asyik. Sehingga ada juga mereka yang bisa memanfaatkan media ini dengan benar sehingga tidak hanya dapat menghibur tetapi juga dapat menjadi sumber penghasilan. Hal ini tentu saja bisa di lakukan oleh mereka yang memiliki kontrol diri yang tinggi.

Jika kita perhatikan seseorang saat bermain game online, mereka akan sangat fokus dengan layar ponsel mereka. Tak jarang mereka juga mengeluarkan kata-kata kotor saat mereka mengalami kekalahan saat bermain game. Tidak hanya itu bahkan mereka akan lebih cenderung tidak peduli terhadap situasi di sekitar mereka. Kita bisa melihat fenomena ini pada anak-anak ataupun bahkan orang dewasa. Game online itu sendiri memang sanggat mampu membangkitkan emosi kita. Memiliki daya tarik yang kuat dan  membuat kita tidak mampu berpaling dari game online tersebut.

Antisipasi Dampak Negatif Media Sosial

Semua media yang digunakan pada dasarnya akan menjadi bumerang jika penggunanya salah menggunakannya. Itulah sebabnya mengapa kontol diri sangat diperlukan. Terlebih di situasi pandemi seperti ini. Media sosial menjadi sarana yang paling tepat untuk menghibur diri. Akan tetapi hiburan akan menjadi malapetaka jika tak barengi dengan kontrol diri, etika dan norma. Dari permasalahan yang sudah kita bahas sebelumnya dapat menjadi pembelajaran. Seperti yang pada kasus-kasus di atas, dapat kita pahami bahwa media sosial juga berperan penting dalam pembentukan karakter anak.

Seperti yang kita ketahui bahwa perilaku dan karakter akan terbentuk juga dari lingkungan tempat tinggal. Anak yang sudah terpengaruh dengan gaya hidup yang mereka lihat di Tiktok, Instagram, akan mereka jadikan sebagai contoh mereka. Jika mereka terbiasa melihat konten-konten yang mengenakan baju-baju terbuka, maka secara perlahan si anak akan mengikuti acara berpakaian tersebut. Jika mereka cenderung melihat konten-konten yang menggunakan  berbagai barang bermerek, mereka dengan  sendirinya juga akan menginginkan hal tersebut. Ironisnya dengan demikian mereka akan mengikuti tren tanpa memikirkan apakah itu begitu penting atau tidak.

Baca Juga: Mendidik Anak dengan Akhlak yang Baik di Era Digital

Pentingnya Kontrol Diri

Anak yang masih labil akan dengan gigih mengikut tren-tren yang mereka lihat di media sosial. Lalu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari karena mereka beranggapan bahwa jika mereka mengikuti tren tersebut maka mereka akan terlihat lebih keren. Tanpa mereka sadari bahwa hal tersebut hanya pemikiran mereka saja.

Penggunaan media sosial yang berkelanjutan tanpa di dasari  kontrol diri yang kuat, akan membuat kepribadian menjadi hancur. Anak yang cenderung menghabiskan waktunya dengan Instagram, Facebook, Twitter, Telegram, Tiktok, dan game online lebih agresif dan mudah terpengaruh. Kepribadian mereka biasanya cenderung pemarah. Tidak jarang kita temui anak yang menghiraukan orang tuanya berbicara hanya karena terlalu fokus dengan media sosial ataupun game online mereka. Anak yang demikian akan tampak perbedaannya dengan anak yang didik dan mampu mengontrol dirinya dengan media sosial.

Oleh sebab itu selain kontrol diri anak, orang tua juga berperan penting dalam pembentukan karakter anak terlebih di masa pandemi sekarang ini. Meski tak bisa mengawasi anak 24 jam. Orang tua bisa melakukan interaksi yang lebih sering degan  anak. Karena pada dasarnya anak yang menghabiskan waktunya dengan media sosial adalah anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tua mereka, sehingga mereka mencari kebahagiaan mereka sendiri. Orang tua yang lebih disibukkan dan menghabiskan waktu dengan pekerjaan otomatis akan mempunyai dukungan yang jauh pada anak. Karena pada dasarnya anak yang mendapatkan didikan dan kasih sayang penuh dari orang tua akan memiliki kontrol diri yang lebih baik dan pribadi yang lebih baik dibandingkan anak yang tidak dipandu oleh orang tua mereka.

Tresia Anggraini Malau
Mahasiswa Universitas Negeri Medan

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI