Berbagai Macam Dampak Pengangguran di Indonesia yang Mempengaruhi Aspek Ekonomi dan Cara Mengatasinya

Pengangguran
Ilustrasi: istockphoto

Pengangguran dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana suatu keadaaan seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja namun masih belum memiliki pekerjaan dengan kata lain mencari pekerjaan namun belum memperolehnya.

Untuk satu dekade ke depan, Bank Dunia memperkirakan bahwa satu miliar penduduk muda akan mencoba memasuki pasar tenaga kerja, tetapi kurang dari setengah dari mereka akan mendapatkan pekerjaan formal.

Hal ini akan menyebabkan mayoritas penduduk usia muda, terutama yang berasal dari kelompok kelas rendah, akan banyak yang menganggur.

Baca Juga: Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Meningkatnya Angka Pengangguran di Indonesia

Bacaan Lainnya

Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2020, tingkat pengangguran kaum muda di Indonesia sebesar 20,46 persen. Dapat disimpulkan bahwa dari 100 orang usia 15-24 tahun yang termasuk angkatan kerja, terdapat sekitar 20 orang yang menganggur.

Hal ini membuktikan bahwa setengah dari seluruh pengangguran di Indonesia yaitu dari kelompok usia muda. Selain itu, total penganggur muda di Indonesia adalah 44,85 persen. Hal ini menandakan hampir setengah dari seluruh penganggur di Indonesia berasal dari kelompok umur muda.

Adanya penduduk umur muda yang tidak memiliki pekerjaan dalam jumlah yang besar akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Penduduk umur muda, jika terus-terusan tidak dapat memperoleh pekerjaan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan mental dan psikis mereka.

Dampak pengangguran ini juga menimbulkan dampak, baik itu bagi masyarakat hingga negara, yakni: Pendapatan nasional menurun; Pendapatan per kapita masyarakat rendah; Produktivitas tenaga kerja rendah; Upah yang rendah karena dampak terhadap permintaan dan penawaran; Investasi dan pembentukan modal rendah; Sumber utama kemiskinan; Pemborosan sumber daya; Dampak sosial yang berpengaruh seperti menjadi beban keluarga dan masyarakat; penghargaan diri yang rendah; kebebasan yang terbatas dan mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal.

Cara mengatasi permasalahan pengangguran di usia muda ini bisa dilakukan dengan sejumlah upaya, antara lain meningkatkan mutu pendidikan, latihan kerja, serta mendorong banyak para pekerja wiraswasta, kemudian juga tetap membuka kesempatan usaha informal terhadap pengganggur usia muda dan juga membuka kesempatan kerja di luar negeri.

Penduduk kelompok umur ini cenderung akan menjadi putus asa dan menyerah untuk mencari pekerjaan, merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan jika tidak segera ada cara dan hal yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah pengangguran muda ini terus meningkat.

Banyak penelitian yang telah menunjukkan efek pengangguran atau unemployed during awal karier seseorang kemungkinan dapat menyebabkan efek jangka panjang dalam peluang kerja.

Dengan keadaan ini penganggur umur muda akan sangat merasa putus asa, terutama mereka yang berasal dari keluarga dengan kelas rendah, akan kehilangan harapan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Dampak pengangguran bukan hanya berdampak pada diri sendiri dan kesehatan mental, namun pengangguran ini  juga berdampak pada perekonomian di Indonesia.

Baca Juga: Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia Melonjak Akibat Covid-19, Berikut Solusinya

Faktor yang memengaruhi terjadinya pengangguran: Pertama, besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja, ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia.

Kedua, kondisi sebaliknya yang jarang terjadi, struktur lapangan kerja tidak seimbang. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga yang berpengalaman tidak sesuai dengan kuotanya, apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi.

Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.

Keempat, meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh struktur angkatan kerja Indonesia.

Kelima, penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang. Jumlah angkatan kerja di suatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya.

Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara Lainnya.

Selanjutnya, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2023 mencapai 5,45%, turun dari 5,86% pada bulan yang sama tahun sebelumnya.

Dalam siaran persnya pada 5 Mei 2023, Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi turut memberikan dampak positif terhadap penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja total. Pengangguran terbuka adalah semua orang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja atau punya pekerjaan tetapi masih pengangguran.

Baca Juga: Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Peningkatan Pengangguran dan Kemiskinan

Pada Februari 2023, jumlah pekerja Indonesia total mencapai 146,62 juta, naik 2,61 juta dari Februari 2022. Jumlah pengangguran Februari 2023 masih lebih tinggi daripada sebelum pandemi, meskipun penurunan dari tahun sebelumnya. Jumlah pengangguran awal tahun ini bertambah sekitar 1,2 persen dibandingkan dengan posisi Februari 2019.

Salah satu jenis pengangguran yang terjadi karena pergeseran struktur kehidupan masyarakat, seperti pergeseran dari agraris ke industri, disebut pengangguran struktural. Oleh karena itu, banyak pekerja yang tidak memenuhi persyaratan perusahaan, menyebabkan PHK.

Pengangguran struktural juga merupakan jenis pengangguran yang disebabkan oleh perubahan bentuk dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Salah satu contoh pengangguran struktural adalah pergeseran struktur perekonomian dari struktur pertanian ke struktur perindustrian.

Pergeseran ini mengakibatkan perubahan struktur perekonomian yang mengharuskan tenaga kerja memiliki keahlian yang terkait dengan sektor perindustrian agar dapat diserap oleh lapangan kerja. Ini adalah keahlian yang menguasai mesin pabrik.

Pada saat ladangnya secara bertahap diubah menjadi pabrik, para petani juga akan kehilangan pekerjaannya. Petani tersebut akhirnya menjadi pengangguran struktural karena dia tidak memiliki keterampilan selain menggarap ladang.

Faktor Pengangguran Struktural

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan pengangguran struktur. Beberapa di antaranya dijelaskan di bawah ini.

Perubahan kondisi selera pasar, geografis yang kurang tepat, tingkat pendidikan yang rendah, dan tidak mengikuti perkembangan zaman yang semakin canggih.

Cara untuk mengatasi pengangguran struktural, perlu meningkatkan mobilitas modal dan tenaga kerja. Memindahkan jumlah tenaga kerja yang berlebihan ke area atau industri yang kekurangan atau membutuhkan tenaga kerja.

Baca Juga: Pengangguran Intelektual Meningkat, Kenapa Bisa Terjadi?

Membuat atau menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja untuk memenuhi lowongan kerja. Membangun industri padat karya di daerah pengangguran.

Penulis: Aisyah Wahyu Salsabilah
Mahasiswa 
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses