Berbedakah Ibadah Offline dengan Online Selama Pandemi COVID-19?

Ibadah offline online pandemi

Apakah Anda pernah merasakan hal yang berbeda saat beribadah online? Apakah ada gangguan yang muncul saat Anda beribadah online? Anda sendiri lebih suka beribadah offline atau online?

Sejak tanggal 2 Maret 2020, Indonesia dilanda wabah virus COVID-19. Tidak lama kemudian, pada tanggal 10 April 2020, Gubernur Anies Baswedan memutuskan untuk memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) terkait dengan peningkatan kasus dari virus COVID-19 (Kompas,2020) sampai 23 April 2020.

Berhubungan dengan hal tersebut, maka segala jenis kegiatan diberhentikan mulai dari Pendidikan, Transportasi, Konstruksi, Pariwisata, Hiburan, Ibadah, dan lain – lain. Pada awalnya, PSBB hanya diberlakukan selama 14 hari, tetapi seiring dengan perkembangan kasus COVID-19, maka PSBB terus diperpanjang hingga sekarang.

Bacaan Lainnya
DONASI

Dengan adanya PSBB yang berkelanjutan, maka seluruh kegiatan menjadi tidak efisien karena banyak warga yang harus transisi dari offline menjadi online dan belum lagi adanya pembatasan jumlah warga yang beraktivitas di berbagai macam kegiatan. Begitu pun dengan Gereja yang dulu memiliki banyak jemaat, sekarang mengalami penurunan drastis karena adanya social distancing yang diterapkan pemerintah selama pandemi.

Baca Juga: World Religions

Oleh karena itu, banyak Gereja yang meng-upload video ibadah ke YouTube atau beribadah online melalui media lain seperti Zoom setiap minggunya, sehingga ibadah dapat terus berjalan di tengah pandemi. Pada awalnya, hal ini tentu tidak mudah untuk dijalankan karena membutuhkan waktu bagi para pekerja Gereja untuk mempelajari, memproses, dan untuk mencari sebuah solusi agar ibadah online dapat diselenggarakan, tetapi seiring dengan berjalannya waktu para pekerja Gereja dapat membiasakan diri melaksanakan ibadah online selama pandemi.

Tentunya pasti setiap dari kita pernah beribadah secara offline dan merasakan sesuatu yang ingin membuat kita pergi ke Gereja setiap minggunya. Menurut saya, ada 5 alasan saya ingin pergi ke Gereja setiap minggunya. Pertama, saya merasa lebih dekat dengan Tuhan dan merasakan kehadirannya selama beribadah di Gereja.

Kedua, saya dapat berkonsultasi dengan Pendeta mengenai berbagai masalah yang saya hadapi setiap minggunya, sehingga hati saya tenang dan dapat ditemukan solusi atau jalan keluar untuk masalah yang dihadapi. Ketiga, saya dapat menanyakan sendiri secara langsung apabila ada firman yang kurang dipahami.

Ketiga, dapat menumbuhkan iman saya setiap minggunya agar tidak takut atas setiap hal yang terjadi dalam hidup saya dan saya percaya bahwa Tuhan tidak akan membiarkan suatu hal terjadi kepada saya tanpa seizin-Nya. Keempat, setiap selesai beribadah, saya selalu merasa sukacita tanpa sebab.

Baca Juga: Mengembangkan Budaya Toleransi Antarumat

Kelima, saya menjadi lebih mengerti mengenai Kehendak Tuhan atas hidup saya. Banyak hal – hal positif yang saya dapatkan dari berbagai macam Pendeta yang menyampaikan firman setiap minggunya. Salah satunya, Dalam hidup ini kita harus lebih banyak memberi kepada orang yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan primernya. Pemberian tersebut dapat berupa makanan, pakaian, pendidikan dan lain-lain. Saya juga diajarkan untuk selalu memaafkan orang yang bersalah kepada saya.

Selama masa pandemi, saya dan keluarga saya sudah mulai mengikuti ibadah Gereja melalui media online seperti YouTube. Tentunya, saya merasakan 5 perbedaan antara beribadah di Gereja secara langsung dibandingkan dengan beribadah secara online.

Pertama, banyaknya gangguan yang muncul saat sedang beribadah. Contohnya, ada gojek datang mengantarkan paket. Kedua, adanya masalah kendala di koneksi internet apabila internetnya lagi down maka video ibadah di YouTube menjadi terhenti.

Ketiga, saya merasakan begitu banyak godaan baru yang muncul seperti, saya lebih memilih menonton hal yang lain daripada ibadah Gereja. Keempat, saya merasa jenuh melihat layar TV/monitor untuk menonton ibadah setiap minggunya karena tidak dapat berinteraksi seperti biasanya saat offline.

Kelima, saya merasa kurangnya kehadiran Tuhan di rumah daripada di Gereja. Akan tetapi, hal tersebut ternyata salah. Pada minggu terakhir bulan Juni tahun 2021, Pendeta di Gereja saya menceritakan bahwa Tuhan itu bukan hanya ada di Gereja tapi ada di mana-mana.

Beliau mengatakan bahwa engkau akan merasakan kehadirannya apabila membaca firmannya setiap hari. Setelah ibadah tersebut, saya menyadari bahwa pola pikir saya selama ini salah dan harus diperbaiki.

Baca Juga: Menyimak Generasi Z Berbicara tentang Toleransi Beragama

Menurut saya, ada 3 hal yang dapat dilakukan agar ibadah secara online dapat menjadi lebih berarti :

1. Menyanyi lagu pujian kepada Tuhan

Musik dan nyanyian yang keluar dari hati kita akan didengar oleh Tuhan.

2. Mengikuti ibadah tidak harus selalu hari Minggu

Kita bebas mengambil waktu untuk lebih banyak bernyanyi dan memuji Tuhan misalnya di hari Sabtu. Kita dapat mendoakan orang – orang di sekitar kita yang sedang dalam kondisi kekurangan. Kita juga dapat mengirimkan pesan yang menguatkan orang lain.

3. Saling mendorong sesama anggota keluarga untuk selalu mengikuti ibadah secara rutin

Karena ibadah adalah santapan rohani yang dapat memperbaharui iman kita setiap hari, sehingga iman kita akan selalu bertumbuh. Kesimpulannya, memang beberapa dari kita lebih menyukai beribadah secara offline karena ada sensasi atau nuansa kebersamaan di Gereja tersebut sedangkan di rumah kadang kita merasa bahwa kita sendirian atau tidak semenarik beribadah secara offline.

Selain itu, kalau kita beribadah secara offline, maka kita dapat berkonsultasi dengan Pendeta mengenai masalah yang kita alami agar dapat ditemukan solusinya sedangkan kalau online kita harus menjadwalkan waktu dengan Pendeta tersebut untuk berkomunikasi dengan kita. Beribadah online juga akan terasa sulit apabila tidak memiliki kuota/internet yang cukup mumpuni.

Bagi Anda yang lebih menyukai beribadah offline karena kurang merasa kehadiran Tuhan di rumah, marilah kita membaca firmannya setiap hari bersama dengan keluarga seperti yang tertulis di Matius 18:20 dan Anda dapat melakukan beberapa hal yang telah saya sarankan di atas. Bagi Anda yang lebih menyukai beribadah online, maka Anda dapat menyebarkan kebaikan dengan menggunakan media online sekarang.

Michael Sudirgo
Mahasiswa Universitas Kristen Krida Wacana

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI