Genap satu tahun yang lalu, pada tanggal 20 oktober 2014, Presiden RI ke 7 dilantik di gedung parlemen. Dalam pidato pertamanya, tidak lama setelah diambil sumpahnya sebagai seorang presiden, beliau berkata “Baru saja kami Jokowi dan JK mengucapkan sumpah. Sumpah itu memiliki makna spiritual yang amat dalam. Yang menegaskan komitmen untuk bekerja keras mencapai kehendak kita bersama sebagai bangsa yang besar…”. Dan bagian akhir pidatonya, beliau menegaskan “Saya akan berdiri di bawah kehendak rakyat dan konstitusi !”
Pada waktu yang sama, di sekitar kawasan Sudirman dan MH Thamrin dipenuhi dengan simpatisan pendukung Presiden baru itu. Tumpah ruah dalam suasana hiruk pikuk pesta rakyat yang penuh sukacita. Sumpah presiden diucap, janji diumbar, dan rakyat berpesta. 365 hari berlalu. Sumpah dilupa, janji tetaplah janji, dan rakyat berduka.
Berdasar data yang dirilis Badan Pusat Statistik pada bulan Oktober 2015 (http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Laporan-Bulanan-Data-Sosial-Ekonomi–Oktober-2015_rev.pdf) , Jumlah penduduk miskin pada Maret 2015 sebanyak 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah 0,86 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen). Sementara untuk ketimpangan pengeluaran penduduk yang diukur dengan Gini Rasio pada Maret 2015 tercatat sebesar 0,41. Yang menunjukkan besarnya jurang ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin di negara ini. Tak ketinggalan Jumlah pengangguran juga meningkat mencapai jumlah 7.5 juta penduduk dari total angkatan kerja pada bulan Februari 2015. Silahkan bersama-sama kita telusuri sendiri parameter-parameter lainnya, agar kita tersadar bahwa pemerintah selama ini masih MENUTUP MATA terhadap permasalahan bangsa.
Jokowi ibarat seorang remaja masa kini yang dengan cerdiknya memberikan gombalan-gombalan manis kepada rakyat Indonesia, namun ketika kita telah menjatuhkan hati dan pilihan kepadanya, dia dengan segera melupakan janji-janjinya. Kita ambil contoh masalah BBM. Kita tidak usah jauh-jauh membahas pro-kontranya, tapi saya mengajak mari kita lihat sejauh mana Jokowi memegang ucapannya.
“Tidak ada masalah subsidi BBM bagi rakyat kecil. Itu sebuah keharusan bagi negara. Karenanya, subsidi tidak akan pernah dihapus” kata Jokowi saat mendengarkan aspirasi dari Ikatan Persatuan Ojek Indonesia di jalan Borobudur 22, Menteng, Jakarta Pusat. Pada hari senin 16 Juni 2014. Ya, tepat pada masa-masa kampanye nya sebagai calon presiden.
Terlepas dari sikap anda apakah pro atau kontra terhadap pencabutan subsidi BBM hari ini, saya hanya ingin sekedar mengingatkan bahwa dulunya Pak Jokowi pernah berkata demikian. Maka salahkah saya berkata Jokowi tidak konsisten akan janji dan ucapannya ?
Oh iya, belum lagi presiden yang dulu katanya memperjuangkan rakyat kecil ini ketika berkampanye naik bajaj, dan sekarang mobilnya super mewah Mercedez-Benz Limousine s600 Pullman Guard. Bukannya mempermasalahkan mobilnya saat ini, tapi sepertinya wajar jika rakyat dikecewakan sebab dulu saat kampanye pencitraannya sangat bertolak belakang dengan realitas saat ia memimpin. Masih ingatkah ketika dulu ia mengkampanyekan mobil Esemka yang buatan asli anak bangsa ? Lalu menggaungkan topik mobil nasional ? Silahkan anda jawab atau cari tahu sendiri kini nasibnya. Salah satu ending kisahnya kini mobil nasional di garap oleh negara tetangga.
Belum lagi masalah perekonomian, yang belakangan ini ramai dibicarakan. Yang paling disoroti adalah rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika. Tapi bukan hanya itu. Berdasar data Badan Pusat Statistik, Nilai tukar eceran rupiah per bulan Agustus 2015 juga terdepresiasi terhadap mata uang lainnya. Rupiah terdepresiasi 4.69 persen terhadap dollar Amerika, terdepresiasi 2.02 persen tehadap dollar Australia, terdepresiasi 7.71 terhadap Yen Jepang, dan terdepresiasi 8.61 persen terhadap Euro. Hal ini juga berdampak terhadap maraknya gelombang PHK yang terjadi, yang dipastikan menambah angka pengangguran di Indonesia. Lagi-lagi, rakyat kecil yang menanggung akibatnya.
Dalam masalah hukum dan HAM juga masih banyak permasalahan. Di awal-awal kepemimpinannya Jokowi tampak tegas menolak memberikan grasi para terpidana kasus narkoba, hingga akhirnya dieksekusi. Sadarkah kita, lagi-lagi Jokowi hanya menunjukkan ketegasan semu dengan tampak berani mengeksekusi kroco di lapangan, namun tidak melakukan tindakan untuk mengusut aktor-aktor intelektual yang berada di balik layar. Sebut saja Policarpus yang menjadi terpidana kasus pembunuhan aktivis HAM, melenggang bebas dari Penjara. Kasus Bank Century dan BLBI juga sudah menguap entah kemana.
Salim kancil, Petani Lumajang yang juga aktivis penolak tambang, dibunuh secara sadis di desanya, sampai saat ini belum ada kejelasan. Sepertinya yang akan diperkarakan hanyalah kroco-kroco di lapangannya baik itu preman yang menganiaya atau segelintir oknum kepolisian. Namun, aktor-aktor intelektual di baliknya, entah itu para pemilik tambang atau siapa dibaliknya akan tetap aman-aman saja. Mari bersama-sama kita ingat-ingat kembali betapa banyak kasus pelanggaran hukum atau korupsi yang terjadi di negara ini, namun nampaknya tidak ada tindak lanjut, terkesan dibiarkan tenggelam dengan sendirinya. Dan kita disuguhkan dengan ketegasan semu yang mempertontonkan pengeksekusian penjahat kecil, tanpa sadar penjahat-penjahat besar, aktor-aktor intelektual, dibiarkan bebas tak tersentuh. Nampaknya memang benar, hukum di Indonesia tajam kebawah, namun tumpul keatas.
Diawal pemerintahannya Jokowi menjamin bahwa Jaksa Agung bukan dari kalangan politikus partai, melainkan dari kalangan Profesional. Tidak lama berselang, Jokowi memilih politikus Partai NasDem, H.M Prasetyo sebagai Jaksa Agung. Penggantian Kabareskrim Polri, Komjen Budi Waseso juga masih terkesan rancu. Sarat unsur politis didalamnya. Sebelum diganti, Buwas, sapaan akrab Budi Waseso, memerintahkan penyidiknya untuk menggeledah kantor Dirut Pelindo II, RJ Lino, terkait kasus pengadaan mobil crane.
Di sisi lain, sembari membuat tulisan ini, saya sejujurnya masih dapat bersyukur karena menghirup udara yang segar. Tapi apa kabar dengan saudara-saudara kita yang terkena bencana kabut asap di Sumatera dan Kalimantan ? Pemerintah terlihat tidak serius dalam menangani hal ini. Korban-korban terus berjatuhan. Belum ada tindakan tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar tersebut. Padahal kejadian ini telah berlangsung berulang kali, dari tahun ke tahun. Di Sumatera Selatan, tercatat 348 ribu orang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dan di Jambi Korban ISPA telah mencapai 60 ribu orang.
Melihat berbagai permasalahan di atas, kami menyimpulkan bahwa Pemerintahan di bawah Nahkoda Jokowi-JK jelas-jelas masih MENUTUP MATA. Permasalahan-permasalahan di bidang Ekonomi,Politik, Sosial, Hukum, HAM, dan Lingkungan masih terdapat banyak ketidak jelasan hingga hari ini. Jokowi-JK menjalankan pemerintahan tanpa memperdulikan rakyat yang dipimpinnya.
Maka dari itu kami meminta kepada Jokowi-JK “MEMBUKA MATA” untuk :
Ingat dan Penuhi semua janji-janji kampanye Jokowi-JK terhadap Rakyat !
Tegakkan Ekonomi yang berdikari dan berbasis kerakyatan !
Tegakkan supremasi hukum dan tuntaskan kasus-kasus HAM !
Tuntaskan kasus-kasus korupsi tanpa pandang bulu !
Tindak tegas para aktor intelektual di balik kasus pembakaran hutan dan lahan !
Kepada yang mulia bapak Joko Widodo, kami mohon dengan sangat untuk MEMBUKA MATA dan melihat kondisi rakyat hari ini dari sudut pandang dan keresahan rakyat ! Bukan malah mengedepankan kepentingan para Elit dan segelintir golongan Penguasa !
Kepada saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, mari terus bersama kita gaungkan, kita kobarkan api perjuangan ini. Jangan biarkan para penguasa diatas sana MENUTUP MATA nya akan penderitaan rakyat. Maka dari itu saya mengingatkan kita semua termasuk kepada diri saya pribadi, untuk senantiasa bergerak dengan segala daya dan upaya. Dan pada kesempatan kali ini, izinkan saya mengajak untuk membuat sebuah gerakan melalui media sosial. Kalau sekiranya berkenan kita suarakan hastag #BukaMataJokowi melalu berbagai media sosial yang kita miliki, termasuk salah satunya Twitter, agar tulisan dalam pesan ini tersampaikan. Apabila dalam rentang 1 minggu sejak tulisan ini dibuat, hastag #BukaMataJokowi ‘sempat’ menjadi Trending Topic di Twitter, sebagai legitimasi bahwa saya memiliki banyak saudara-saudara yang berjuang bersama saya yang sependapat dengan tulisan ini, maka saya akan melakukan eskalasi gerakan yang lebih besar lagi atas dukungan saudara-saudara sekalian. Saya berjanji akan melakukan aksi teatrikal mengendarai mobil dengan MATA TERTUTUP sejauh kurang lebih 10 Kilometer dari Dayeuh Kolot menuju ke Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat. Sebagai simbolisasi pemerintah yang menutup mata terhadap kondisi rakyatnya hari ini. Semata-mata hanya untuk mengingatkan pemerintah, kepada yang mulia Joko Widodo untuk MEMBUKA MATA nya agar melihat berbagai permasalahan di tanah air !
Bandung, 20 Oktober 2015
AIDIL AFDAN PANANRANG
Presiden Mahasiswa
BEM Keluarga Mahasiswa Telkom University