Bullying dan Hate Speech di Kalangan Pemuda

Bullying Remaja
Ilustrasi Bullying dan Hate Speech (Sumber: freepik.com)

Hate speech dan bullying merupakan dua permasalahan sosial yang semakin sering terjadi di dalam lingkungan anak-anak muda di Indonesia, terutama di era digital seperti sekarang.

Kedua hal ini berdampak buruk untuk kesehatan psikologis korban dan juga membuat lingkungan pertumbuhan anak-anak muda sekarang semakin negatif untuk masa depan mereka.

Permasalahan ini perlu diperhatikan lebih dalam karena akan berdampak luas untuk masa depan Indonesia.

Melihat fenomena bullying atau kerap dikenal sebagai perundungan, serta hate speech di kalangan pemuda tidak semata masalah sosial yang berdampak pada hubungan antarindividu saja, melainkan juga wujud perilaku tak bermoral yang menimbulkan konsekuensi hukum dan psikis yang signifikan.

Bacaan Lainnya

Dari kacamata hukum, tentu perilaku perundungan melanggar hak asasi manusia, sebagaimana halnya hak atas rasa aman maupun perlindungan yang substitusinya jelas dijamin dalam konstitusi maupun peraturan perundang-undangan.

Penelitian serupa juga menunjukkan bagaimana korban bullying berisiko mengalami gangguan kesehatan mental, termasuk depresi, kecemasan, dan masalah tidur, yang dapat berlanjut hingga dewasa.

Baca Juga: Peran Mahasiswa dalam Pencegahan Perundungan (Bullying) di Kalangan Anak-Anak

Sehingga jelas perilaku perundungan menunjukkan bahwa tindakan tersebut tidak hanya menyerang secara fisik, tetapi juga kesehatan mental korban.

Oleh karena itu, penegakan hukum sepatutnya perlu diiringi dengan pendekatan edukasi dan kesadaran sosial agar kalangan pemuda dapat memahami bahwa tidak ada keuntungan yang didapat dari segala aksi perundungan, melainkan bagaimana konsekuensi yang bukan hanya berupa fisik, tetapi juga psikis, serta konsekuensi hukum yang turut menjadi dampak dari perilaku tersebut.

Hal ini harus dilihat sebagai situasi yang serius dan bukan hanya anak muda lagi main-main sama teman karena dampak yang dialami oleh korban bisa selama seluruh hidup korban. Di kalangan pemuda, ini merupakan masalah serius yang semakin memprihatinkan.

Dampaknya tidak hanya mengganggu kesehatan mental, tetapi juga memperburuk hubungan dan interaksi sosial antarindividu di suatu masyarakat.

Baca Juga: Meminimalisir Tingkat Bullying dan Hate Speech di Lingkungan Sekolah

Di masa digital sekarang ini, penyebaran hate speech dan bullying menjadi lebih cepat dan mudah.

Pemuda yang seharusnya menjadi pendorong perubahan dan penyebar hal positif, malah terjebak dalam perilaku ini, yang sering kali disebabkan oleh kurangnya rasa empati.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita semua untuk mengajarkan generasi-generasi muda tentang konsekuensi dan dampak negatif dari bullying dan hate speech, serta menanamkan nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan tanggung jawab dalam bersosialisasi.

Bullying dan hate speech pada zaman digital ini sangat rawan dan berbahaya bagi kesehatan mental orang-orang.

Pelaku dan korban rata-rata berasal dari kalangan anak-anak muda atau biasa disebut dengan Gen Z.

Baca Juga: Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Perilaku Bullying pada Anak Sekolah Dasar

Faktor penyebab umum adalah pengaruh dari media sosial yang terlalu bebas dan minimnya empati.

Solusi yang bisa kita lakukan adalah membangun kesadaran empati para pengguna internet/media sosial dan edukasi dini dengan mengajarkan empati, etika berkomunikasi sejak kecil.

Bullying sebagai salah satu bentuk tindakan agresif merupakan permasalahan yang sudah mendunia, salah satunya di Indonesia.

Perilaku bullying sangat rentan terjadi pada golongan remaja atau pemuda. Perilaku bullying dapat terjadi pada berbagai tempat, mulai dari lingkungan pendidikan atau sekolah, tempat kerja, rumah, lingkungan masyarakat dan lain-lain.

Telah diketahui bahwa di lingkungan pendidikan merupakan tempat paling rentan terjadi perilaku bullying.

Penelitian yang diterbitkan dalam J Can Acad Child Adolesc Psychiatry (2017, Jul; 26(2): 70–77) menunjukkan bahwa bullying memiliki hubungan yang erat dengan perilaku keinginan bunuh diri.

Baca Juga: Dampak Psikologis Bullying pada Remaja Indonesia

Selain itu, perilaku bullying ini tidak mendapatkan intervensi dalam penanganannya, seperti mediasi yang secara efektif mengurangi konflik di antara anak-anak yang menjadi korban bullying (Limber, dalam Crawford, 2002).

Cyberbullying adalah salah satu dampak negatif dari perkembangan teknologi dan media sosial.

Berlindung di balik layar ponsel, banyak oknum yang dapat menggunakan kesempatan ini untuk menghina, menyerang ataupun merendahkan orang lain tanpa perlu mendapatkan sanksi.

Walaupun regulasi pada media sosial sudah menyatakan larangan terkait hal tersebut, tetapi sanksi yang paling berat dapat diterima pelaku adalah penghapusan akun media sosial.

Namun, terkadang terdapat beberapa kasus di mana identitas pelaku dibocorkan yang menyebabkan sanksi sosial yang diterima pelaku tersebut.

Tindakan bullying dan hate speech yang sedang marak terjadi, terutama di kalangan remaja, bisa terjadi di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja.

Baca Juga: Mahasiswa UIB Kampanye Stop Bullying dan Hate Speech di Panti Asuhan Rezky Ilahi

Di era digital ini, di mana media sosial yang banyak digunakan oleh kalangan remaja membuat tindakan bullying dan hate speech semakin cepat menyebar luas.

Banyak remaja saat ini yang kurang memiliki kesadaran tentang apa yang mereka katakan kepada orang lain, apakah hal tersebut pantas dilontarkan kepada orang lain dan kemudian berlindung di balik kata bercanda.

Korban yang merasa sakit hati cenderung memendam perasaannya.

Dengan mengangkat tema ini akan memberikan kesadaran pada masyarakat untuk tidak menormalisasi tindakan dan perkataan yang berpotensi menyakiti perasaan orang lain.

Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menghentikan perundungan. Jika kita membiarkan atau diam saja, berarti kita ikut berkontribusi dalam memperpanjang siklus ini.

Baca Juga: Anak-anak yang Menjadi Korban Verbal Bullying: Bagaimana Peran Orang Tua dalam Menyikapinya?

Menurut Beane (2008, dalam Kholilah, 2012), berikut penyebab terjadinya bullying:

1. Keluarga

Masalah keluarga dalam keluarga, seperti orang tua yang sering merujuk pada anak-anak dan lingkungan keluarga yang tidak stabil, dapat berkontribusi pada masalah intimidasi.

Dalam keadaan tertentu, anak-anak melihat argumen orang tua dan meniru mereka di depan teman-teman mereka.

Jika tidak ada yang menarik perhatian Anda secara akurat, ia akan percaya bahwa orang-orang di posisi otoritas dapat bertindak keras dan meningkatkan kekuatan mereka untuk melakukan ini.

Karena masalah ini, anak dapat mulai memeras orang lain dan rekan-rekannya.

2. Sosial

Orang-orang dalam masyarakat adalah makhluk sosial komunikatif yang dikenal sebagai manusia.

Akibatnya, seseorang dapat memberi pengaruh, baik positif maupun negatif kepada orang lain.

Baca Juga: Etika Bersosial Media dalam Menghindari Adanya Cyberbullying

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang sering melihat perilaku kekerasan di televisi, video game, atau film, mengambil perilaku agresif terhadap orang lain.

Prasangka dapat berkembang dari perbedaan dalam penampilan, perilaku, dan bahasa, dan ancaman seseorang dapat mengikutinya.

3. Sekolah

Bullying dapat terjadi karena kurangnya pengawasan di sekolah, taman atau tempat umum lainnya, seperti toilet, ruang makan, dan ruang kelas.

4. Tayangan Televisi dan Media Cetak

Salah satu pola perilaku bullying dapat berupa impresi apa yang mereka tunjukkan. Remaja meniru adegan dari film dilihat, mereka cenderung meniru dengan menyiku, memukul, atau menendang.

5. Kepribadian

Pelaku bullying biasanya memiliki kepribadian ekstrovert. Kepribadian extraversion berperan penting pada perilaku agresif dan anti sosial.

Kepribadian ini memiliki karakter seperti kurangnya perhatian terhadap kebaikan dan kesejahteraan, ancaman ataupun bahaya, serta penderitaan orang lain.

Tidak terbuka dalam menunjukkan dan mengekspresikan perasaan dan tidak perlu tahu bagaimana anggapan dan pendapat orang lain.

Baca Juga: Cases of Bullying that are Rampant on Indonesia

Stop Bullying, Mulai dari Kita!

Bullying bukan sekadar candaan—ia bisa menghancurkan mental, merusak kepercayaan diri, bahkan meninggalkan luka seumur hidup.

Setiap kata dan tindakan kita memiliki dampak besar bagi orang lain. Saat kita mem-bully, kita bukan hanya menyakiti korban, tetapi juga menciptakan lingkungan yang penuh ketakutan dan ketidakadilan.

Mari hentikan bullying dalam bentuk apapun—baik secara langsung maupun di dunia maya.

Jadilah pribadi yang lebih peduli, saling menghargai perbedaan, dan mendukung satu sama lain.

Jika melihat tindakan bullying, jangan diam! Tegur dengan bijak, laporkan jika perlu, dan tunjukkan bahwa kita semua bisa hidup berdampingan dengan damai.

Mulai hari ini, mari bangun lingkungan yang lebih ramah, penuh empati, dan bebas dari kekerasan.

Baca Juga: Ayo, Lawan Bullying dan Hate Speech di SMKN 2 Batam Bersama Mahasiswa UIB

Karena setiap orang berhak diperlakukan dengan hormat dan kasih sayang. Hentikan bullying, sebarkan kebaikan!

Setiap orang berhak mendapatkan perlakuan yang baik dan penuh rasa hormat. Jangan biarkan tindakan atau kata-kata kita menyakiti orang lain.

Mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan penuh kasih sayang dengan menghentikan segala bentuk bullying, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

 

Penulis:
1. Arawana Siregar (2441002)
2. Rara Richell Monica (2431065)
3. Sally (2442064)
4. Cyntia Yoe Ye (2441273)
5. Michelle Tricia (2431060)
6. Shelyn (2441206)
7. Rickson (2432019)
8. Hosea Stevanly Tan (2451021)
9. Jackven Tan (2431063)
10. Brady Nicholastio (2441312)
11. Shierly Angeline (2432018)
12. Juni Olivia Lim (2412019)
13. Viona (2411016)
14. M. Duta Ramadan (2441281)
15. Welson Wira Madhani (2441418)
Mahasiswa Universitas Internasional Batam

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses