Education is the most empowering force in the world. Pendidikan adalah kekuatan yang dapat memberdayakan dunia. Tanpa pendidikan tidak ada orang-orang hebat dan tanpa pendidikan tidak akan maju sebuah peradaban. Maka kita diwajibkan untuk melaksanakan pendidikan dasar selama 12 tahun guna memperkaya ilmu untuk kemajuan bangsa. Namun, saat ini yang kita semua rasakan adalah proses belajar mengajar di dunia pendidikan menjadi sedikit terhambat sejak kemunculan Corona Virus Disease atau Covid-19. Virus Corona yang telah dinobatkan sebagai pandemi ini membuat seluruh aspek kehidupan terganggu. Termasuk aspek pendidikan yang saya sebut sebagai the most empowering force in the world.
Pandemi Covid-19 adalah krisis utama di dunia yang terjadi tujuh bulan terakhir ini. Banyak negara yang menutup sekolah dan perguruan tinggi. Menurut data Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), setidaknya ada 290,5 juta siswa di seluruh dunia yang aktivitas belajarnya menjadi terganggu akibat sekolah ditutup. Program pertukaran pelajar dikalangan siswa dan mahasiswa harus ditiadakan.
Hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Penyebaran virus corona ini pada awalnya sangat berdampak pada dunia ekonomi yang mulai krisis, tetapi kini dampaknya dirasakan juga oleh dunia pendidikan. Kebijakan yang diambil oleh banyak negara termasuk Indonesia dengan meliburkan seluruh aktivitas pendidikan, membuat pemerintah dan lembaga yang terkait harus menghadirkan alternatif proses pendidikan. Belajar secara daring atau virtual menjadi solusi atas masalah yang menimpa pendidikan kita.
Timbulnya Masalah
Banyak dampak yang timbul dari diberlakukannya melalui daring yang dampaknya sangat dirasakan oleh siswa/mahasiswa, guru, orang tua maupun lembaga pendidikan. Proses belajar di rumah oleh para siswa/mahasiswa merasa dipaksa karena tanpa sarana dan prasarana yang memadai di rumah. Fasilitas seperti smartphone, PC, kuota internet, dan jaringan internet yang memadai menjadi seperangkat yang mendukung suksesnya belajar jarak jauh. Namun, jaringan internet yang belum merata membuat sebagian siswa/mahasiswa kesulitan untuk menerima materi pelajaran. Sehingga ada mahasiswa yang terpaksa tidak lulus dikarenakan minimnya jaringan internet di daerahnya.
Kendala yang dihadapi para orang tua adalah adanya penambahan biaya pembelian kuota internet bertambah. Teknologi online memerlukan koneksi jaringan ke internet dan kuota oleh karena itu tingkat penggunaaan kuota internet akan bertambah serta akan menambah beban pengeluaran orang tua. Untuk melakukan pembelajaran online selama beberapa bulan diperlukan kuota yang lebih. Selain itu, peran orang tua sangat diperlukan untuk mendukung kemajuan anak mereka dalam belajar, terutama seorang ibu yang menjadi madrasah pertama bagi buah hatinya.
Kedisiplinan dan ketegasan orang tua menjadi diperlukan ketika guru hanya menjadi fasilitator dalam proses belajar mengajar. Ketika semua proses belajar dialihkan ke rumah, barulah disadari bahwa betapa pentingnya sebuah lembaga pendidikan dan pendidik di dalamnya. Dampak yang dirasakan guru ataupun dosen yaitu tidak semua mahir menggunakan teknologi internet atau media sosial sebagai sarana belajar mengajar. Beberapa guru senior belum sepenuhnya mampu menggunakan perangkat atau fasilitas untuk penunjang kegiatan pembelajaran online dan perlu pendampingan dan pelatihan terlebih dahulu.
Adanya wabah Covid-19 memaksa para guru harus menggunakan teknologi, sehingga suka atau tidak suka harus belajar dan siap mengajar melalui jarak jauh atau daring dengan menggunakan teknologi. Setiap instansi pendidikan menyiapkan alat dan sistem pembelajaran jarak jauh dan melakukan bimbingan teknis kepada para guru agar bisa menggunakan teknologi modern dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas siswa/mahasiswa
Pentingnya Pendidikan Bagi Masa Depan Bangsa
Masalah pendidikan seharusnya menjadi hal penting yang perlu dibicarakan, karena pentingnya pendidikan menyangkut nasib generasi bangsa kedepan. jangan hanya mementingkan perihal ekonomi dan kesehatan saja. Bila kita melihat peristiwa bom atom di Jepang yang terjadi tiga per empat abad silam, kejadian yang membumihanguskan kota Hiroshima dan Nagasaki. Saat peristiwa besar itu berakhir, yang paling pertama ditanyakan adalah “berapa guru yang masih hidup?” karena mereka yakin bahwa hanya dari pendidikan mereka bisa bangkit dari kehancuran. Indonesia harus belajar dari negeri sakura itu. Seperti yang saya sebut di awal bahwa, education is the most empowering force in the world..
Kendati demikian, pembelajaran belum bisa sepenuhnya dilaksanakan di lembaga pendidikan, mengingat masih rentannya usia sekolah terhadap virus yang mematikan ini. Beberapa pesantren di Indonesia membuat kebijakan untuk memasukkan santrinya ke pondok dengan prosedur dan persyaratan tertentu. Seperti kebijakan yang diambil oleh Pondok Modern Darussalam Gontor. Pesantren yang sudah dikenal luas oleh masyarakat tersebut mengadakan rapid test sebelum perpulangan ke pondok. Rapid test wajib dilakukan oleh santri dan mahasiswa pondok tersebut untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Kita harus membuat pembelajaran berbasis e-learning ini menjadi menyenangkan. Walaupun di tengah pandemi yang kita hadapi saat ini jangan sampai menyurutkan niat kita untuk menuntut ilmu. Tugas kita sebagai pelajar dan mahasiswa adalah belajar, dan menaati aturan yang ada. Doakan agar Covid-19 cepat musnah dari muka bumi. Dengan harapan pemerintah mampu mengambil kebijakan yang tepat.
Alvi Aulia Shofyani
Mahasiswa STEI SEBI, Akuntansi Syariah
Editor: M Habib Pashya
Baca Juga:
Problematika Pendidikan di Indonesia
Pendidikan Aceh Jaya di Tengah Wabah Covid-19
Problematika Pendidikan Selama Pandemi Covid-19