Dimsum: Makanan Favorit Kalangan Usia

UMKM.
Mahasiswa Manajemen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Bersama Pemilik UMKM.

Hadir dengan berbagai varian menu, dimsum menjadi salah satu makanan yang banyak digemari mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Banyak penjajah kuliner yang rela melayani pembeli dari membuka restoran dengan pangsa kelas atas, hingga pebisnis rumahan dengan pangsa pasar yang lebih terjangkau.

Salah satu penjaja kuliner yang terjun di bisnis ini ialah Ibu Yani. Pemilik telah berjualan selama kurang lebih satu tahun. Ibu Yani membangun usaha ini bersama keluarganya. Dimsum yang diberi nama Dimsum 328 memiliki ciri khas yang membuat rasanya berbeda. Komposisi antara bahan utama yakni seafood lebih banyak dibandingkan tepung.

Hal terpenting dari semua dimsum yang dibuat sesuai dengan pesanan masuk dan semua bahan utamanya menggunakan seafood pilihan yang segar. Dimsum 328 sendiri memiliki beberapa varian yang layak untuk dicoba.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Jual Dimsum hingga Produksi Film Pendek

Varian tersebut ialah dimsum ayam, dengan berbagai toping, ada pula bakso pentol dan bakso tahu. Dimsum 328 ini memang usaha yang dibangun sejak satu tahun belakangan. Jenisnya pun banyak. Pemilik usaha pun menjelaskan jika dimsum yang diproduksi tidak mengandung formalin, boraks, arsen dan bahan kimia lainnya.

Ibu Yani membuka usaha Dimsum 328 beralamat di Klitren lor Gk 3/28 Yogyakarta. Untuk harga dimsum hanya dijual dengan harga Rp3.000 per buah, bakso pentol seharga Rp1.000 per biji, bakso tahu seharga Rp500 per biji.

Ibu Yani biasanya menstok 50 dimsum, 50 bakso pentol, dan 100 bakso tahu ke dalam panci untuk berdagang. Pendapatan Ibu Yani setiap hari Rp100.000. Kehidupan Ibu Yani sangat sederhana, mereka memilik dua orang anak dan keluarga yang harus dihidupinya. Ibu Yani tidak pernah pantang menyerah dan merasa lelah. Ibu Yani juga menjual frozen dimsum dan bakso pentol.

Akibat pandemi Covid-19 juga dirasakan pada perekonomian sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berada dalam industri makanan. Sebagian besar UMKM di Indonesia sedang mengalami resesi karena melemahnya perekonomian dunia termasuk di Indonesia.

Kesulitan yang dialami oleh UMKM selama pandemi Covid-19 antara lain: terjadi penurunan penjualan karena berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah sebagai pelaku konsumen, kesulitan dalam permodalan usaha karena tingkat penjualan yang menurun sehingga perputaran modal menjadi untung menjadi susah, adanya hambatan pergerakan dalam proses penyaluran produk di wilayah-wilayah tertentu yang berdampak pada proses distribusi produk, dan kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan UMKM dalam proses membuat produk baik itu makanan atau minuman menjadi sulit didapatkan.

Baca Juga: Dari Penyanyi Kafe hingga Bisnis Keripik Kentang dan MLM karena Pandemi

Hal ini menggambarkan bahwa pandemi Covid-19 sangat berpengaruh dalam menurunkan perkembangan UMKM khusunya pada sektor kuliner atau makanan dan minuman, sehingga diperlukan strategi yang harus dilakukan agar dapat meminimalisir penurunan tersebut.  

Penulis: Sabrina Hikmawati
Mahasiswa Manajemen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Dosen Pengampu: Ignatius Soni Kurniawan, S.E., M. Sc.

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.