Dinamika Afrika Utara: Kondisi, Sejarah dan Peradabannya

Dinamika Afrika Utara Sejarah

Wilayah Afrika Utara mencakup enam negara, yaitu: Aljazair, Maroko, Tunisia, Libya, Mesir, dan Sudan. Di semua negara tersebut, Islam sangat dominan atau penduduknya mayoritas muslim. Sebagian besar penduduk di Afrika Utara adalah orang Arab, serta bahasa utama yang dipakai adalah bahasa Arab dan Prancis. Negara-negara di Afrika Utara masuk ke dalam wilayah Mediterania, kecuali Sudan yang tidak memiliki wilayah di laut Mediterania.

Wilayah pesisir laut Mediterania telah dikenal dengan baik oleh orang-orang Persia, Yunani, dan Romawi. Karena, tempat tersebut merupakan tempat biasa mereka berdagang, dan bahkan terkadang mereka berkelahi dengan orang-orang yang tinggal di sana.

Sejak 5.000 tahun yang lalu, di sepanjang  pesisir laut Afrika Utara, telah berdiri masyarakat yang sangat berbudaya, yaitu Mesir Kuno. Mesir Kuno adalah salah satu masyarakat yang menetap di Afrika Utara. Penduduknya mengembangkan standar hidup yang tinggi, seperti memiliki bangunan batu, patung pahatan, perahu laut, kalender matahari, dan bentuk tulisan.

Bacaan Lainnya

Bahkan penduduk Mesir Kuno mampu untuk mengelola irigasi, menanam makanan dalam jumlah besar, menjadi pandai besi, pembuat tembikar, insinyur, dan tukang kayu. Salah satu struktur bangunan yang paling terkenal dan masih bertahan hingga saat ini, yaitu makam raja atau Piramida, di Giza dekat Kairo, yang tingginya sekitar 146 m. Bangunan tersebut terdiri dari beberapa juta blok batu, dengan berat rata-rata 2 sampai 30 ton per batunya. Dalam pembangunan Piramida, telah merenggut sekitar 100.000 nyawa dalam 20 tahun pembangunannya.

Baca Juga: Diplomasi Arab-Israel Palestina-Israel: Konflik atau Penjajahan? Agama atau Politik?

Mesir memiliki Pengaruh besar terhadap pembentukan negara-negara di Afrika Utara. Salah satu yang paling terkenal adalah kerajaan Kush. Negara ini terletak di tempat yang sekarang disebut Sudan. Pengaruh Mesir terhadap negara-negara di Afrika Utara, dikaitkan dengan adanya sungai Nil. Karena, sungai Nil merupakan salah satu jalur tertua tempat pertukaran budaya terjadi.

Dari periode awal Islam hingga abad ke-19, sejarah masyarakat Afrika Utara terungkap dalam dua tema utama: pembentukan negara dan Islamisasi. Penaklukan Arab atas kaum Barbar dimulai dengan pemerintahan Mesir, Tunisia abad ke-8, Maroko abad ke-11, dan Aljazair abad ke-16. Masyarakat Barbar dibagi menjadi dua, yaitu orang-orang Barbar yang awalnya bertahan sebagai orang Kristen dan orang-orang Barbar nomaden yang bergabung dengan tentara Arab.

Peradaban Arab-Islam di Afrika Utara lahir dari integrasi para penakluk Arab dengan orang-orang Barbar dan Mediterania. Beberapa wilayah yang terdapat di Afrika Utara merupakan hasil dari pelopor peradaban Bizantium Punic dan Bizantium Romawi.

Afrika Utara merupakan wilayah penting dalam penyebaran agama Islam, meskipun hal tersebut tidak berjalan secara mulus, dikarenakan adanya guncangan politik yang disebabkan oleh pemberontakan suku Barbar dan orang Romawi.

Baca Juga: Mengenal Bahasa Arab sebagai Bahasa Internasional

Pada abad ke-7,  Islam yang berasal dari wilayah Arab telah tersebar luas di sepanjang pesisir laut Afrika Utara. Sejak itu agama Islam telah menjadi faktor budaya terpenting di seluruh Afrika Utara. Dengan wilayah Afrika Utara sebagai basis, Islam kemudian menyebar lebih luas ke bagian barat benua Afrika.

Iklim yang terjadi di Afrika Utara, beriklim Mediteran di sepanjang pesisir pantai Afrika Utara. Di pedalaman, terutama di Sahara, perbedaan suhu antara siang dan malam sangat tajam. Curah hujan biasa terjadi di sepanjang pantai dan di lereng utara Pegunungan Atlas. Namun, di sebagian besar pedalaman, termasuk Sahara, curah hujan hampir tidak ada.

Sebagai akibat dari ciri-ciri iklim tersebut dan pengaruhnya terhadap daratan, sebagian besar masyarakat yang berada di sepanjang dataran pantai dan di lereng utara pegunungan. Biasanya mereka tinggal di rumah batu, sedangkan di pedalaman kelompok Nomaden, mereka tinggal di tenda, gua, atau bahkan liang yang digali dari dalam tanah untuk berteduh.

Afrika Utara secara tradisional menjadi daerah penghasil makanan. Inilah yang membuat Afrika Utara merupakan wilayah yang berharga bagi kekaisaran Eropa kuno. Masyarakat di sana biasanya menanam buah kurma, zaitun, anggur, sayuran dan biji-bijian yang kemudian hasil panennya diekspor ke negara lain. Adanya padang rumput yang luas juga menjadikan sebagian masyarakat di Afrika Utara berternak sapi dan domba.

Muhammad Alfairuz
Mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Arab
Universitas Al Azhar Indonesia

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.