Efektivitas Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) sebagai Antidiare

Daun Jambu Biji
Jambu Biji (Sumber: Penulis)

Obat herbal merupakan obat yang berasal dari bahan baku atau sediaan yang terdapat pada tumbuhan yang memiliki efek terapi serta manfaat bagi kesehatan.

Pengobatan secara herbal ini banyak digunakan di negara-negara berkembang dan maju dikarenakan obat herbal memiliki efek samping yang lebih rendah jika dibandingkan dengan obat-obatan kimia.

Faktor yang mempengaruhi penggunaan obat herbal yakni keyakinan serta kepercayaan Masyarakat secara turun temurun pada khasiat obat herbal dalam masa pengobatan penyakit.

Bacaan Lainnya

Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang berfungsi sebagai pengobatan secara tradisional dengan memanfaatkan bahan alam bagi Masyarakat untuk menjaga kesehatan dan mengatasi berbagai macam penyakit.

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai pengobatan tradisional yaitu Jambu biji (Psidium guajava L) adalah tanaman tropis yang berasal dari Amerika dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Tanaman ini termasuk dalam famili Myrtaceae, tanaman ini sangat mudah ditanam dan beradaptasi dengan baik di negara Indonesia, dikarenakan negara Indonesia memiliki iklim tropis, saat ini jambu biji terdapat banyak varientas di Indonesia, dengan rasa, bentuk, dan warna yang beragam.

Tanaman jambu biji salah satu tanaman yang penting dalam kehidupan manusia,tanaman ini memiliki efek terapeutik yang tinggi, jambu biji kaya akan vitamin, mineral, dan serat yang penting untuk kesehatan tubuh, Masyarakat sering menggunakan daunnya sebagai pengobatan diare.

Penelitian oleh (Wang et al 2017) menemukan senyawa fenolik pada daun jambu biji yakni asam galat, rutin, asam klorogenat, avicularin, isokuersetin, kuersetin, dan kaempferol. Penelitian tersebut menggunakan kromatografi cair  kinerja tinggi yang digabungkan dengan spektrometri massa dan didapatkan hasil bahwa kuersetin, rutin, asam galat, avicularin, dan isokuersetin menempati sekitar 65% dari total puncak pada kromatogram.

Zat tanin yang berada pada daun jambu biji bermanfaat sebagai antibakteri dengan menekankan pada protein karena diduga tanin memiliki efek yang sama dengan senyawa fenolik.

Di antara senyawa fenolik, kuersetin merupakan dari senyawa fenolik bioaktif berperan utama dalam daun jambu biji yang berkisar mulai dari 0,181-0,393% (El Sohafy et al., 2009).

Kuersetin merupakan senyawa antioksidan yang memiliki daya reduksi lebih tinggi daripada senyawa fenolik lain dalam jambu biji. Oleh karena itu, kuersetin merupakan senyawa antioksidan paling aktif dan kuat dalam daun jambu biji (Naseer et al., 2018).

Sedangkan pada flavonoid yang terkandung dalam daun jambu biji 0,20% yang dihitung sebagai kuersetin, sedangkan pada ekstrak kental daun jambu biji terdapat kandungan flavonoid total tidak kurang dari 1,40% dihitung sebagai kuersetin.

Diare (Diarhea Disease) yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Diarroi yang memiliki arti mengalir terus, termasuk dalam keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang frekuen. Selain itu, diare juga dapat diartikan bahwa adanya buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dalam keadaan diare dapat berupa air saja dengan frekuensi yang lebih sering dari pada hari-hari biasanya tiga kali atau lebih dalam satu hari.

Di Indonesia diare merupakan penyakit endemis dan kejadian luar biasa (KLB) akibat diare sering menjadi penyebab kematian. Jumlah penderita diare di Indonesia sebanyak 2.549 kasus dan angka Case Fality Rate (CFR) sebesar 1.14%, menurut karakteristik umur kejadian tertinggi diare di Indonesia terjadi pada balita.

Klasifikasi pada diare yaitu diare akut dan juga diare kronik, diare akut dapat didefinisikan pengeluaran tinja yang lembek atau cair dengan dalam jumlah yang lebih banyak dari normal dan waktu berlangsung dalam 14 hari.

Sedangkan pada kondisi diare kronik dapat diartikan berangsung dalam waktu yang terus menerus selama lebih dari 2 minggu atau lebih dari 14 hari secara umun diikuti dengan kehilangan berat badan secara signifikan dan masalah nutrisi.

Peningkatan pada kasus diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya yaitu bisa diakibatkan oleh infeksi serta non infeksi, secara infeksi bisa disebabkan oleh virus,bakteri, atau parasite, sedangkan pada non infeksi seperti makanan,kondisi medis tertentu, alergi makanan, dan obat -obatan.

Beberapa kebiasaan sehari-hari juga bisa meningkatkan risiko diare seperti sanitasi yang buruk, kebiasaan hygiene yang kurang baik, konsumsi makanan yang tidak dimasak dengan benar.

Berdasarkan penelitian (Rahayu 2021) menjelaskan teknis pemberian seduhan daun jambu biji yang pertama dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan untuk membuat seduhan daun jambu biji yaitu sebanyak 6 lembar daun jambu biji segar, kemudian dicuci, dan dilakukan perebusan dalam 600 ml air sampai tersisa setengahnya. Seduhan dituang dalam gelas atau botol, kemudian berikan kepada pasien 2 kali sehari.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Ndukui et al, 2013) yakni menggunakan hewan uji tikus albino yang telah dipuasakan selama 18 jam dan diberikan loperamide sebagai pembanding, minyak jarak digunakan sebagai penginduksi. Frekuensi dan konsistensi feses dihitung selang waktu 4 jam.

Kemudian, tikus diberikan ekstrak daun jambu biji dapat menunjukkan kesembuhan pada tikus. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa daun jambu biji efektif dalam mengatasi diare.

Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan didapatkan kandungan daun jambu biji yang memiliki aktivitas antidiare yang paling efektif terhadap penurunan kolonisasi sel epitel dan produksi enterotoksin pada bakteri yang berpotensi sebagai penyebab diare

Dari hasil beberapa penelitian yang adanya dua zat utama yang dapat memberika efek antidiare pada daun jambu biji, yakni kuersetin dan tanin.

Pada kuersetin yang terdapat dalam daun jambu biji dengan cara kerja menghambat pelepasan asetilkolin yang dapat meningkatkan kontraksi usus disebabkan oleh adanya oleh bakteri, bakteri yang dapat menyebabkan diare seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella enteritidis, Bacillus cereus, dan Vibrio cholera.

Selain itu, tannin yang terkandung di dalam daun jambu biji memiliki sifat pengekelat yang memberikan efek spasmolitik sehingga akan terjadi pengerutan usus yang memicu penurunan gerak peristaltik dan juga mengkerutkan dinding sel bakteri dan membrane sel sehingga mengganggu permeabilitas sel

Secara keseluruhan, daun pada jambu biji (Psidium guajava L) memiliki potensi besar sebagai pengobatan diare, dapat dinyatakan pada hasil yang telah diteliti oleh para peneliti, yang menyatakan bahwa daun jambu biji aman bila di konsumsi serta efektif dalam pengobatan diare secara alternatif.

 

Penulis: Zharatul Thairah Maulidia
Mahasiswa S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi  

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.