Studi Efek Terapeutik Senyawa Flavonoid Dalam Bawang Merah (Allium Cepa) Terhadap Penurunan Resiko Kardiovaskular pada Penderita Hipertensi

Hipertensi, atau tekanan darah tinggi adalah sebuah isu kesehatan yang signifikan di masyarakat global. Menurut statistik dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 1,13 miliar individu di seluruh dunia didiagnosis menderita hipertensi pada tahun 2019. Kondisi ini tidak hanya meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular Contohnya adalah stroke, penyakit jantung koroner, dan kegagalan fungsi ginjal. tetapi juga memberikan beban ekonomi yang besar pada sistem perawatan kesehatan (WHO, 2019).

Meskipun terdapat berbagai macam obat-obatan konvensional yang tersedia untuk mengontrol tekanan darah, banyak pasien hipertensi yang mengalami efek samping yang tidak diinginkan atau bahkan mengalami resistensi terhadap pengobatan tersebut.

Selain itu, biaya pengobatan jangka panjang dengan obat-obatan sintetis dapat menjadi beban finansial yang cukup berat bagi sebagian besar masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk mencari pilihan pengobatan alternatif dari bahan alami yang lebih aman dan terjangkau. (Permatasari, 2020).

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca juga : Terungkap: Potensi Tersembunyi Air Seduhan Bawang Putih sebagai Penstabil Tekanan Darah

Salah satu bahan alami yang telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional dan menunjukkan potensi dalam mengurangi tekanan darah tinggi adalah bawang merah (Allium cepa L.). Bawang merah mengandung berbagai senyawa bioaktif, termasuk flavonoid, yang memiliki efek antioksidan dan anti-inflamasi serta dapat meningkatkan fungsi pembuluh darah.

Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa flavonoid dalam bawang merah, seperti quercetin dan kaempferol, Dapat mengurangi tekanan darah dengan cara menghambat aktivitas enzim konversi angiotensin (ACE) dan meningkatkan produksi oksida nitrat (NO) yang berperan dalam melebarkan pembuluh darah. (Abeng et al., 2021).

Meskipun telah banyak dilakukan penelitian mengenai potensi bawang merah dalam menurunkan tekanan darah, sebagian besar penelitian tersebut masih terbatas pada studi in vitro dan eksperimen hewan. Belum ada banyak penelitian yang menyeluruh mengevaluasi efektivitas dan keamanan penggunaan bawang merah atau ekstrak flavonoidnya sebagai terapi tambahan untuk mengatasi hipertensi pada manusia.

Selain itu, penting untuk diakui bahwa respon individu terhadap bahan alami seperti bawang merah dapat bervariasi, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menetapkan dosis yang optimal dan memverifikasi keamanan penggunaannya.

Studi mengenai efek terapeutik senyawa flavonoid dalam bawang merah pada hipertensi penting karena dampak global dari penyakit ini. Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan tentang potensi bawang merah sebagai terapi tambahan untuk hipertensi, serta membuka peluang untuk pengembangan produk obat herbal yang lebih aman dan efektif.

Tujuan utamanya adalah memahami mekanisme kerja senyawa flavonoid dalam bawang merah terhadap hipertensi, menetapkan dosis yang optimal, dan mengidentifikasi kemungkinan efek samping. Harapannya, penelitian ini akan meningkatkan kualitas perawatan kesehatan dan mengurangi beban penyakit global yang disebabkan oleh hipertensi. 

Baca juga : Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Kelor (Moringa Oleifera) terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi

Mekanisme Senyawa Flavonoid Bawang Merah dalam Menurunkan Risiko Kardiovaskular pada Hipertensi

Mekanisme kerja senyawa flavonoid dari bawang merah dalam mengurangi risiko kardiovaskular pada individu dengan hipertensi telah menjadi perhatian penting dalam penelitian. Studi menunjukkan bahwa flavonoid dapat meningkatkan produksi oksida nitrat (NO) di dalam sel endotel pembuluh darah. NO berperan sebagai vasodilator yang mengendurkan otot polos di dalam pembuluh darah, menghasilkan vasodilatasi yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Proses ini melibatkan aktivasi enzim oksida nitrat sintase endotelial (eNOS) oleh flavonoid tersebut. (Oktarina et al., 2021)

Pemahaman tentang mekanisme kerja senyawa flavonoid, khususnya yang terdapat dalam bawang merah, dalam menurunkan risiko kardiovaskular pada individu dengan hipertensi telah menjadi fokus penelitian yang signifikan. Sifat antioksidan dari flavonoid memberikan Flavonoid memberikan perlindungan yang efektif terhadap kerusakan oksidatif pada sel endotel yang disebabkan oleh radikal bebas.

Tambahan pula, flavonoid memiliki kemampuan anti-inflamasi yang dapat mengurangi peradangan dalam dinding pembuluh darah. Kedua efek ini dapat mendukung fungsi endotel yang optimal, sehingga berpotensi menurunkan risiko kardiovaskular pada individu yang menderita hipertensi. (Oktarina et al., 2021)

Studi juga menunjukkan bahwa flavonoid dapat meningkatkan sensitivitas insulin, yang memiliki peran dalam mengurangi risiko resistensi insulin dan diabetes. Mengingat resistensi insulin merupakan faktor risiko untuk hipertensi, peningkatan sensitivitas insulin oleh flavonoid dari bawang merah dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam menurunkan risiko kardiovaskular pada individu dengan hipertensi (Baptista et al., 2018).

Bukti menunjukkan bahwa senyawa flavonoid yang terkandung dalam bawang merah dapat memengaruhi aktivitas sistem saraf pusat yang terlibat dalam mengatur tekanan darah, seperti sistem renin-angiotensin dan sistem saraf simpatik.

Meskipun mekanisme ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dipahami secara menyeluruh, dampaknya terhadap efek antihipertensi flavonoid dari bawang merah dapat memiliki implikasi yang signifikan terkait dengan penurunan risiko kardiovaskular pada individu dengan hipertensi (Baptista et al., 2018).

Studi In Vivo: Efek Ekstrak Bawang Merah pada Hipertensi Tikus.

Dalam studi preklinik yang dilakukan untuk mengevaluasi efek antihipertensi dan kardioprotektif ekstrak bawang merah pada hewan model, beberapa temuan menarik telah diungkap. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rigelsky dan Sweet pada tahun 2002 menyimpulkan bahwa Memberikan ekstrak bawang merah secara nyata mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik pada tikus dengan kondisi hipertensi akibat diet tinggi garam.

Selain itu, ekstrak bawang merah juga terbukti mengurangi kerusakan oksidatif pada ginjal dan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan seperti superoksida dismutase dan katalase. (Alifariki, 2022).

Bukti Klinik: Pengaruh Konsumsi Bawang Merah terhadap Profil Risiko Kardiovaskular pada Pasien Hipertensi

Dalam penelitian klinis yang dilakukan oleh Jung dan rekannya pada tahun 2014, sebanyak 70 peserta yang menderita hipertensi ringan hingga sedang ikut serta. Kelompok yang mengonsumsi 240 ml jus bawang merah setiap hari selama 8 minggu menunjukkan Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik mencapai 11,6 mmHg, sementara tekanan darah diastolik menurun sebesar 6,3 mmHg.

jika dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini menggambarkan dampak positif dari terapi senyawa flavonoid dalam bawang merah terhadap penurunan risiko kardiovaskular pada penderita hipertensi (Desiyani, 2021).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Reinhart dan kolega pada tahun 2009 melibatkan 54 peserta yang menderita hipertensi ringan hingga sedang. Kelompok yang diberi ekstrak bawang merah dosis standar 600 mg dua kali sehari selama 12 minggu mengalami Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik adalah 10,2 mmHg dan tekanan darah diastolik adalah 8,4 mmHg dibandingkan dengan kelompok yang diberi plasebo (Rodriguez, 2023).

Baca juga : “Efektivitas Kompresan Serbuk Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Sebagai Fitoterapi pada Penyakit Gout Arthritis”

Perbandingan Efektivitas Senyawa Flavonoid Bawang Merah dengan Obat Antihipertensi Konvensional

Penelitian ilmiah telah menyoroti potensi terapi kombinasi senyawa flavonoid yang ditemukan dalam bawang merah, seperti quercetin dan kaempferol, bersama dengan obat antihipertensi konvensional dalam mengurangi risiko kardiovaskular pada individu dengan hipertensi.

Senyawa-senyawa ini dipercaya memiliki efek sinergis dalam menurunkan tekanan darah melalui berbagai mekanisme, termasuk penghambatan enzim konversi angiotensin (ACE), peningkatan produksi oksida nitrat (NO), serta efek antioksidan dan antiinflamasi.

Bawang merah menonjol sebagai terapi tambahan karena mudah ditemukan, biaya yang terjangkau, dan minimnya efek samping jika dibandingkan dengan obat-obatan sintetis. Integrasi bawang merah ke dalam pola makan sehari-hari juga dapat dilakukan dengan mudah (Edy, 2022).

Meskipun obat antihipertensi konvensional telah terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah, seringkali Mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan seperti hipotensi, gangguan fungsi seksual, dan masalah metabolisme. Dalam konteks ini, penggunaan senyawa flavonoid dalam bawang merah sebagai tambahan terapi menawarkan Sebuah opsi yang lebih aman dengan potensi risiko efek samping yang lebih rendah.  (Widyatuti, 2008).

Namun, meskipun bukti awal menunjukkan harapan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk secara menyeluruh membandingkan efektivitas dan keamanan senyawa flavonoid dalam bawang merah dengan obat antihipertensi konvensional. Tantangan dalam implementasi termasuk menentukan dosis yang optimal, mengidentifikasi pasien yang paling mungkin mendapatkan manfaat, dan memberikan edukasi yang tepat kepada masyarakat tentang penggunaan bawang merah sebagai tambahan terapi  (Heryani & Lestari, 2023).

Keamanan dan Efek Samping Penggunaan Bawang Merah sebagai Terapi Komplementer Hipertensi

Hipertensi adalah kondisi medis umum yang memerlukan pendekatan holistik dalam manajemennya untuk mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular. Studi terhadap efek terapeutik senyawa flavonoid dalam bawang merah (Allium cepa) telah menunjukkan potensi untuk menurunkan risiko kardiovaskular pada individu dengan hipertensi. Bawang merah telah lama digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai kondisi kesehatan, termasuk hipertensi atau tekanan darah tinggi (Aryanta, 2019).

Bawang merah diyakini dapat menurunkan tekanan darah melalui mekanisme yang terkait dengan senyawa-senyawa seperti alilpropil disulfida dan senyawa organosulfur lainnya. Senyawa-senyawa ini diyakini dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi lebih santai dan meningkatkan produksi nitrat oksida, yang kemudian membantu menurunkan tekanan darah. Namun, penting untuk menyoroti keamanan dan memberikan rekomendasi penggunaan bawang merah sebagai terapi komplementer hipertensi (Marwan et al., 2022).

Penggunaan bawang merah sebagai terapi tambahan untuk hipertensi memiliki keamanan yang patut diperhatikan. Dibandingkan dengan obat antihipertensi konvensional, bawang merah umumnya memiliki efek samping yang minimal, menjadikannya alternatif yang lebih aman bagi sebagian individu dengan hipertensi. Selain itu, bawang merah cenderung memiliki sedikit interaksi dengan obat-obatan lain, mengurangi risiko efek samping akibat interaksi obat.

Walaupun tidak umum, ada kemungkinan beberapa orang mengalami reaksi alergi terhadap bawang merah, sehingga penggunaan perlu diawasi pada mereka yang memiliki riwayat alergi atau sensitivitas tertentu.

Bawang merah dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam pola makan sehari-hari sebagai bagian dari pendekatan holistik dalam pengelolaan hipertensi. Namun, pemantauan teratur terhadap respons tubuh terhadap penggunaan bawang merah tetap diperlukan, terutama pada individu dengan kondisi kesehatan yang kompleks atau yang mengonsumsi obat-obatan lain.

 

Nessa Azzarah

Mahasiswa S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI