Efektivitas Teh Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat pada Orang Dewasa

Kelor
Teh Daun Kelor.

Asam urat (gout) merupakan penyakit rematik yang disebabkan oleh kelainan metabolisme  purin dan ditandai dengan peningkatan kadar asam urat dalam darah. Peradangan sendi asam urat bersifat kronis, dan serangan asam urat yang berulang biasanya dapat menyebabkan sendi yang terkena menjadi bengkok atau cacat.

Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin, dan asupan berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit.

Peningkatan kadar asam urat diduga erat kaitannya dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular, dan penyakit ginjal kronis. Selain itu, peningkatan kadar asam urat merupakan faktor risiko penyakit arteri perifer, resistensi insulin, dan sindrom metabolik.

Bacaan Lainnya

Gangguan metabolisme yang mendasari penyakit ini adalah hiperurisemia yang ditandai dengan peningkatan kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl pada pria atau 6 mg/dl pada wanita.

Hiperurisemia dapat diobati dengan beberapa cara, termasuk diet rendah purin, edukasi yang tepat, dan terapi obat. Salah satu obat standar yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat darah adalah allopurinol, yang bekerja dengan cara menghambat kerja enzim xanthine oksidase.

Namun, allopurinol jika digunakan dalam jangka panjang dapat menyebabkan perdarahan pada saluran cerna dan dapat merusak ginjal. Hal ini terjadi karena obat tersebut tergolong ke dalam Golongan OAINS yang menyebabkan aliran darah di ginjal menurun sehingga lama kelamaan akan mengganggu fungsi ginjal. Oleh karena itu, dibutuhkan terapi non farmakologis untuk mengatasi nyeri pada asam urat.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013, sebesar 81% penderita asam urat di Indonesia hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas (WHO, 2015).

Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 tahun sebesar 32% dan di atas 34 tahun sebesar 68% (Jaliana, Suhadi & La Ode, 2018).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa penyakit sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter sebesar 7,3% sedangkan berdasarkan daerah diagnosis dokter tertinggi di Provinsi Aceh sebesar 13.3% dan berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi yaitu di Nusa Tenggara Timur sebesar 31.1 % (Riskesdas, 2018).

Gejala asam urat antara lain radang sendi, mengalami nyeri saat bangun tidur atau nyeri hebat pada persendian dan tidak bisa berjalan. Gejala lain termasuk nyeri di tempat peradangan, kemerahan, bengkak, rasa hangat, demam disertai menggigil, leukositosis, dan peningkatan laju sedimentasi eritrosit.

Moringa oleifera lamk atau dikenal dengan nama Daun Kelor, dipercaya sebagai tanaman obat asam urat, radang sendi, dan berbagai penyakit lainnya karena kandungan fitokimia yang dimilikinya.

Baca Juga: Efektivitas Daun Kelor (Moringa Oleifera) dalam Menurunkan Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus.

Menurut penelitian Ojiako (2014), ekstrak daun kelor mengandung tanin 8,22%, saponin 1,75%, dan fenol 0,19%. Daun kelor memiliki kandungan bahan aktif seperti flavonoid, saponin, tanin, polifenol sebagai antimikrobia, dan mempunyai sifat antibiotik, anti inflamasi, detoksifikasi, dan antibakteri yang sangat penting bagi tubuh.

Daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino, antara lain berbentuk asam asfartat, asam glutmat, alanine, valin, lousin, isoleusin, histidin, lisin, alginin, venilaninin, triftopan, sistein dan metonin.

Daun kelor yang diekstraksi memiliki sifat anti-inflamasi dan analgesik yang membantu meredakan nyeri. Daun kelor mengandung flavonoid yang memiliki sifat analgesik dan meredakan nyeri. Daun kelor menghambat enzim siklooksigenase sehingga menurunkan prostaglandin dan mengurangi nyeri. Kegunaan flavonoid  yang bermanfaat melawan peradangan.

Pembuatan seduhan daun kelor diperoleh dari 3,75 gram/kg BB yang diseduh dengan 3,6 ml air hangat. Dosis bubuk daun kelor sebesar 3,75 gram/kg BB diperoleh dari 11,1 gram daun kelor segar. Penentuan dosis diperoleh dari konversi dosis kuersetin sebesar 10 mg/kg BB.

Cara pembuatan bubuk daun kelor seperti penelitian sebelumnya yaitu dengan mengeringkan 11,1 gram daun kelor segar, selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan grinder. Proses pengeringan dilakukan di tempat teduh dan bebas serangga, hewan pengerat, serta debu (Mishra, et al. 2012).

Cara membuat daun kelor yang dapat dijadikan teh adalah:

  1. Ambil daun kelor, cuci bersih lalu keringkan;
  2. Setelah kering, petiki daunnya lalu letak ke wadah dan diamkan/ angin-anginkan;
  3. Biarkan sampai kering sambil sesekali dibolak-balik agar merata keringnya (+- 12 hari);
  4. Setelah kering bisa disimpan ke dalam toples/ wadah tertutup.

Baca Juga: Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Kelor (Moringa Oleifera) terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi

Cara membuat teh daun kelor, yaitu:

  1. Ambil 1 sendok makan daun kelor kering;
  2. Lalu seduh dengan air panas;
  3. Tunggu sampai warnanya keemasan ±10-15 menit;
  4. Lalu saring dan siap dinikmati. Bisa ditambah madu sebagai pemanis.

Penulis:

Gilang Wahyudi
Mahasiswa Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.