Fitoremidiasi Inovasi Atasi Cemaran Siklus Hidrologi

Perlu kita tahu dalam kehidupan keseharian manusia, peran air sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kegiatan. Hingga kadar air dalam tubuh mencakup 2/3 kebutuhan keseluruhan asupan yang dikonsumsi. Air yang kita gunakan dalam memenuhi kebutuhan kita berasal dari berbagai proses perputaran air.

Jadi apabila siklus perputaran air tersebur tercemar akan berpengaruh kembali pada konsumtor air itu sendiri. Upaya menjaga kelestarian air secara awam, bisa dimulai dengan tidak membuang sampah ke sumber air.

Hal tersebut mampu membantu kelancaran siklus hidrologi, karena dengan banyaknya lahan hijau turut membantu proses penyerapan air kedalam tanah untuk dilakukan perputaran siklus hidrologi berkelanjutan.

Bacaan Lainnya
DONASI

Namun Apakah Upaya yang Dapat Kita Lakukan Secara Efektif Jika Cemaran yang Sudah Larut Kedalam Air?

Sebagai mahasiswa sipil, efektifitas penanganan cemaran hidrologi juga menjadi cakupan penting dalam keilmuanya. Dalam keilmuan teknik sipil mempelajari berbagai aspek pengelolaan air secara efektif. Parameter mengenai efektifitas pengelolaan air tidak bisa secara kasat mata. Parameter air yang efektif adalah ketika air diuji dengan standar BOD, COD, TSS, DO, dan pH.

Pengujianefektif air juga memiliki waktu yang terbatas. Pengujian air memiliki hasil efektif hanya dalam kurun waktu 3 jam. Standar parameter pada air juga telah menjadi hal wajib dalam runtutan proses pengelolaan air secara efektif. Karena jika air tidak dikelola secara efektif dapat memantik gejala penyakit serius.

Baca juga: Adakah Hubungan Antara Frekuensi Asupan Kalsium, Magnesium, dan Zat Besi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja?

Berbagai jenis penyakit memungkinkan timbul apabila pada proses pengolahan air tidak tepat. Penyakit yang timbul akibat kesalahan pengolahan air disebut waterborne diseases. Waterborne diseases merupakan suatu proses penularan gejala penyakit dengan media air. Kondisi air seperti ini dapat memunculkan sesuatu gejala penyakit yang serius.

Contoh dari penyakit waterborne diseases adalah diare, tifoid, dan leptospirosis. Kesalahan pengolahan limbah utamanya pada air konsumsi berimbas pada penyakit yang mengganggu kesehatan. Perlu adanya inovasi pengelolaan limbah pada air yang dapat meminimalisir resiko terkait.

Selaku mahasiswa penempuh bangku pendidikan tinggi tentu menjadi tugas kita untuk menemukan inovasi pemecah masalah air tersebut. Inovasi tersebut nantinya akan dipergunakan untuk mengurai limbah air.

Bersumber dari mata kuliah Ilmu Lingkungan terdapat bebagai inovasi solutif untuk permasalahan lingkungan. Salah satu inovasi yang dipelajari adalah perihal penggunan teknologi tanaman untuk filtrasi polutan air.

Inovasi ini muncul setelah adanya jurnal pengujian yang mencuat pada media. Pengujian membuktikan bahwasanya inovasi teknologi tersebut mampu menguraikan polutan air. Kedepanya diharapkan inovasi ini akan lebih dikenalkan pada masyarakat luas karena potensi keefektifannya.

Penggunaan mediator berupa tanaman dalam proses filtrasi air dapat disebut dengan teknologi fitoremidiasi. Teknologi ini telah membuktikan kegunaan lain tanaman air. Dalam penerapan fitoremidiasi menggunakan tanaman seperti Eceng gondok dan Kangkung.

Kedua tanaman terkait telah melewati pengujian dan menghasilkan keefektifan tertinggi dalam proses fitoremidiasi. Dimuat dalam jurnal “Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan” terkait penerapan teknologi fitoremidiasi telah diterakan bahwasanya eceng gondok mampu menurunkan kandungan polutan air sebanyak 77,5%.

Jalanya pengujian penerapan metodologi fitoremidiasi pada pengolahan air terus dilanjutkan menggunakan berbagai metode eksperimen.

Bersumber dari junal “SOSAINS” metode yang digunakan dalam pengujian adalah dengan eksperimen. Eksperimen atau percobaan efisiensi teknologi ini ditujukan pada penguraian limbah air laudry. Pada eksprerimen tersebut digunakan mediator berupa eceng gondok.

Tujuan eksperimen ini sendiri juga berkaitan dengan pemakaian jumlah mediator. Dengan menggunakan variable mediator yang berbeda eksperimen ini dijalankan. Runtutan proses eksperimen dimulai dengan uji lab, uji karakteristik dilanjut dengan proses aklimatasi. Proses aklimatasi dalam eksperimen ini dijalankan selama 7 hari dan bertujuan untuk pengujian daya tahan tumbuhan.

Poroses aklimatasi merupakan uji tahan terhadap mediator saat dihadapkan dengan limbah. Tahap aklimatasi berfokus pada daya serap mediator terhadap polutan. Sehingga pada tahap ini memunculkan reaksi mediator terhadap limbah.

Pada tahapan aklimatasi akan ditemukan titik kelemahan mediator. Batasan waktu pada proses aklimatasi umumnya berkisar 7 hari. Pada tahapan ini, mediator akan diuji kelayakannya sebelum masuk pada tahapan selanjutnya. Ketika kelayakan dan ketahan mediator berhasil diuji maka aklimatasi akan dilanjutkan dengan pengujian lanjutanya.

Setelah lolos dari tahap pengujian aklimatasi maka akan didapati hasil efisiensi tanaman dalam berinteraksi dengan limbah. Efisiensifitas dari mediator akan sangat mempengaruhi hasil dari proses fitoremidiasi.

Karenanya efisiensi daya serap mediator mengalami pengujian dalam beberapa tahap. Kelayakan efisiensi daya serap mediator ketika beinteraksi dengan polutan juga mempengaruhi dampak yang dihasilkan.

Kadar efisiensi polutan yang lolos sebesar 39mg/5 mediator. Dan kadar efisiensi ini sudah menjadi standar yang bisa diperhitungkan sesuai jumlah mediator. Parameter efisiensi juga dikembalikan pada hasil pengukuran kadar BOD dan COD yang menjadi tidak toxic.

Baca juga: Green Construction, Bangunan Ramah Lingkungan yang Dibuat Dengan Menggunakan Teknologi Tepat

BOD atau (Biological Oxygen Demand) dan COD yaitu (Chemical Oxygen Demand) merupakan jumlah mikroorganisme pengurai bahan organic didalam air. BOD dan COD digunakan sebagai parameter pengukuran jumlah oksigen pelarut polutan air. Kegunaan dari BOD dan COD untuk mengoksidasi polutan dan penunjuk intensitas pencemaran air.

Adanya polutan air memang hal yang alamiah namun dengan keberadaan BOD dan COD melarutkan suspense dalam air buangan. Kenapa hal itu sangat diperlukan karena proses penguraian dalam air dapat menghasilkan bau busuk. Sehingga BOD dan COD disini berperan sebagai biodegradable pada biota air yang mati. Sehingga dapat memaksimalkan kenrja sistem fitoremidiasi.

Dari pengujian yang bersumber pada clara kimia (Indonesian E- Journal of Applied Chemistry) sistem fotoremidiasi dengan eceng gondok terbuki efektif. Sistem fitoremidiasi dengan eceng gondok menurunkan logam Cu sebesar 0,264%mg/L.

Diperbandingkan dengan sistem penanganan yang lain sistem ini yang minim resiko dan Tingkat kegagalnya masih bisa ditanggulangi. Sistem ini memiliki jangka Panjang dan memberikan solusi dengan pemanfaatan tanaman. Sistem ini juga membuktikan bahwa dalam pengelolaan air tidak hanya terpaku kepada bahan kimiawi.

Pemanfaatan mediator dalam menjalankan sistem ini pun tidak hanya berhenti ketika berhasil menangani pencemaran, tapi mediator masih dapat digunakan setelah system ini sudah selesai satu putaran.

Pemanfaatan mediator terutama eceng gondok selain sebagai mediator bisa digunakan sebagai pupuk. Hal ini mengingat bahwa eceng gondok merupakan tanaman organik yang bisa terlebur menjadi pupuk tanaman lain. Pemanfaatan kembali eceng gondok ini juga telah melewat pengujian.

Terbukti kebermanfaatan eceng gondok dalam penggunaan kembali adalah dengan berhasil terolahnya eceng gondok menjadi “Pupuk Po Eceng Gondok untuk tanaman sawi”.

Pengolahan sisa mediator ini juga terbukti tidak menimbulkan efek samping dan minim resiko dalam pemanfaatan kembali. Penelitian kebermanfaatan kembali ini hasil dari penelitian Anastasia 2015.

Dengan terteranya berbagai kebermanfaatan inovasi sistem fitoremidiasi perlu rasanya dilakukan pengkajian lanjutan. Hal ini yang sekiranya memunculkan entah terapan atau temuan baru yang lebih menyelaraskan penerapan sistem ini.

Baca juga: Mengatasi Polusi Air Kunci untuk Pembangunan Berkelanjutan

Dengan pengkajian yang berlanjut dengan sumber relevan, bukan hal mustahil untuk benar benar membuat penerapan fitoremidiasi menjadi solusi cemaran air. Menemukan cara efektif dalam penanganan air merupakan hal yang penting. Namun yang lebih penting adalah menjaga keberlangsungan semua elemen kehidupan terutamanya air agar bisa selaras dan terus mendukung keberlangsungan kehidupan seluruh makhluk hidup.

Penulis: Yosi Sa’idhah

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tidar

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI