Sekarang ini siapa yang tidak memiliki media sosial? dan siapa yang tidak menggunakan media sosial setiap harinya? Media sosial sudah menjadi aplikasi yang digunakan setiap hari oleh masyarakat khususnya Gen Z dan Millenial untuk meng-update informasi atau sekedar membuang suntuk.
Pasalnya, saat ini banyak sekali Gen Z yang kurang bijak dalam menggunakan media sosial. Padahal banyak sekali informasi-informasi yang diperoleh dalam sekali click contohnya seperti nilai-nilai kebangsaan, identitas nasional, dan semangat persatuan yang dapat membantu Gen Z dalam meningkatkan wawasan kebangsaan mereka.
Media sosial memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan wawasan kebangsaan apabila digunakan dengan baik dan bijak. Media sosial menyajikan banyak sekali konten-konten positif seperti perjuangan bangsa, budaya lokal, serta tokoh-tokoh inspiratif nasional yang tentunya dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kebanggan terhadap identitas nasional.
Jadi apakah dengan hadirnya media sosial semangat wawasan kebangsaan Gen Z semakin tinggi? atau dengan hadirnya media sosial malah mengakibatkan wawasan kebangsaan itu semakin menurun? Ironisnya fakta keadaan saat ini wawasan kebangsaan Gen Z hanya sekedar saja.
Mengapa begitu? Karena Gen Z memang cenderung mengikuti dan peduli terhadap isu-isu sosial seperti keadlian, lingkungan, toleransi dan bahkan kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah saat ini. Tetapi terkait wawasan kebangsaan seperti sejarh perjuangan, ideologi pancasila dan pilar-pilar kebangsaan lainnya, pemahaman mereka cenderung dangkal atau bersifat formalitas-seperti hafalan, bukan pemahaman mendalam.
Positifnya dengan kehadiran media sosial dapat membantu wawasan kebangsaan Gen Z karena terdapat potensi besar untuk menumbuhkan semangat nasionalisme yang inklusif dan progresif tetapi tetap harus diikuti dengan pendidikan karakter, literasi digital, dan pendekatan yang sesuai dengan gaya hidup serta bahasa Gen Z.
Mungkin akan mendatangkan perspektif atau penolakan dari pihak lain terkait menggunakan bahasa Gen Z dan tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Media sosial mampu membantu kampanye-kampanye digital yang dibuat oleh pemerintah atau organisasi masyarakat sampai ke Gen Z. Contoh konkrit yang dapat dilihat yaitu penggunaan tagar #HariPahlawan atau #BanggaIndoesia yang sering sekali kita lihat di hari-hari peringatan nasional.
Baca juga: Dari Offline ke Online: Dampak Media Sosial terhadap Perubahan Pola Omongan Anak
Tentunya kampanye tersebut tidak hanya sampai dan lewat seperti itu saja, Gen Z juga berpartisipasi menggunakan tagar tersebut dengan konten-konten yang mereka buat, contohnya seperti make-up challange dan transisi pakaian daerah.
Dengan konten-konten yang menarik tersebut menarik perhatian Gen Z untuk mendalami kebudayaan dan sejarah kebangsaan Indonesia. Media sosial juga mampu menjadi sarana dialog masyarakat dari berbagai daerah untuk memperat dan meningkatkan toleransi serta kesadaran akan keberagaman Indonesia.
Tentunya sisi positif dari media sosial juga diikuti oleh sisi negatifnya. Dengan kemudahan dalam mengakses dan penyebaran informasi di media sosial menjadikan banyak informasi tidak benar (haoxs) menyebar dan mengakibatkan ujaran kebencian serta juga terdapat konten yang menganding radikaisme atau separatisme yang dapat mengikis semangat kebangsaan.
Kerap kali terjadi polarisasi opini dan pertentangan antar kelompok masyarakat yang ada di diskusi politik daring sehingga berpotensi merusak rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Lalu bagaimana langkah yang baik untuk mengatasi hal negatif tersebut? Maka diperlukan kerjasama seluruh pihak. Pemerintah harus memperkuat literasi digital melalui pendidikan formal dan nonformal, sementara itu Gen Z diharapkan mampu menjadi pengguna media sosial yang bijak dan kritis terkait informasi yang diterima.
Kreator dan influencer tentunya juga memiliki tanggung jawab moral untuk menyebarkan nilai-nilai kebangsaan melalui konten-konten yang edukatif dan inspiratif. “Media sosial seharusnya menjadi alat untuk memperkuat identitas nasional, bukan memecah belah bangsa”.
Penulis: Rihando Ginting
Mahasiswa Ilmu Pemasyarakatan, Politeknik Pengayoman Indonesia
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google Newsp