Saat ini saya telah menempuh semester 6 dan sedang mengerjakan program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) Proyek Kemanusiaan. Saya akan menuliskan kampanye pariwisata ramah difabel di Destinasi Wisata.
Saya adalah seorang mahasiswa berkebutuhan khusus yang dibuktikan dari hasil test psikologi melalui proses assessment atau penilaian mengalami hambatan intelektual kategori IQ kurang dengan skor 76, yang berpengaruh pada kemampuan belajar, bernalar, membuat keputusan dan memecahkan masalah.
Sebelum menjalani kuliah di Program Studi Usaha Perjalanan Wisata, saya memiliki sifat sangat pemalu untuk berbicara atau berkomunikasi di depan umum, kurang percaya diri, dan kurang bisa konsentrasi belajar, namun bercita-cita ingin mengetahui banyak tentang pariwisata.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, tentang kepariwisataan, yang dimaksud destinasi wisata adalah kawasan geografis yang berbeda dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006, maksud ramah difabel artinya menciptakan keramahan, rasa nyaman, keamanan bagi siapapun bukan hanya penyandang disabilitas tapi dapat juga untuk lanjut usia atau orang tua, anak-anak dan orang sakit.
Karena ramah difabel terbangun atas asas fasilitas dan aksesibilitas meliputi keselamatan, kemudahan, kegunaan, dan kemandirian. Ramah difabel diharapkan dapat menjangkau semua fasilitas umum yang tersedia dan dapat langsung digunakan oleh yang memerlukan.
Dalam kampanye pariwisata ramah difabel, saya melakukan observasi di beberapa tempat antara lain di agrowisata.
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor 204/ KPTS/HK/050/4/1989 dan Nomor KM.47/PW.DOW/MPPT/89 tentang koordinasi pengembangan wisata Agro: Maksud Agrowisata adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, perjalanan, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian.
Tempat lokasi observasi dilakukan yaitu: Destinasi Agrowisata Cilangkap dengan alamat Jalan Raya Cilangkap Nomor 45, RT 6/RW 1, Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, observasi dilakukan pada tanggal 31 Maret 2023.
Agrowisata Cilangkap merupakan taman agrowisata yang luasnya sekitar 19,5 hektar, di mana terdapat berbagai macam pohon, pohon buah-buahan, hidroponik, kebun sayuran, area pembibitan, danau buatan dan taman rekreasi sehingga cocok untuk wisata keluarga.
Alasan saya memilih lokasi agrowisata Cilangkap sebagai tempat observasi yaitu: karena mudah diakses, lokasi dapat dijangkau dari berbagai penjuru Jakarta dengan kendaraan umum dan pribadi; memiliki lahan yang cukup luas; dan terdapat berbagai macam pohon, pohon buah-buahan, hidroponik, kebun sayuran, area pembibitan, danau buatan, dan taman rekreasi.
Baca Juga: Tim SMART Difabel Menggiatkan Pelatihan Ekonomi Kreatif untuk Penyandang Disabillitas
Kendala dan hambatan yang saya alami ketika melakukan kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap antara lain:
- Belum tersedianya pemandu wisata khusus difabel;
- Kurang tersedianya rambu petunjuk arah yang jelas dalam bentuk yang menarik dan mudah dipahami;
- Tidak terdapat papan nama pada pohon dan uraian penjelasan atas jenis tumbuhan tersebut.
Harapan saya kepada destinasi agrowisata Cilangkap agar semakin ramah difabel khususnya bagi saya dengan hambatan intelektual adalah:
- Sosialisasi melalui media cetak atau elektronik terkait keberadaan suatu destinasi agrowisata yang ramah difabel;
- Tersedianya fasilitas yang ramah difabel di agrowisata Cilangkap;
- Lebih diperbanyak diadakan atraksi atau acara di lokasi untuk menarik minat para difabel.
Destinasi selanjutnya yang saya observasi adalah destinasi wisata budaya. Menurut Pitana dan Diarta (2009), pengertian Wisata Budaya merupakan jenis pariwisata yang berdasarkan pada tradisi kesenian, upacara-upacara, dan pengalaman yang menggambarkan suatu bangsa atau dengan suku bangsa masyarakatnya merefleksikan keanekaragaman dan identitas dari masyarakat tersebut.
Lokasi observasi saya yaitu destinasi wisata budaya Setu Babakan yang beralamat di Jalan RM. Kahfi II, RT 13/ RW 8, Srengseng, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada tanggal 31 April 2023.
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah kawasan wisata yang di mana terdapat kebudayaan Betawi mulai dari kesenian, rumah adat, hingga makanan khas Betawi.
Alasan pemilihan lokasi Setu Babakan sebagai tempat observasi saya yaitu: karena mudah diakses; lokasi dapat dijangkau dari berbagai penjuru Jakarta dengan kendaraan umum dan pribadi; terdapat aneka kebudayaan Betawi mulai dari kesenian, rumah adat, hingga makanan khas Betawi; serta terdapat beberapa fasilitas difabel.
Kendala dan hambatan yang dialami dalam melakukan kegiatan wisata di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan hanya belum tersedia pemandu wisata khusus difabel.
Harapan saya kepada destinasi wisata budaya Betawi Setu Babakan agar semakin ramah difabel khususnya bagi saya adalah: tersedianya pemandu wisata khusus difabel dan kegiatan seni yang melibatkan kaum difabel.
Baca Juga: Tekad Kuat Penyandang Difabel Sebagai Ajang Pembuktian Diri
Observasi selanjutnya yaitu Destinasi Wisata Buatan. Menurut Yoeti (1996), destinasi wisata buatan manusia adalah segala sesuatu dari aktivitas manusia yang khas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan sebagai objek wisata seperti benda-benda sejarah, kebudayaan, religi, serta tata cara manusia.
Lokasi observasi wisata buatan yang saya pilih sebagai tempat observasi yaitu: Museum Nasional yang beralamat di Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 12, Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.
Saya melakukan observasi pada tanggal 01 April 2023. Alasan pemilihan Museum Nasional sebagai tempat observasi saya karena Museum Nasional terletak di Jakarta Pusat yang sangat strategis, yang mudah diakses dengan kendaraan umum dan pribadi, dan merupakan jenis museum pendidikan di mana terdapat barang-barang yang berhubungan dengan arkeologi, sejarah, etnografi, dan geografi.
Museum Nasional merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi saya saat berwisata di Museum Nasional sudah tidak mengalami kendala dan hambatan karena telah memiliki fasilitas ramah difabel sebagai berikut:
- Tersedia pemandu wisata yang mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan penyandang difabel. Mereka sigap dan bersedia membantu dan mendampingi apabila kita membutuhkan informasi dan berkeliling museum;
- Tersedia fasilitas papan penunjuk dan penjelasan yang interaktif dan mudah dipahami oleh pengunjung serta tersedia fasilitas scan QR code di mana di dalamnya tersedia informasi yang cukup lengkap dari masing-masing koleksi yang tersedia;
- Tersedia penunjuk arah yang mudah dimengerti dan di setiap sudut terdapat penjaga sehingga tidak ada rasa khawatir terhadap perlakukan diskriminasi.
Observasi saya selanjutnya yaitu Destinasi Desa Wisata. Menurut Wiendu (1993), desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Lokasi observasi desa wisata yang saya pilih yaitu kampung wisata Keranggan, yang beralamat di Jalan Lingkar Selatan RT 013, RW 005, Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan. Observasi dilakukan pada tanggal 09 April 2023.
Kampung Wisata Keranggan merupakan wisata berbasis masyarakat di Kota Tangerang Selatan yang dikelola oleh Pokdarwis dan memiliki wisata alam sepanjang Sungai Cisadane, terdapat Home Industry, Homestay, Wisata Sungai, atraksi Seni Budaya, dan rumah Saung Cisadane.
Alasan saya memilih Kampung Wisata Keranggan untuk diobservasi karena terletak tidak jauh dari BSD City sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan keadaan yang masih alami dan asri serta terpilih sebagai salah satu dari 75 Desa Wisata terbaik ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia) tahun 2023.
Berdasarkan hasil observasi di Kampung Wisata Keranggan, saya tidak mengalami hambatan dan kendala karena ketika melakukan kunjungan dan berkegiatan di sana, sudah ramah difabel yaitu tersedianya fasilitas yang mendampingi saya.
Namun hanya kurang tersedianya rambu petunjuk arah yang jelas dalam bentuk yang menarik dan mudah dipahami agar lebih jelas alur perjalanan kegiatan dan objek-objek wisatanya.
Harapan saya pada destinasi ini adalah tersedianya papan interpretasi yang lebih banyak dan menambah kegiatan yang dapat menarik pengunjung.
Penulis: Rilwanu Mu’min
Mahasiswa Perjalanan Wisata Universitas Negeri Jakarta
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi