Pembahasan Mengenai Kritik Sanad Hadist

kritik sanad hadist

A. Pendahuluan

Hukum silam pertama setelah Al-quran adalah Hadist. Hadis sebagai elemen utama dalam bangunan syariat Islam selalu saja menjadi daya tarik bagi siapapun yang ingin mengkaji dan mendiskusikan Islam.

Selain berkedudukan sebagai sumber hukum hadist juga berfungsi sebagai penjelas, perinci dan penafsir Alquran, oleh karena itu otentisitas sumber Hadis adalah hal yang sangat penting. Untuk mengetahui otentik atau tidak nya sumber Hadis tersebut maka kita harus mengetahui dua unsur yang sangat penting yaitu sanad dan matan.

Kedua unsur tersebut mempunyai hubungan fungsional yang dapat menentukan eksistensi dan kualitas suatu Hadis.

Bacaan Lainnya

Sanad adalah mata rantai atau silsilah keguruan yang menghubungkan seseorang dengan gurunya hingga sampai kepada Rasulullah yang menjadi pengantar bagi matan hadis. Sementara matan adalah isi atau kandungan hadist.

Penelitian hadist bukan hanya terfokus pada isi atau kandungan hadist saja, melainkan harus pada sanadnya juga, atau dikenal dengan istilah kritik sanad.

Hadist dapat diterima atau digunakan sebagai landasan hujjah apabila memenuhi syarat-syarat keshahihan, baik dari aspek matan maupun sanadnya.

Baca juga: Kritik Sanad Hadis

Syarat-syarat keshahihan suatu hadits sangatlah penting, karena pengamalan atau perbuatan dari suatu hadits yang tidak mencukupi syarat-syarat keshahihan, akan berakibat dengan penyelewengan makna dari hadits, bahkan lebih parahnya dapat berakibat menyeleweng dari ajaran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

Nah, pada pembahasan kali ini, saya akan terfokus pada kritik sanad hadist. Diantara bahasannya adalah terkait pengertian dari kritik sanad, urgensi ktitik sanad, metode dan langkah-langkah penelitian sanad hadist.

B. Pembahasan

1. Pengertian Kritik Sanad

Secara etimologi mengandung kesamaan arti dengan kata thariq yaitu jalan atau sandaran sedangkan menurut terminologi, sanad adalah jalannya matan, yaitu silsilah paraperawi yang memindahkan (meriwayatkan) matan dari sumbernya yang pertama.

Maka pengertian kritik sanad adalah penelitian, penilaian, dan penelusuran sanad Hadis tentang individu perawi dan proses penerimaan Hadis dari guru mereka dengan berusaha menemukan kesalahan dalam rangkaian sanag guna menemukan kebenaran yaitu kualitas Hadis.

Praktek dari kritik sanad sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw yang dilakukan oleh para sahabat, dilanjutkan oleh para tabi’in dan generasi-generasi selanjutnya sampai saat ini.

Pada saat Rasulullah masih ada, untuk membuktikan kebenaran suatu hadits adalah dengan menanyakannya langsung kepada beliau, namun setelah beliau tiada, praktek kritik sanad dilakukan dengan bertanya kepada sahabat lain yang mendengar atau melihat hadits tersebut dari Rasulullah. Kegiatan praktek kritik matan juga dilanjutkan oleh generasi selanjutnya, sampai pada era kontemporer saat ini.

Baca juga: Analisis Hadits dari Sisi Matan dan Pensyarahannya

2. Urgensi Kritik Sanad

Tujuan pokok dari penelitian sanad dan matan Hadis adalah untuk mengetahui kualitas suatu Hadis, karena hal tersebut sangat fungsional berhubungan dengan kehujjahan Hadis.

Suatu Hadis dapat dijadikan hujjah (dalil) dalam menetapkan hukum apabila Hadis tersebut telah memenuhi syarat-syarat diterimanya (maqbul) suatu Hadis.

Adapun Hadis yang perlu diteliti adalah Hadis yang berkategori ahad, yaitu yang tidak sampai kepada derajat mutawatir. karena Hadis kategori tersebut berstatus Zhanni al Wurad.

Sedangkan terhadap Hadis mutawatir, para ulama tidak menganggap perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut, karena Hadis kategori tersebut telah menghasilkan keyakinan yang pasti bahwa Hadis tersebut berasal dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, meski demikian tidaklah berarti bahwa terhadap Hadis mutawatir tidak dapat dilakukan penelitian lagi.

Jika hal itu dilakukan hanya bertujuan untuk membuktikan bahwa benar Hadis tersebut berstatus mutawatir, bukan untuk mengetahui kualitas sanad dan matan nya sebagaimana yang dilakukan terhadap Hadis ahad.

Secara umum faktor-faktor yang melatarbelakangi pentingnya penelitian (kritik) sanad yaitu beberapa kenyataan berikut, diantaranya yaitu:

  1. Pada zaman Nabi tidak seluruh hadits tertulis
  2. Sesudah zaman Nabi telah berkembang pemalsuan hadits;
  3. Proses penghimpunan (tadwin) hadits secara resmi dan massal terjadi setelah berkembangnya pemalsuan hadits.

3. Metode Kritik Sanad Hadist

Berikut adalah unsur Kriteria Keshahihan Sanad yang di syaratkan oleh ulama hadist: Ittishal al-sanad, Perawi Adil, Kedhabitan perawi, Terhindar dari syadz, Terhindar dari Illat.

Baca juga: Ilmu Hadis: Pengertian dan Sejarah Perkembangan

4. Langkah Penelitian Sanad Hadist

Untuk mengetahui keshahihan sanad ditujukan kepada dua aspek, yaitu kualitas perawi dan ketersambungan sanad.

Aspek pertama dilakukan untuk mengetahui bagaimana ke tsigohan setiap perawi pada setiap thabaqah sanad, yang diarahkan kebada unsur keadilan dan kedhabitan perawi atau unsur keberagamaan dan intelektualitas.

Adapun aspek kedua dilakukan untuk mengetahui hubungan antar perawi yang mencakup faktor sezaman dan pertemuan dalam hal periwayatan hadist.

 Untuk mengetahui kedua aspek tersebut, maka perlu dilakukan beberapa langkah:

Pertama penelitian sanad adalah menugumpulkan seluruh sanad hadist tersebut dan kemudian melakukan I’tibar sanad dengan cara membuat skema seluruh jalur sanad. Tujuan langkah ini adalah diantaranya:

  1. Untuk mengetahui keadaan seluruh sanad hadist, dari ada atau tidaknya pendukung baik yang berfungsi sebagai syahid atau mutabi’.
  2. I’tibar sanad juga akan membantu mengetahui nama perawi secara lengkap sehingga membantu proses pencarian biografi dan penilaian mereka dalam kitab Rijalul Hadist dan Jahr wa Ta’dil.
  3. Untuk mengetahui shighat At-tahammul wal Ada’ yang digunakan.

Kedua Dengan meneliti perawi dan metode periwayatan yang mereka gunakan, Pada tahap ini, seluruh informasi tentang hal ihwal perawi harus dikumpulkan.

Baik berupa biografi kehidupan atau penilaian ulama’ terhadap perawi. Pada tahap ini, kebutuhan terhadap kitab rijalul hadist dan jahr wa at tadil merupakan suatu keharusan mengingat hanya kitab-kitab tersebut yang memberikan informasi cukup memadai tentang para perawi.

Setelah data diperoleh, selanjutnya melakukan analisis terhadap kualita spara perawi dari aspek keadilan dan kedhabitannya. Jika perawi dinilai tsigah, maka secara individual periwayatan yang berasal darinya dapat diterima. Begitu pula sebaliknya.

Ketiga adalah penelitian terhadap ketersambungan sanad. Tahapan ini sebenarnya dilakukan sejalan dengan langkah kedua dan menggunakan data yang sama.

Hanya saja, sam. saja. setelah mendapatkan informasi tentang biografi perawi mengenai kapan in lahir dan wafat, serta daftar nama guru dan muridaya, pada langkah ini, juga dilakukan analisis terhadap shighat attahmmal wal ada yang digunakan oleh masing-masing perawi sebagi cara untuk mengetahi metode periwayatan mereka.

Penelitan terhadap shighat attahammul wal ada dilakukan karena adanya variasi shighat periwayatan dengan makna yang beragam, yang berindikasi terjadi atau tidaknya pertemuan secara langsung dalam hal menyampaikan hadist dari seorang perawi kepada perawi lainnya.

Dengan kata lain, hal ini ditempuh untuk meyakini adanya hubungan guru dan murid antar perawi dalam periwayatan hadist. Karena itu, jika langkah ini sudah dilakukan maka tidak hanya aspek sezamun tetapi juga aspek bertemu dalam hal penyampaian hadist akan terpenuhi.

Keempat adalah membuat kesimpulan hasil penelitian sanad sesuai dengan hasil analisis data sebelumnya. Dalam perumusannya, harus dijelaskan bagaimana kualitas sanad tersebut, apakah shahih, hasan, ataukah dhaif dengan disertakan alasan penilaiannya, terutama jika hadist tidak berkualitas shahih.

Baca juga: Mengenal Sejarah Ilmu Hadist

C. Kesimpulan

Penelitian terhadap sanad atau kritik sanad merupakan sebuah keniscayaan meningat posisinya sebagai salah satu unsur pembentuk hadist.

Penelitian ini dilakukan dengan cara menguji kebersambungan sanad dan ke tsigoh an perawi yang membentuk sanad tersebut. Dalam pelaksanaanya, dibutuhkan kitab rijalul hadist dan jahr wa atadil yang memberikan informasi tentang biografi dan hal ihwal perawi.

Disni dibutuhkan kecermatan dan alisis yang tajam dari seorang peneliti mengingat ada perawi yang memiliki kesamaan nama dan juga perawi yang diperselisihkan kredibilitasnya.

Jika lolos uji, maka sanad tersebut dinilai shahih dan jika belum atau tidak memenuhi persyaratan keshahihan, maka dinyatakan sebagai hadist hasan utan dhoif. Namun, harus diingat bahwa ke shohihan sanad tidak otomatis menjamin hadist tersebut dapat diterima dan menjadi hujjah.

Sebuah hadist juga harus menjalani uji keshahihan matan atau kritik matan untuk dapat dikatakan sebagai hadist shahih.

Penulis: Naily Zakiya
Mahasiswa Prodi Ilmu al Quran & Tafsir UIN Maliki Malang

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI