Pembelajaran Membuat Sinopsis Ringkasan Cerita Hikayat dengan Model Discovery Learning dan Problem Based Learning di kelas X, SMKN 2 Cilaku

Pembelajaran Membuat Sinopsis Ringkasan Cerita Hikayat dengan Model Discovery Learning dan Problem Based Learning di kelas X, SMKN 2 Cilaku
Sumber: pixabay.com

Abstrak

Latar belakang masalah: banyak siswa yang merasa bosan dan jenuh apabila membaca buku cerita biografi yang sangat panjang tulisan nya, terkadang kita harus bisa memberikan semangat dan dorongan kepada siswa untuk lebih menyukai cerita Biografi Tokoh Pahlawan dengan cara membuat sinopsis dan ringkasan dari cerita hikayat tersebut.

Apabila ada kendala dalam membuat ringkasan atau sinopsis kita harus memberikan keyakinan bahwa cerita hikayat itu sangat lah menarik dan banyak manfaat nya dari segi ketertarikan siswa dalam membaca kemudian meringkas cerita menjadi sebuah sinopsis cerita hikayat.

Latar Belakang Masalah

Pengajaran bahasa di sekolah menengah atas diarahkan pada penguasaan empat kemampuan utama, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan itu menjadi faktor pendukung dalam menyampaikan pikiran, gagasan, dan pendapat sesuai dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa.

Bacaan Lainnya

Setiap keterampilan tersebut erat hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan yang teratur.

Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, setelah itu kita belajar membaca dan menulis. Keempat keterampilan di atas erat pula hubungannnya dengan proses-proses yang mendasari bahasa.

Baca Juga: Pelajaran Bahasa Indonesia Hadir di Harvard, Memperkaya Keragaman Bahasa di Kampus Ternama Dunia

Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan banyak praktek dan latihan.

Bagi seorang guru, tidak mudah dalam mengajarkan keterampilan berbahasa. Karena bahasa merupakan alat untuk berpikir dan belajar. Dengan adanya bahasa, memungkinkan seseorang untuk berpikir secara abstrak. Seseorang dapat memikirkan sesuatu meskipun objek yang dipikirkan itu tidak berada di dekatnya.

Melalui bahasa seseorang dapat mengekspresikan sikap dan perasaannya. Seseorang dapat menyampaikan segala hal yang berkecamuk dalam pikiran dan hatinya, tidak hanya dengan ekspresi dan gerak gerik tubuh, tetapi salah satunya dengan menulis.

Menulis pada dasarnya bukan hanya sekedar menuangkan bahasa ujaran ke dalam sebuah tulisan, tetapi merupakan mekanisme curahan ide, gagasan, atau ilmu yang dituliskan dengan struktur yang benar, berkoherensi dengan baik antar paragraf dan bebas dari kesalahan-kesalahan mekanik seperti ejaan dan tanda baca.

Menulis merupakan sebuah kemampuan, kemahiran, dan kepiawaian seseorang dalam menyampaikan gagasannya ke dalam sebuah wacana agar dapat diterima oleh pembaca baik secara intelektual maupun sosial.

Menulis juga merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis sama halnya dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya, menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis.

Menulis diajarkan di sekolah sebagai salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa selain keterampilan menyimak, membaca, dan berbicara. Banyak siswa yang merasa bosan dan jenuh apabila membaca buku cerita hikayat yang sangat panjang tulisan nya, terkadang kita harus bisa memberikan semangat dan dorongan kepada siswa untuk lebih menyukai cerita hikayat dengan cara membuat sinopsis dan ringkasan dari cerita hikayat tersebut.

Apabila ada kendala dalam membuat ringkasan atau sinopsiskita harus memberikan keyakinan bahwa cerita hikayat itu sangat lah menarik dan banyak manfaat nya dari segi ketertarikan siswa dalam membaca kemudian meringkas cerita menjadi sebuah sinopsiscerita hikayat

Rumusan Masalah

  1. Apakah siswa sudah mampu untuk membuat sinopsis dari cerita hikayat?
  2. Apakah model Problem Based Learning dan Discovery Learning cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran membuat ringkasan atau sinopsis cerita hikayat?
  3. Apa tujuan dari membuat sinopsis sudah bisa dirasakan oleh siswa sehingga siswa lebih menyukai yang namanya cerita hikayat?

Tujuan Penelitian

  1. Dengan membuat sinopsisringkasan cerita hikayat siswa mampu untuk lebih paham dan mengerti apa tujuan dan manfaat dari cerita hikayat.
  2. Model Problem Based Learning dan Model Discovery Learning adalah salah satu model untuk mengembangkan sebuah cerita hikayat menjadi lebih ringkas dan tertata yang menjadikan siswa lebih menyukai cerita tersebut karena sudah di ringkas sehingga mudah untuk dipahami dan di mengerti.
  3. Siswa dapat memahami dan mengerti arti dari sinopsisdan ringkasan cerita hikayat.

Metodologi Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan studi kasus, studi dokumen dan wawancara.

Data dan Hasil

Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas XI SMKN 2 Cilaku Cianjur.

Hasil

  1. Peserta didik menentukan anggota kelompok yang akan maju di depan kelas untuk bercerita secara lisan. Peserta didik yang diunjuk latihan bercerita di hadapan teman kelompoknya.
  2. Dari 6 perwakilan kelompok, pendidik memilih  3 perwakilan yang akan bercerita di depan kelas secara acak dengan menggunakan aplikasi Random Picker Wheel.
    https://toolsunite.com/tools/random-picker-wheel
  3. Setiap perwakilan kelompok yang ditugaskan menceritakan kembali isi cerita rakyat di depan kelas dan kelompok lain memberi penilaian. (Setiap kelompok diberikan waktu maksimal 5 menit)

Simpulan

Selama pembelajaran menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) berlangsung, pendidik mengamati sikap peserta didik dalam pembelajaran yang meliputi sikap: disiplin, percaya diri, berperilaku jujur, tanggung jawab, peduli, dan bekerja sama.

Baca Juga: Intertekstualitas Sastra pada Puisi “Persetujuan dengan Bung Karno” Karya Chairil Anwar dan Puisi “Tentang Kemerdekaan” Karya Toto Sudarto Bachtiar

Studi Pustaka

Keberadaan karya sastra di Nusantara telah berkembang dari zaman dahulu hingga sekarang. Berbagai karya sastra dapat Grameds temukan bentuknya, mulai dari puisi, prosa, hingga teks drama. Pada zaman dahulu, karya sastra berguna sebagai hiburan masyarakat.

Namun, secara tidak langsung karya sastra tersebut memiliki pesan dan moral mengenai kehidupan sehari-hari bagi pembaca sekaligus pendengarnya. Hal tersebut karena karya sastra memang diciptakan berdasarkan visualisasi kehidupan manusia sehari-hari.

Karya sastra prosa lama memiliki beragam jenis, misalnya hikayat, dongeng, legenda, cerita rakyat, dan lain-lain. Dari berbagai jenis prosa lama tersebut, salah satunya ada hikayat. Hikayat merupakan jenis prosa lama yang berisi mengenai cerita tentang kepahlawanan kesaktian, dan kehebatan seseorang disertai dengan kekuatan dan keunikan yang dimilikinya.

Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto (1985), hikayat adalah jenis prosa cerita Melayu Lama yang mengisahkan mengenai kebesaran dan kepahlawanan seseorang yang suci di sekitar istana. Hikayat ini hampir mirip dengan cerita sejarah atau riwayat hidup seorang tokoh fiksi.

Ciri-ciri Hikayat

Ciri – ciri dari cerita hikayat :

  1. Penyampaiannya secara lisan (disebarkan dari mulut ke mulut).
  2. Penciptanya anonim (tidak diketahui siapa).
  3. Isi ceritanya kebanyakan istanasentris, yakni cerita yang berkaitan dengan kehidupan di istana atau kerajaan.
  4. Bersifat komunal, yakni menjadi milik masyarakat.
  5. Magis, yakni pengarang seolah membawa pembacanya untuk berimajinasi mengenai dunia khayal yang serba indah.
  6. Bersifat tradisional, yakni sebagai budaya/tradisi/kebiasaan yang diturunkan secara turun-temurun.
  7. Bersifat didaktis, yakni mengandung ajaran yang mendidik moral dan religius.
  8. Menggunakan bahasa yang sering diulang-ulang pada satu hikayat dengan hikayat lainnya (klise).
  9. Bersifat statis, yakni tetap tanpa adanya perubahan.
  10. Menceritakan kisah mengenai peperangan antara tokoh yang baik dan yang jahat, lalu dimenangkan oleh tokoh yang baik.
  11. Tidak diketahui secara pasti kapan karya sastra hikayat tersebut diciptakan.
  12. Isi ceritanya dapat melukiskan mengenai peperangan yang hebat dengan adanya tempat para raja atau dewa yang mempertunjukkan kesaktiannya.
  13. Berisi hal-hal yang indah karena bertujuan sebagai pelipur lara.
  14. Tidak ada pembagian bab.
  15. Nama tokohnya biasanya menggunakan bahasa Arab, misalnya Ali, Husein, Aisyah, Fatimah, dan lain-lain.
  16. Beberapa ada yang menggunakan bahasa Melayu lama sehingga banyak kata-kata yang sulit dipahami.
  17. Struktur kalimatnya tidak efektif.
  18. Banyak menggunakan bahasa kiasan

Menurut Sugianto Mas (2012, pada jurnal Perbedaan Hasil Belajar Siswa dalam Memahami Unsur Intrinsik Hikayat dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dan Metode Cooperative Script pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Luragung Tahun Ajaran 2014/2015) hikayat merupakan cerita rekaan lama yang panjang dan mengisahkan mengenai peristiwa-peristiwa dengan memasukkan unsur keajaiban seperti dongeng dan berpusat pada kehidupan raja, keluarga, dan pembantu dekatnya.

Kata hikayat sebenarnya berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘memberitahu’ dan ‘menceritakan’. Maka dari itu, nama tokoh dalam kebanyakan hikayat adalah menggunakan bahasa Arab, misalnya Aisyah, Husein, Fatimah, Ali, dan lain-lain.

Hikayat menjadi salah satu bentuk dari sastra Melayu lama yang tersebar dan populer di Nusantara. Hikayat berisikan cerita, undang-undang, hingga silsilah kekeluargaan yang bersifat rekaan, keagamaan, sejarah, dan kepahlawanan.

Tujuan dari penciptaan hikayat adalah sebagai pelipur lara untuk masyarakat yang hidup pada zaman dahulu dan membangkitkan semangat juang pembacanya.

Baca Juga: Franz Kafka: Sastrawan Legendaris dan Warisan Sastranya

Discovery Learning adalah metode pembelajaran yang menerapkan inquiry-based instruction. Metode pembelajaran Discovery Learning akan mendorong siswa untuk menyelidiki sendiri, membangun pengalaman dan pengetahuan masa lalu, menggunakan intuisi, imajinasi, kreativitas, mencari informasi baru untuk menemukan fakta, korelasi, juga kebenaran baru.

Dalam hal ini, belajar tidak sama dengan menyerap apa yang dikatakan atau dibaca, tetapi siswa akan belajar mencari jawaban dan solusi sendiri secara aktif. Sementara menurut pakar pendidikan, Rusman, Discovery Learning adalah dukungan seorang individu atau kelompok untuk menemukan pengetahuannya sendiri berdasarkan dengan pengalaman yang didapatkannya.

Lebih lanjut lagi, merujuk pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, pengertian Discovery Learning yaitu pembelajaran berbasis masalah yang bertujuan untuk mengembangkan instrumen penilaian proyek yang layak digunakan dan sebagai salah satu inovasi pengembangan penilaian secara lebih operasional.

Discovery Learning dirancang dengan kegiatan eksperiensial dan interaktif. Eksperiensial memiliki arti instruktur mampu mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung.

Instruktur harus menggunakan cerita, permainan, alat bantu visual, dan teknik yang menarik untuk memancing rasa ingin tahu peserta. Selain itu, instruktur juga mengarahkan peserta didik dalam cara berpikir, bertindak, dan refleksi yang baru.

Teknik dalam penerapan model Discovery Learning bisa beragam, tetapi tujuannya selalu sama bagi peserta didik, yaitu untuk bisa mencapai hasil akhirnya melalui pengalaman langsung dan proses pembelajaran mandiri. Dengan mengeksplorasi dan memanipulasi situasi atau dengan melakukan eksperimen, peserta didik lebih mungkin untuk mengingat konsep dan pengetahuan baru pun diperoleh.

Model pembelajaran Discovery Learning bisa dilakukan secara mandiri maupun berkelompok. Pembelajaran berkelompok dapat memiliki berbagai bentuk, seperti diskusi kelompok, proyek kelompok, simulasi kelompok, atau eksperimen kelompok.

Sementara itu, pada pembelajaran mandiri, karyawan dapat diberikan sumber daya dan materi pembelajaran yang relevan, seperti bahan bacaan, video, atau simulasi tertentu. Discovery Learning merupakan konsep pembelajaran yang ditemukan oleh Psikolog Jerome Bruner pada tahun 1961.

Temuannya menunjukkan bahwa model pembelajaran ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar mampu mendapatkan pengetahuan baru secara mandiri. Ingat, meski tujuan dari Discovery Learning adalah meningkatkan kemampuan mandiri pada peserta, tetapi situasi dan kondisi belajar para peserta didik tetap tak lepas dari bantuan instruktur.

Baca Juga: Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui Supervisi Efektif: Peran Kepala Sekolah dalam Mendorong Profesionalisme Guru

5 Prinsip Pembelajaran Discovery Learning

Discovery Learning mengintegrasikan lima prinsip dalam penerapannya, antara lain:

Pemecahan Masalah

Pelatih, instruktur atau guru akan membimbing dan memotivasi peserta untuk mencari solusi dengan menggabungkan informasi yang ada, kemudian informasi tersebut disederhanakan.

Langkah ini menjadi pendorong untuk membuat para peserta didik menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar dan meningkatkan pengalaman kemandirian belajar mereka. Peserta pun terlatih dengan kegiatan seperti mencari solusi atau penyelidikan.

Manajemen Belajar Mengikuti Siswa

Instruktur harus mengizinkan peserta untuk bekerja sendiri atau dengan orang lain. Dalam discovery learning, peserta belajar dengan kecepatan masing-masing.

Selain itu, adanya fleksibilitas dalam pembelajaran membuat belajar jadi menyenangkan. Peserta tidak akan merasa stres atau tertekan harus mengikuti ritme orang lain.

Mengintegrasikan dan Menghubungkan

Instruktur harus memiliki keterampilan untuk mengajar. Discovery Learning sendiri adalah metode mengajar yang menekankan pada bagaimana instruktur dapat menggabungkan pengetahuan lama dan pengetahuan baru yang dimiliki peserta.

Setelah itu, instruktur dapat memberi kesempatan pada mereka untuk terhubung ke dunia nyata. Peserta terlatih untuk menghubungkan informasi yang dimilikinya dengan pengetahuan baru, atau teori belajar terhadap hasil belajar.

Hal ini dapat membuat peserta didik untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan menemukan penyelesaian masalah secara mandiri.

Analisis dan Intrepretasi Informasi

Discovery Learning berorientasi pada proses dan didasarkan pada asumsi bahwa pembelajaran bukan hanya sekumpulan fakta. Strategi yang ada dalam model pembelajaran ini menekankan bahwa peserta didik pada hakikatnya belajar untuk menganalisis dan menafsirkan informasi atau konsep yang diperoleh, alih-alih menghafal jawaban atau bahan ajar dari berbagai sumber.

Kegagalan dan Umpan Balik

Belajar tidak hanya terjadi ketika Anda menemukan jawaban yang benar. Peserta juga bisa belajar dari kegagalan. Discovery Learning tidak berfokus pada menemukan hasil akhir yang tepat, tetapi hal-hal baru yang bisa ditemukan dalam prosesnya.

Selanjutnya, instruktur berkewajiban untuk memberikan umpan balik atas informasi yang diperoleh selama pembelajaran

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning

Discovery Learning memiliki keunggulan yang bisa dimaksimalkan dalam pembelajaran. Adapun kelebihan dari model Discovery Learning yaitu:

  1. Mendorong partisipasi aktif dan motivasi peserta
  2. Pembelajaran sesuai dengan kapasitas dan kecepatan peserta didik
  3. Mengedepankan kemandirian dan kreativitas peserta
  4. Menekankan pembelajaran pada proses, bukan hasil

Sementara kekurangan dari model Discovery Learning ini memerlukan beberapa perhatian agar hal tersebut bisa dicegah, di antaranya:

  1. Discovery Learning membutuhkan kerangka pembelajaran yang solid. Dalam proses pembelajaran, peserta maupun instruktur akan dihadapkan pada kebingungan yang membuat semakin sulit mencari jawaban.
  2. Discovery Learning membutuhkan alat praktik yang sering kali tidak tersedia. Keterbatasan alat praktik membuat pelaksanaan Discovery Learning
  3. Instruktur perlu dipersiapkan dengan baik dan mengantisipasi pertanyaan yang mungkin mereka terima, dan mampu memberikan jawaban atau pedoman yang benar.
  4. Ada kritik yang menyebutkan bahwa proses dalam model Discovery Learning terlalu mementingkan proses pemahaman. Ada aspek lain yang kurang menjadi perhatian, yakni perkembangan sikap dan keterampilan siswa.

Baca Juga: Inovasi Perpustakaan Sekolah Dasar dalam Era Digital: Membangkitkan Minat Literasi dan Pembelajaran

Metode Pembelajaran Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah suatu pembelajaran yang berbasis dengan sebuah metode untuk memperkenalkan peserta didik terhadap suatu kasus yang memiliki keterkaitan dengan materi yang dibahas. Peserta didik diminta untuk mencari solusi mengenai bagaimana cara menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi dalam proses pembelajaran.

Berbeda dengan pembelajaran berbasis proyek atau project based learning, dalam hal ini solusi yang ditawarkan tidak harus berupa produk. Namun proses yang dihadapkan adalah suatu pencarian mengenai jawaban dari masalah yang dihadapi. Hal ini menjadi fokus utama dan hasil akhirnya bukan sebagai penentu salah satu benar karena sifatnya yang terbuka.

Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang mengutamakan seberapa aktif peserta didik dalam selalu berpikir kritis dan selalu terampil ketika dihadapkan pada penyelesaian suatu permasalahan. Proses dari alur bagaimana peserta didik belajar ini tergantung dari seberapa kompleks permasalahan yang dihadapinya.

Problem Based Learning diperkenalkan pertama kali pada tahun 1969, dari sebuah sekolah kedokteran bernama McMaster University, Hamilton, Kanada. Setelahnya banyak sekolah hingga universitas di seluruh dunia yang memakai metode pembelajaran dan masih dipakai sampai saat ini terus dikembangkan.

Metode ini mengarahkan peserta didik dalam mendapatkan ilmu baru, menggunakan analisis dari berbagai pengetahuan serta pengalaman belajar yang dimiliki. Setelah itu menghubungkan apa yang dimiliki dengan permasalahan belajar yang diberikan para guru.

Pada intinya pembelajaran berbasis masalah ini dikembangkan untuk memberi pengalaman belajar pada siswa. Proses belajar yang mengutamakan kemampuan analisis terhadap materi pembelajaran dari para siswa secara mandiri.

Menggunakan permasalahan yang nyata untuk dihadapinya, para peserta didik bisa belajar berpikir secara kritis. Kemudian mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mendapat pengetahuan secara mandiri.

Pengertian Menurut Ahli

Duch

Duch menjelaskan bahwa Problem Based Learning adalah sistem belajar yang menantang peserta didik dalam belajar mengenai cara belajar. Bekerja sama secara berkelompok, tujuan dilakukan proses ini adalah untuk mencari solusi dari mana permasalahan di dunia secara nyata dan terjadi adanya.

Arends

Merupakan suatu pendekatan dalam hal pembelajaran yang memaksa siswa menghadapi suatu masalah secara nyata. Kemudian dalam hal ini diharapkan siswa bisa menyusun pemahaman dan pengetahuannya sendiri, menumbuhkan karakteristik dan keterampilan guna meningkatkan kepercayaan diri.

Gd. Gunantara

Pendekatan mengenai bagaimana cara membuat konfrontasi kepada pelajar dengan masalah-masalah praktis dan secara nyata yang dimulai dengan pemberian masalah. Kemudian masalah ini harus sesuai dengan konteks dunia nyata adalah contoh Problem Based Learning .

Shoimin

Problem Based Learning menurut shoimin adalah cara mengenai bagaimana menciptakan suatu suasana belajar yang mengarah pada permasalahan sehari-hari. Tentunya dengan tujuan agar siswa yang belajar mendapat pengalaman bermakna untuk menjalani kehidupan.

Glazer

Glazer berpendapat mengenai Problem Based Learning merupakan salah satu dari sekian banyak strategi belajar di mana seorang siswa yang secara aktif dipaksa menghadapi permasalahan kompleks dan situasi yang membutuhkan ketegasan dan keputusan secara nyata.

Tujuan Problem Based Learning

Basis dari metode pembelajaran Problem Based Learning ini adalah masalah di dunia nyata, sementara siswa tentu belum memiliki semua pengalaman dalam mengatasi kondisi tak terduga. Karena itu Problem Based Learning mempunyai beberapa target khusus untuk dicapai, tujuan dari penerapan program ini terhadap kualitas peserta didik seperti berikut.

  1. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir secara kritis dari peserta didik dalam memilih dan memutuskan sesuatu.
  2. Memberi pelatihan dalam menyelesaikan permasalahan secara sistematis, matang dan terencana sehingga hasilnya positif.

Problem Based Learning digunakan untuk membantu peserta didik memahami dengan benar peran orang dewasa di kehidupan yaitu

  1. Adanya dorongan terhadap peserta didik agar mampu menjadi individu yang mandiri serta bertanggung jawab.
  2. Dalam tahap ini guru terlebih dahulu memberi pemahaman dan penjelasan mengenai tujuan dari pembelajaran. Hal ini dilakukan agar menumbuhkan motivasi belajar dari para peserta didik, khususnya pada proses pembelajaran RPP Problem Based Learning.
  3. Mengorganisasi Peserta Didik
    Sintak Problem Based Learning di tahap ini guru akan mengorganisasi peserta didik ke dalam sistem belajar, dengan memberi tugas setelah ditentukan topik dan penjelasan mengenai proses mengerjakan dan lainnya. Sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan harapan.
  4. Memberi Bimbingan
    Dalam tahap ini guru akan memberikan bimbingan pada setiap individu maupun kelompok, tujuannya agar peserta didik bisa mendapatkan sumber atau referensi yang sesuai. Tentunya sumber yang dimaksud sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi.
  5. Mengembangkan Hasil Karya
    Pada tahap ini peserta didik mendapatkan bantuan dari guru, khususnya dalam mempersiapkan hasil dari proses pemecahan masalah yang sudah dilakukan kemudian dibentuk dalam sebuah laporan. Hasil laporan inilah yang nantinya akan diberikan pada guru, bisa berupa dokumentasi, rekaman beserta teori pendukung lainnya.
  6. Melakukan Analisis dan Evaluasi
    Dalam model Problem Based Learning , guru kemudian meminta para siswa agar merefleksikan serta melakukan evaluasi terhadap hasil yang diperoleh. Hal ini dilakukan dari sisi proses dan metode, karena itu harus dilakukan dengan sistematis.

Baca Juga: Mendukung Pembelajaran Masa Depan: Peran Robotik dan Kecerdasan Buatan dalam Dunia Pendidikan

Kelebihan dan Kekurangan

Bukan tanpa alasan mengapa Problem Based Learning digunakan dalam sistem pembelajaran, karena memang kelebihan yang dimiliki mampu membantu peserta didik menemukan bagaimana cara memahami belajar itu sendiri. Namun bukan berarti sistem ini tidak memiliki kekurangan, berikut ini masing-masing kelebihan dan kekurangan sistem Problem Based Learning.

Kelebihan dari Model Problem Based Learning adalah:

  1. Peserta didik dilatih untuk bisa selalu menggunakan pikiran agar kritis dan bisa terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
  2. Agar dapat memicu adanya peningkatan aktivitas dari peserta didik di dalam kelas, dengan pembelajaran sambil mempraktekkan.
  3. Adanya sistem pembelajaran ini membuat peserta didik agar terbiasa untuk belajar tetapi menggunakan sumber yang relevan.
  4. Suatu kegiatan pembelajaran secara lebih kondusif dan efektif, hal ini muncul karena peserta didik diwajibkan untuk aktif.

Kekurangan dari Model Problem Based Learning adalah:

  1. Meski merupakan metode pembelajaran yang diandalkan, tapi tak semua materi pembelajaran dapat menerapkan sistem ini.
  2. Memiliki waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan materi pembelajaran, tergolong cukup lama dan tidak sebentar.
  3. Bagi peserta didik yang tidak atau belum terbiasa melakukan analisis suatu permasalahan, karena tidak semua memiliki keinginan untuk mengerjakannya.
  4. Guru akan kesulitan untuk bisa mengondisikan pemberian tugas, hal ini muncul jika jumlah peserta didik yang ada di dalam kelas terlalu banyak.

Baca Juga: Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Model Problem Based Learning

Tentang Sinopsis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinopsis adalah karangan ilmiah biasa yang digunakan bersamaan dengan karangan asli yang menjadi dasar sinopsis tersebut. Secara garis besar, sinopsis adalah ringkasan, abstraksi, atau ikhtisar karangan.

Sementara itu, menurut Gorys Keraf, seorang ahli bahasa, sinopsis adalah ringkasan yang paling efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang menjadi lebih pendek.

Fungsi Sinopsis merangkum dari buku Novel dan Novelet oleh Widya Ariska dan Uchi Amelia, kegunaan sinopsis adalah untuk mengetahui dengan cepat alur cerita dan hanya mengambil garis besarnya saja serta untuk menyajikan karangan yang panjang dalam bentuk singkat. Selain itu, sinopsis juga masih memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:

  1. Memberikan sebuah informasi singkat tentang isi cerita atau buku tersebut.
  2. Memberikan gambaran yang jelas secara sederhana mengenai urutan, kronologi cerita dalam naskah atau buku.
  3. Sebagai prolog atau epilog dari suatu karya tulis atau naskah yang akan dipentaskan.
  4. Sebagai pedoman bagi pemain atau pemeran untuk melakukan improvisasi.

Ciri-ciri Sinopsis

Untuk dapat mengetahui teks sinopsis, di bawah ini disajikan ciri-ciri sinopsis sebagai berikut:

  1. Alur atau jalan ceritanya disusun secara berurutan dari awal sampai akhir.
  2. Bahasa yang digunakan jenis bahasa persuasif atau berupa kalimat ajakan dan bujukannya supaya calon pembaca tertarik untuk membaca bukunya.
  3. Menampilkan konflik secara detail, ringkas dan menarik.
  4. Membuat penasaran untuk calon pembacanya.

Langkah-langkah Membuat Sinopsis

  1. Membaca naskah atau buku aslinya dengan cermat agar mengetahui kesan dan pesan penulis.
  2. Mencatat gagasan-gagasan pokok yang terdapat dalam naskah dan menggaris bawahi.
  3. Kembangkan gagasan pokok yang telah ditandai dengan beberapa kalimat yang ringkas.
  4. Gunakan kalimat yang jelas, efektif, menarik serta mudah dipahami untuk merangkai jalan cerita menjadi sebuah karangan singkat yang menggambarkan karangan asli.
  5. Jika ingin mencantumkan beberapa dialog atau monolog, hanya perlu dicatat garis besarnya saja. Dapat juga diberi rincian pada halaman berapa dialog tersebut dikutip, supaya lebih jelas dan akurat.
  6. Pembuatan sinopsis tidak boleh menyimpang atau mengubah isi keseluruhan naskah aslinya.

Discovery Learning  dirancang dengan kegiatan eksperiensial dan interaktif. Eksperiensial memiliki arti instruktur mampu mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung.

Instruktur harus menggunakan cerita, permainan, alat bantu visual, dan teknik yang menarik untuk memancing rasa ingin tahu peserta. Selain itu, instruktur juga mengarahkan peserta didik dalam cara berpikir, bertindak, dan refleksi yang baru.

Teknik dalam penerapan model Discovery Learning bisa beragam, tetapi tujuannya selalu sama bagi peserta didik, yaitu untuk bisa mencapai hasil akhirnya melalui pengalaman langsung dan proses pembelajaran mandiri.

Dengan mengeksplorasi dan memanipulasi situasi atau dengan melakukan eksperimen, peserta didik lebih mungkin untuk mengingat konsep dan pengetahuan baru pun diperoleh.

Model pembelajaran  Discovery Learning bisa dilakukan secara mandiri maupun berkelompok. Pembelajaran berkelompok dapat memiliki berbagai bentuk, seperti diskusi kelompok, proyek kelompok, simulasi kelompok, atau eksperimen kelompok.

Sementara itu, pada pembelajaran mandiri, karyawan dapat diberikan sumber daya dan materi pembelajaran yang relevan, seperti bahan bacaan, video, atau simulasi tertentu.

Berikut beberapa langkah cara menulis sinopsis buku:

  • Mulailah dengan pembukaan yang kuat: Mulailah dengan memperkenalkan tokoh utama dan konflik inti ceritaatau premis buku. Ini menentukan panggung untuk apa yang akan terjadi. Perkenalkan karakter utama dengan cara yang mencerminkan kepribadian, motivasi, dan tantangan unik mereka, sehingga memberikan pembaca alasan kuat untuk terhubung dengan mereka secara emosional.
  • Sertakan karakter utama dan poin plot: Perkenalkan secara singkat karakter kunci dan uraikan poin plot utama. Ingat, tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang jelas tentang perkembangan cerita tanpa terpaku pada detail. Gabungkan nama karakter, peran, dan motivasi awal mereka untuk membantu pembaca membangun hubungan emosional dengan protagonis cerita. Berikan gambaran singkat tentang konflik utama dan titik balik untuk memastikan pembaca mengantisipasi perjalanan ke depan tanpa mengungkapkan semua kejutan dalam plot.
  • Tunjukkan perkembangan karakter dan alur cerita: Ilustrasikan bagaimana karakter Anda berkembang sepanjang cerita. Soroti tantangan-tantangan yang mereka hadapi dan bagaimana tantangan-tantangan tersebut membentuk narasinya. Menampilkan pengembangan karakter sangat penting karena menambah kedalaman cerita Anda. Pembaca terhubung dengan karakter yang tumbuh dan berubah seiring waktu, dan tantangan yang mereka hadapi memberikan peluang untuk mengeksplorasi berbagai aspek kepribadian mereka dan mendorong alur cerita ke depan.
  • Akhiri dengan kesimpulan yang berdampak: Berbeda dengan uraian singkat buku, sinopsis harus mengungkapkan bagian akhir. Ini memberi pembaca gambaran lengkap tentang alur cerita. Namun, Anda harus berhati-hati untuk tidak memberikan detail yang berlebihan dalam sinopsisnya, dengan tujuan untuk menyampaikan resolusi tanpa membocorkan setiap alur cerita, sehingga memberikan ruang bagi pembaca untuk menikmati perjalanan menemukan nuansa narasi yang lebih halus di dalam buku itu sendiri.
  • Dapatkan umpan balik: Anda tidak boleh mengirimkan draf sinopsis pertama Anda ke agen sebelum dibaca oleh pembaca alfaatau pembaca beta terlebih dahulu. Dapatkan umpan balik dari mereka dan sertakan perubahan yang diperlukan dalam sinopsis buku Anda.

Dengan mengikuti panduan tentang cara menulis sinopsis novel, Anda akan mampu membuat sinopsis yang menangkap esensi buku Anda dan menarik minat pembaca Anda.

 

Penulis: Siti Ade Amiati
Mahasiswa S2 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Suryakancana
Dosen Pembingbing  Dr. Hj. Iis Ristiani, S.Pd., M.Pd.

 

Daftar Pustaka

Abbas, Nurhayati. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (problem based Instruction) dalam pembelajaran matematika di SMU. dalam Jurnal Pendidikan dan kebudayaan Jakarta, November 2004 Tahun ke-10, No.051.

Sadia, I Wayan. “Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMAMelalui Penerapan Model Pembelajaran “Problem Based Learning ” dan “Cycle Learning” Dalam Pembelajaran Fisika”. dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA Jakarta, No. 1 Th.XXXX Januari 2007.

Saifudin, Achmad. Upaya meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013.  Metode Pembelajaran Penemuan atau Discovery Learning

Ratnasari Indah Putri. 2018. Pengembangan Model Discovery Learning Berbasis Konstektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Reflektif Matematis dan Efficary Siswa. Universitas Lampung

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI