Abstrak
Dalam pembelajaran menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat memerlukan model yang tepat agar peserta didik dapat menulis cerita hikyat dengan baik sesuai dengan kaidah dan struktur yang tepat. Dalam menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat, peserta didik sering kali mengalami kesulitan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.: 1. Bagaimana proses penerapan model Problem Based Learning (PBL dalam pembelajaran menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat dengan menggunkan media buku digital di kelas X SMKN 2 Cilaku tahun ajaran 2024-2025, 2. Bagaimana hasil penerapan model Problem Based Learning (PBL dalam pembelajaran menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat dengan menggunakan media buku digital di kelas X SMKN 2 Cilaku tahun ajaran 2024-2025, 3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat dengan menggunakan media buku digital di kelas X SMKN 2 Cilaku tahun ajaran 2024-2025. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan proses penerapan model Problem Based Learning (PBL dalam pembelajaran menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat dengan menggunakan media buku digital di kelas X SMKN 2 Cilaku tahun ajaran 2024-2025, 2. Mendeskripsikan hasil penerapan model Problem Based Learning (PBL dalam pembelajaran menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat dengan menggunakan media buku digital di kelas X SMKN 2 Cilaku tahun ajaran 2024-2025, 3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat dengan menggunakan media buku digital di kelas X SMKN 2 Cilaku tahun ajaran 2024-2025. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah desain eksperimental dua kelompok, yaitu metode penelitian yang melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang menerima perlakuan atau treatment yang sedang diteliti sedangkan kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak menerima perlakuan atau treatment yang sedang di teliti. Hasil Penelitian terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil belajar siswa yang menggunakan model Problem Based Learning di peroleh rata – rata nilai 82,850 sedangkan kelas kontrol tanpa menggunakan model problem based learning di peroleh rata – rata nilai 77,625.
Kata Kunci: menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat, model Problem based learning, media buku digital,.
The Implementation of the Problem-Based Learning (PBL) Model in Teaching Synopsis Writing of Hikayat Story Summaries Using Digital Book Media in Grade X of SMKN 2 Cilaku”, Master’s Program in Indonesian Language and Literature Education, Suryakancana University.
Abstract
Teaching synopsis writing of hikayat story summaries requires an appropriate model to help students write hikayat stories correctly according to proper rules and structure. However, students often face difficulties in writing hikayat story synopsis summaries. Based on the background of the problem, this research formulates the following questions: (1) How is the process of implementing the Problem-Based Learning (PBL) model in teaching synopsis writing of hikayat story summaries using digital book media in Grade X of SMKN 2 Cilaku in the 2024–2025 academic year. (2) What are the results of implementing the Problem-Based Learning (PBL) model in teaching synopsis writing of hikayat story summaries using digital book media in Grade X of SMKN 2 Cilaku in the 2024–2025 academic year. (3) What are the supporting and inhibiting factors in implementing the Problem-Based Learning (PBL) model in teaching synopsis writing of hikayat story summaries using digital book media in Grade X of SMKN 2 Cilaku in the 2024–2025 academic year. This study aims to: (1) describing the process of implementing the Problem-Based Learning (PBL) model in teaching synopsis writing of hikayat story summaries using digital book media in Grade X of SMKN 2 Cilaku in the 2024–2025 academic year, (2) describing the results of implementing the Problem-Based Learning (PBL) model in teaching synopsis writing of hikayat story summaries using digital book media in Grade X of SMKN 2 Cilaku in the 2024–2025 academic year, and (3) describing the supporting and inhibiting factors in implementing the Problem-Based Learning (PBL) model in teaching synopsis writing of hikayat story summaries using digital book media in Grade X of SMKN 2 Cilaku in the 2024–2025 academic year. The sample selection method in this study follows an experimental design with two groups: an experimental group and a control group. The experimental group received the treatment being studied, while the control group did not receive the treatment. The study results show a significant difference between the experimental class and the control class. Students in the experimental class using the Problem-Based Learning model achieved an average score of 82.850, while students in the control class without the Problem-Based Learning model achieved an average score of 77.625.
Keywords: writing hikayat story synopsis summaries, Problem-Based Learning model, digital book media.
Pendahuluan
Sebagaimana pendapat Zulaeha (2011:11), menulis dapat didefinisikan sebagai sebuah interaksi yang bertujuan untuk mengungkapkan informasi dan ekspresi dengan tujuan tertentu. Zulaeha (2011:11) menyatakan bahwa menulis atau mengarang merupakan proses seseorang dalam menyampaikan gagasannya dengan menulis karangan supaya mudah dibaca serta dipahami oleh khalayak umum.
Keterampilan dalam membuat tulisan dan berbicara dapat memenuhi kebutuhan diri untuk menyampaikan ekspresi. Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan (1986:10) mengemukakan bahwa menulis adalah salah satu kemampuan untuk menyampaikan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain secara tidak langsung. Menulis dianggap aktivitas produktif dan ekspresif yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi kemampuan menulis peserta didik, salah satunya yaitu kebiasaan sebagian besar siswa yang terlalu banyak berpikir menyebabkan kehilangan kesempatan untuk menulis. Sehingga dalam membuat kalimat pertama dalam sebuah karangan, banyak siswa yang mengalami kesulitan.
Faktor lain, sebagian siswa kesulitan dalam menentukan tema karena lemahnya kemampuan mengamati fenomena kehidupan. Oleh karena itu ketidakmampuan dalam mengamati secara mendalam berbagai fenomena kehidupan menyulitkan dalam menentukan ide cerita.
Faktor lainnya adalah sikap meremehkan kebutuhan akan penggunaan bahasa dalam tulisan, yang mengakibatkan kesalahan dalam penggunaan kalimat, seperti kalimat yang janggal, tidak terstruktur dengan baik, dan sebagainya (Kaswan Darmadi, 1996:19).
Pada proses pembelajaran penulisan siopsis, diperlukan model yang baik dan mudah dimengerti untuk menyusun ringkasan hikayat agar peserta didik mampu membuat tulisan cerita hikyat dengan struktur yang tepat dan sesuai kaidahnya. Peserta didik umumnya sulit untuk menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat.
Zulaeha (2013:15) menekankan bahwa model-model inovatif yang digunakan untuk pembelajaran menyediakan pengalaman yang bersifat kreatif bagi siswa dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan social di sekitarnya.
Berdasarkan hal tersebut, dalam melakukan pembelajaran, diperlukan suatu kerangka konseptual yang disebut model pembelajaran. Oleh sebab itu, ditujukan keapada pendidik supaya dapat mengambil dan merencanakan model pembelajaran yang akan dipakai dalam menulis, terutama dalam pembuatan sinopsis ringkasan cerita hikayat.
Baca Juga: Tertinggalnya Indonesia dalam Memberikan Pendidikan Berkualitas
Model pembelajaran ini juga berkontribusi pada desain pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan paling efektif. Model untuk belajar berdasarkan masalah merupakan satu dari banyak jenis model belajar yang tersedia.
Menurut Ibrahim dan Muhammad Nur (2000:13), pembelajaran berbasis problem (Problem Learning) yaitu:
1. Orientasi Siswa pada Masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menyampaikan informasi atau materi yang belum dipelajari, mengemukakan suatu permasalahan, serta memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan penyelesaian masalah yang disampaikan, mengarahkan siswa dalam proses belajar, serta memberikan bimbingan mereka dalam membuat rumusan dan menyusun kegiatan belajar yang relevan dengan masalah yang diberikan.
2. Membimbing Pengalaman Individu/ Kelompok
Memberikan dorongan untuk peserta didik agar mencari informasi yang relevan, melakukan eksperimen guna memperoleh serta menemukan pemecahan dan penjelasan atas permasalahan yang dihadapi.
3. Menyajikan dan Mengembangkan Hasil Karya
Membimbing peserta didik pada saat membuat serta mempersiapkan hasil soal yang sesuai, dan menjadikan mereka dalam membuat tanggung jawab dengan anggota kelompoknya.
4. Mengevaluasi dan Menganalisis Upaya Pemecahan Masalah
Mengarahkan siswa untuk mengevaluasi penyelidikan yang telah dilakukan serta meninjau kembali proses yang mereka tempuh.
Metode
Pada penelitian ini, peneliti memilih pendekatan eksperimen dengan maksud untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan oleh satu variabel terhadap variabel lain. Ciri utama dari metode ini terletak pada adanya pengaturan terhadap variabel yang diuji, sekaligus pemberian perlakuan khusus kepada kelompok yang menjadi subjek eksperimen, sehingga membedakannya dari pendekatan penelitian lainnya.
Sukamadinta (2008:194) menyebutkan bahwa penelitian eksperimen mempunyai karakter yang khas, yaitu adanya pengujian langsung terhadap dampak sebuah variabel serta pengujian hipotesis yang berfokus pada relasi sebab-akibat.
Dalam bidang pendidikan, eksperimen bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan tertentu yang diberikan selama proses pembelajaran, baik itu melalui penerapan metode, media, strategi, maupun pendekatan yang berbeda. Prosedurnya dilakukan dengan cara memperbandingkan kelompok yang menerima perlakuan dan kelompok lain yang tidak mendapatkan perlakuan, guna melihat adanya perbedaan hasil yang signifikan.
Dalam penelitian ini, desain yang digunakan bersifat eksperimen dengan melibatkan dua kelompok yang memiliki perlakuan berbeda, yaitu kelompok yang menerima perlakuan (eksperimen) dan kelompok yang tidak (kontrol). Proses penentuan sampel dilakukan secara acak (random sampling), di mana kelas yang dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ditetapkan melalui proses pengundian agar memperoleh hasil yang objektif.
Tabel 3.1 Desain pre-test dan post-test
Pre-test | Perlakuan | Post-test | |
Eksperimen | √ | √ | √ |
Kontrol | √ | – | √ |
(Sukardi, 2009:185)
Desain penelitian ini menggambarkan adanya persamaan dan perbedaan antara kelompok yang diberikan perlakuan dan kelompok yang tidak. Kesamaan yang dimaksud adalah kedua kelompok sama-sama mengikuti tes sebelum perlakuan (pre-test) dan tes setelah perlakuan (post-test). Sementara itu, perbedaannya terletak pada jenis perlakuan yang diterapkan, di mana kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL), sedangkan kelompok kontrol tetap belajar menggunakan metode konvensional yang biasa diterapkan.
Agar hasil penelitian lebih valid dan maksimal, penting memastikan bahwa kedua kelompok memiliki tingkat kemampuan awal yang seimbang. Keseimbangan ini dapat dianalisis melalui rata-rata dan standar deviasi dari nilai tes awal, yang idealnya tidak memperlihatkan perbedaan yang bermakna. Untuk mengonfirmasi hal tersebut, kedua kelompok diuji dengan pre-test dan post-test baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Sugiyono (2018:55) menyatakan bahwa variabel merujuk pada atribut, karakteristik, atau nilai yang melekat pada individu, objek, maupun kegiatan, yang menunjukkan perbedaan tertentu dan dipilih oleh peneliti untuk dianalisis serta disimpulkan.
Dalam proses penelitian, penetapan variabel secara jelas dan terukur menjadi langkah awal yang harus dilakukan sebelum pengumpulan data berlangsung. Variabel penelitian sendiri diartikan sebagai segala hal yang dirumuskan oleh peneliti untuk diteliti, guna memperoleh data yang nantinya menjadi dasar dalam penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2018:57).
Berdasarkan judul penelitian yang diambil yaitu Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Menulis Sinopsis Ringkasan Cerita Hikayat dengan Menggunakan Media Buku Digital di Kelas X SMKN 2 Cilaku, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable ) dan variabel terikat (dependent variable).
Menurut Sugiyono (2014:59), variabel bebas diartikan sebagai unsur yang memiliki peran untuk memberikan pengaruh, atau menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada variabel terikat (dependent variable).
Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas, dan variabel terikat adalah sebagai berikut:
a.Variabel Bebas (X)
Dalam penelitian ini variabel bebas adalah model pembelajaran problem based learning dengan media buku digital.
b. Variabel Terikat (Y)
Dalam penelitian ini variabel terikat adalah kemampuan Menulis Sinopsis Ringkasan Cerita Hikayat pada siswa kelas X SMKN 2 Cilaku. Berikut variabel dari penelitian ini:
Gambar 3.1 Hubungan Variabel Bebas (X) terhadap Variabel Terikat (Y)
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X dari jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Negeri 2 Cilaku. Pemilihan populasi ini didasari beberapa alasan. Pertama, peneliti ingin memperkenalkan suasana belajar yang lebih terintegrasi dan melibatkan partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran.
Kedua, peneliti ingin memberikan pengalaman baru kepada siswa terkait penerapan model Problem-Based Learning, dengan harapan siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mampu menerapkannya dalam menghadapi situasi atau permasalahan yang mereka jumpai dalam kehidupan nyata. Jumlah populasi 107 siswa yang terbagi dalam tiga kelas yang terdiri dari kelas X TKJ 1, X TKJ 2 dan X TKJ 3.
Tabel 3.2 Data Populasi Penelitian Siswa Kelas X TKJ SMKN 2 Cilaku
Kelas | Jumlah siswa |
X TKJ 1 | 36 siswa |
X TKJ 2 | 35 siswa |
X TKJ 3 | 36 siswa |
Jumlah keseluruhan | 107 siswa |
(Sumber: Arsip TU SMK Negeri 2 Cilaku, 2024-2025)
Dalam penelitian ini, penentuan dua kelas yang dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan memanfaatkan teknik random sampling, yaitu metode pengambilan sampel secara acak. Dari kelas X TKJ 1, X TKJ 2 dan X TKJ 3 yang terpilih sebagai sampel untuk kelas eksperimen X TKJ 1 dengan jumlah siswa 20 dan kelas X TKJ 2 untuk kelas kontrol dengan jumlah siswa 24.
Tabel 3.3 . Data Sampel Penelitian siswa kontrol dan siswa eksperimen
Kelas | Jumlah siswa |
X TKJ 1 | 20 siswa |
X TKJ 2 | 24 Siswa |
Metode pengumpulan data di penelitian merupakan salah satu langkah yang sangat krusial. Oleh karena itu, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data harus dipilih dengan cermat agar data yang diperoleh akurat dan menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan melalui pemberian tes esai yang mengacu pada empat kriteria penilaian utama. Tes ini dirancang untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Untuk memastikan data yang diperoleh akurat dan bebas dari bias, pelaksanaan tes memperhatikan beberapa ketentuan penting, yaitu, a. Tes disusun dengan disertai petunjuk pengerjaan yang rinci dan mudah dipahami. b. Lingkungan tes diatur sedemikian rupa agar peserta dapat mengerjakan soal dengan nyaman tanpa gangguan dari luar. c. Waktu pelaksanaan ditetapkan secara tepat, baik dari segi jadwal maupun durasi pengerjaan. d. Proses pelaksanaan tes dilakukan melalui kolaborasi antara peneliti dan guru mata pelajaran di sekolah tempat penelitian berlangsung.
Pemilihan tes esai sebagai alat evaluasi hasil belajar siswa didasarkan pada pertimbangan kelebihan metode ini, terutama dalam mengukur kemampuan berpikir dan menguraikan jawaban secara mendalam. Hal ini sejalan dengan pandangan Sukardi (2008:94), yang menyebutkan bahwa tes esai merupakan salah satu bentuk tes tertulis yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang menuntut siswa menyusun jawaban berupa uraian kata yang merepresentasikan tingkat kemampuan berpikir mereka. Dengan format seperti ini, tes esai diyakini memiliki tingkat keandalan penilaian yang cukup tinggi.
Informasi yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes, yang hasilnya didokumentasikan dengan mencatat nilai dari tes awal dan tes akhir setelah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Untuk memperoleh gambaran yang lebih menyeluruh mengenai implementasi model tersebut, peneliti juga melakukan observasi langsung selama proses pembelajaran di kelas berlangsung. Proses pembelajaran sendiri difasilitasi oleh guru yang sebelumnya telah mendapatkan pelatihan khusus terkait penerapan model Problem Based Learning (PBL).
Baca Juga: Efisiensi Anggaran Pendidikan Menuju Indonesia Cemas
Penilaian atas hasil belajar dilakukan oleh peneliti dengan mengacu pada kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya. Langkah ini diambil untuk memastikan proses pengajaran berjalan sesuai prosedur, sekaligus meminimalisasi adanya subjektivitas dalam penilaian siswa. Selain itu, pendekatan ini juga ditujukan untuk mengurangi potensi bias yang mungkin terjadi selama proses penelitian eksperimen berlangsung.
Teknik Analisis Data Tes
Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian, langkah berikutnya adalah melakukan analisis terhadap data yang diperoleh. Proses ini juga dikenal sebagai pengolahan danpenafsirandata.
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam analisis data, yaitu:
1. Mengumpulkan hasil tes siswa
2. Memberikan skor terhadap penilaian siswa pada setiap aspek yang di nilai, sesuai dengan kriteria penilaian yang telah dibuat.
3. Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan teknik dan prosedur yang telah ditentukan. Prosedur dan teknik pengolahan data hasil tes menggunakan aplikasi JASP.
4. Deskripsi tahap awal
5. Uji normalitas
Uji normalitas didefinisikan sebagai sebuah prosedur yang dilaksanakan untuk memastikan bahwa data yang akan dianalisis memenuhi kriteria kelayakan sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut. Tahapan ini dilakukan sebagai langkah awal sebelum data diolah menggunakan model penelitian yang telah ditetapkan.
Fokus utama dari uji normalitas adalah untuk menilai apakah distribusi data pada tiap variabel penelitian mengikuti pola distribusi normal. Hanya data yang menunjukkan distribusi normal yang dianggap valid dan layak dipakai dalam pengujian model penelitian.
Data dapat dikategorikan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (P > 0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikansi berada di bawah 0,05 (P < 0,05), maka data tersebut dinyatakan tidak berdistribusi normal.
6. Uji homogenitas
Selanjutnya, uji homogenitas dilakukan guna memastikan bahwa varians dari dua kelompok sampel atau lebih memiliki tingkat kesamaan serta berasal dari populasi yang homogen. Uji ini diterapkan khususnya pada data post-test yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam pelaksanaan analisis ini, tingkat signifikansi yang dipakai adalah α = 0,05.
Prosedur uji homogenitas dijalankan menggunakan perangkat lunak JASP dengan aturan bahwa apabila nilai p (signifikansi) sama dengan atau lebih besar dari 0,05, maka data dinyatakan homogen. Namun, jika nilai p kurang dari 0,05, data tersebut dianggap tidak homogen.
7. Deskripsi tahap akhir
Deskripsi analisis tahap akhir dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Setelah data hasil test dianalisis dengan melakukan uji prasyarat analisis dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan yaitu menggunakan Uji –t sampel independen .
Pengujian hipotesis berdasarkan Uji –t sampel independen yaitu menggunakan Uji komparasi antara dua populasi yang independen. Dua populasi atau dua kelompok data dikatakan independen jika kelompok data satu tidak mempengaruhi kelompok data lainnya. Uji –t ini menguji hipotesis nol untuk mengetahui apakah rata-rata dua populasi atau kelompok berbeda secara signifikan atau tidak.
Asumsi untuk Uji-t independen: –Independensi : Pengamatan dalam setiap sampel harus independen (keduanya tidak mempengaruhi satu sama lain ).
-Distribusi normal : skor dalam setiap populasi harus terdistribusi secara normal.
-Homogenitas Varians: kedua populasi harus memiliki varians yang sama (sejauh mana distribusi tersebar hamper sama ).
Hipotesis: H0 : Tidak terdapat perbedaan rata – rata nilai Bahasa Indonesia antara kelompok A yaitu kelas kontrol dan kelompok B yaitu kelas eksperimen.
H1 : Terdapat perbedaan rata-rata nilai bahasa Indonesia antara kelompok A yaitu kelas kontrol dan kelompok B yaitu kelas eksperimen.
Kriteria : Signifikansi atau p value >= 0,05 maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai Bahasa Indonesia antara kelompok A yaitu kelas kontrol dan kelompok B yaitu kelas eksperimen (hamper sama).
Signifikansi atau p value < 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai bahasa indonesia antara kelompok A yaitu kelas kontrol dan kelompok B yaitu kelas eksperimen.
Analisis menggunakan uji-t independen dilakukan untuk menguji hipotesis dalam penelitian sebagai berikut:
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai model pembelajaran mana yang lebih efektif antara Problem-Based Learning dan model pembelajaran konvensional. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : µ1> µ2 (rata-rata skor nilai kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol)
H0 : µ1 ≤ µ2 (rata-rata skor nilai kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelas kontrol)
Data Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh data mengenai hasil pembelajaran siswa pada ranah kognitif. Penilaian terhadap hasil belajar kognitif siswa didasarkan pada rata-rata nilai pretest dan posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sementara kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional yang umum digunakan oleh guru di sekolah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menarik kesimpulan yang dapat diaplikasikan pada seluruh populasi. Proses analisis mencakup beberapa tahapan, antara lain uji homogenitas, uji normalitas, dan uji hipotesis.
Baca Juga: Seberapa Penting Pendidikan Kewarganegaraan di Zaman Sekarang?
Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dalam hal ini adalah pada ranah kognitif. Hasil belajar siswa baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini,
Tabel 4.3 Data hasil belajar siswa
Group Descriptives | |||||||||||||
Group | N | Mean | SD | SE | Coefficient of variation | ||||||||
Nilai | A | 24 | 77.625 | 1.765 | 0.360 | 0.023 | |||||||
B | 20 | 82.850 | 1.899 | 0.425 | 0.023 | ||||||||
Berdasarkan tabel tersebut, jumlah siswa pada kelas kontrol tercatat sebanyak 24 orang, dengan nilai rata-rata kelas A sebagai kelas kontrol mencapai 77,625. Sedangkan pada kelas eksperimen yang berjumlah 20 siswa, nilai rata-rata kelas B sebagai kelas eksperimen adalah 82,850. Untuk standar deviasi, kelas kontrol (kelas A) memiliki nilai sebesar 1,765, sementara kelas eksperimen (kelas B) tercatat dengan standar deviasi sebesar 1,899. Peningkatan hasil belajar dihitung melalui perbandingan antara nilai rata-rata pretest dan posttest.
Data dalam tabel ini digunakan untuk memeriksa normalitas distribusi serta kesamaan varians antar kedua kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila data memenuhi asumsi distribusi normal dan homogenitas varians, maka tahap berikutnya adalah melakukan uji hipotesis dengan metode uji-t guna menentukan apakah terdapat perbedaan bermakna dalam pencapaian hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dan yang mengikuti metode pembelajaran konvensional.
Uji Homogenitas
Untuk memastikan bahwa sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang memiliki kesamaan varians, dilakukan uji homogenitas menggunakan uji Fisher dengan tingkat signifikansi 0,05. Apabila nilai signifikansi atau p value ≥ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa varians kedua kelas (kontrol dan eksperimen) adalah homogen. Namun, jika nilai signifikansi atau p value < 0,05, berarti kedua kelas memiliki varians yang tidak homogen. Hasil dari uji homogenitas antara kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Data Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa
Test of Equality of Variances (Levene’s) | |||||||||
F | df1 | df2 | p | ||||||
Nilai | 0.067 | 1 | 42 | 0.797 | |||||
Berdasarkan kriteria pengujian, data di atas menunjukkan bahwa Signifikansi atau p value = 0,797 > 0,05 maka data homogen. kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki variansi yang homogen. Perhitungan dapat dilihat secara lengkap pada lampiran.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa dari kedua kelompok memiliki distribusi normal. Pengujian kenormalan sampel dilakukan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika dalam uji normalitas diperoleh nilai signifikansi atau p value ≥ 0,05, maka data dikatakan berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi atau p value < 0,05, maka data dianggap tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas untuk kedua kelas, baik kelompok kontrol maupun eksperimen, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Data Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa
Test of Normality (Shapiro-Wilk) | |||||||
W | P | ||||||
Nilai | A | 0.921 | 0.061 | ||||
B | 0.974 | 0.842 | |||||
Note. Significant results suggest a deviation from normality. |
Signifikansi atau p value = 0,061 > 0,05 maka data kelas Kontrol berdistribusi normal
Signifikansi atau p value = 0,842 > 0,05 maka data kelas eksperimen berdistribusi normal
Dari data uji normalitas di atas terlihat bahwa untuk kedua kelas baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen diperoleh p value > 0,05. Oleh karena itu, sesuai dengan kriteria pengujian, data menunjukkan distribusi normal. Selanjutnya, karena baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki distribusi yang normal serta varians yang seragam, maka uji hipotesis dapat dilaksanakan dengan menggunakan uji t.
Baca Juga: Pendidikan Berkualitas: Tantangan dan Solusi dalam Mencapainya
Uji Hipotesis
Tujuan dari uji hipotesis adalah untuk mengidentifikasi apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar antara siswa yang dibimbing menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan mereka yang mengikuti pembelajaran secara konvensional.
Pengujian dilakukan melalui uji t, yang dapat digunakan karena data sampel memenuhi syarat homogenitas dan distribusi normal. Jenis uji yang dipakai adalah uji t independen, yang berguna untuk membandingkan dua populasi yang tidak saling memengaruhi. Dua kelompok dikatakan independen jika data dari satu kelompok tidak bergantung pada kelompok lainnya. Uji t ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis nol guna melihat apakah terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara dua kelompok tersebut.
Asumsi untuk Uji –t independen :
Independensi: Pengamatan dalam setiap sampel harus independen ( kedua nya tidak mempengaruhi satu sama lain )
Distribusi Normal : skor dalam setiap populasi harus terdistribusi secara normal
Homogenitas Varians: kedua populasi harus memiliki varians yang sama ( sejauh mana distribusi tersebar hanpir sama).
Hipotesis :
H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai Bahasa Indonesia antara kelompok A dan Kelompok B (hampir sama ).
H1 : Terdapat perbedaan rata-rata nilai Bahasa Indonesia antara kelompok A dan Kelompok B.
Kriteria :
– signifikansi atau p value >= 0,05 maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai Bahasa Indonesia antara kelompok A dan kelompok B (hamper sama).
– signifikansi atau p value < 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai Bahasa Indonesia antara kelompok A dan Kelompok B.
Hasil Uji hipotesis dengan menggunakan uji t dapat dilihat pada tabel di bawah ini,
Tabel 4.6 Data Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa
Independent Samples T-Test | |||||||
T | df | P | |||||
Nilai | -9.446 | 42 | < .001 | ||||
Note. Student’s t-test. | |||||||
Signifikansi atau p value = 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai Bahasa Indonesia antara kelompok Kontrol dan Kelompok eksperimen.
Kriteria H1 diterima adalah Signifikansi atau p value = 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak. Hal ini menujukkan Signifikansi atau p value = 0,001 < 0,05, yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan model pembelajaran konvensional.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan pencapaian hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan yang menggunakan metode konvensional dalam pelajaran Bahasa Indonesia di SMKN 2 Cilaku Kota Cianjur, dengan populasi penelitian seluruh siswa kelas X TKJ Tahun Ajaran 2024/2025. Berdasarkan hasil uji homogenitas, ditetapkan bahwa kelas X TKJ 1 dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelas X TKJ 2 sebagai kelompok kontrol.
Sebelum proses pembelajaran dimulai, kedua kelompok terlebih dahulu mengikuti pretest untuk mengetahui kemampuan awal. Setelah itu, masing-masing kelas diberikan pembelajaran dengan pendekatan yang berbeda. Untuk melihat perbandingan hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran, dilakukan posttest di akhir kegiatan belajar. Peningkatan hasil belajar dianalisis berdasarkan nilai rata-rata pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan kontrol.
Nilai pretest dan post-test tersebut mencerminkan peningkatan kemampuan siswa pada ranah kognitif setelah proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan Tabel 4.4, terlihat bahwa nilai rata-rata pretest di kedua kelas masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya persiapan siswa terhadap materi sinopsis ringkasan hikayat, serta adanya ketidakhadiran siswa di kelas eksperimen karena alasan izin atau sakit.
Setelah pelaksanaan pre-test, proses pembelajaran materi dilakukan di kedua kelas. Pada kelas eksperimen, digunakan model Problem Based Learning, di mana siswa dibagi ke dalam kelompok dan diberikan tanggung jawab sesuai nomor yang mereka peroleh.
Guru menyampaikan materi secara ringkas yang dikaitkan dengan permasalahan tertentu, kemudian siswa mendiskusikannya dan perwakilan dari masing-masing nomor diminta mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Guru kemudian memberikan klarifikasi serta perbaikan atas jawaban yang kurang tepat.
Sementara itu, pada kelas kontrol diterapkan metode pembelajaran konvensional yang biasa digunakan di sekolah, yaitu guru lebih aktif menjelaskan materi secara ceramah, memberikan beberapa pertanyaan, diskusi singkat, dan pemberian contoh soal. Ini menunjukkan bahwa di kelas kontrol guru lebih dominan dalam pembelajaran, sedangkan siswa cenderung pasif.
Sebagai penutup proses pembelajaran, kedua kelompok diberikan posttest untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar yang terjadi. Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui bahwa rata-rata nilai posttest kelas kontrol sebesar 77,625, sedangkan kelas eksperimen mencapai 82,850. Ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar di kedua kelas, dengan peningkatan lebih besar terlihat pada kelompok yang menggunakan model Problem-Based Learning.
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, kedua kelas terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest). Setelah itu, masing-masing kelas diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda. Untuk mengukur perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah proses pembelajaran, peneliti melaksanakan tes evaluasi akhir berupa posttest.
Hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan rata-rata nilai pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbandingan antara nilai pretest dan posttest tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran.
Baca Juga: Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan di Era Globalisasi
Rata-rata peningkatan hasil belajar siswa di kelas kontrol tercatat sebesar 77,625, sementara di kelas eksperimen mencapai 82,850. Ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbedaan tersebut terjadi karena di kelas eksperimen, siswa dilibatkan dalam kerja kelompok serta diajak untuk bekerjasama menyelesaikan permasalahan yang diberikan, sehingga mereka mampu membangun pengetahuannya secara mandiri.
Hal ini sejalan dengan pendapat Lie (2004) yang menyatakan bahwa keunggulan dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terletak pada meningkatnya antusiasme serta tanggung jawab siswa dalam belajar. Selain itu, penerapan model PBL juga mendorong siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah, berbeda dengan yang terjadi di kelas kontrol.
Beberapa kendala yang dialami peneliti saat pembelajaran berlangsung pada kelas eksperimen yaitu:
- Model pembelajaran yang baru bagi siswa memerlukan waktu;
- Kegaduhan yang terjadi pada waktu pembentukan kelompok menyita banyak waktu;
- Ada beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam menyelesaikan.
Analisis akhir dilakukan setelah diperoleh data hasil belajar siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang dianalisis berupa rata-rata nilai pretest dan posttest sebagai indikator peningkatan hasil belajar. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, yakni untuk mengevaluasi efektivitas penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Rata-rata nilai pretest dan posttest dari beberapa pertemuan dianalisis melalui uji normalitas dan homogenitas. Selanjutnya, dilakukan uji-t guna mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji-t ini menggunakan kriteria penerimaan H1 jika nilai p < 0,05, yang menunjukkan adanya perbedaan rata-rata nilai Bahasa Indonesia antara kedua kelas tersebut.
Sehingga terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dengan model pembelajaran konvensional pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
a. Proses Penerapan pembelajaran menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat dengan model Problem Based Learning (PBL) yaitu : penerapan model Problem BasedLearning, membuat peserta didik lebih berperan aktif, menemukan permasalahan sendiri, dan memecahkan permasalahan yang ada secara mandiri, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
b. Hasil belajar menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat dengan model Problem Based Learning (PBL) yaitu :
- Hasil belajar siswa dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) diperolah rata-rata nilai pretest dan posttest adalah 82,850 .
- Hasil belajar siswa dengan tanpa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diperolah rata-rata nilai pretest dan posttest adalah 77,625. Terdapat perbedaan yang berarti dalam pencapaian hasil belajar antara siswa di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan siswa di kelas kontrol yang mengikuti metode pembelajaran konvensional dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Hal ini berdasarkan uji t yang telah dilakukan diperoleh yaitu = 0,001 < 0,05 Kriteria H1 diterima adalah jika p value < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran menulis sinopsis ringkasan cerita hikayat yaitu faktor pendukung dalam proses penerapan Model Problem Based Learning (PBL).
Diantaranya: siswa memiliki kemampuan pengetahuan dalam belajar, siswa memiliki kemampuan berkomunikasi, siswa bisa memecahkan permasalahan nyata, sumber pengetahuan baik dari perpustakaan, internet, wawancara, sumber diskusi sedangkan faktor penghambat faktor yang menjadi penghambat dalam metode Problem Based Learning ini diantaranya: media pembelajaran, erbatasnya waktu dalam mempresentasikan hasil karya serta belum adanya pelibatan siswa dalam merumuskan kesimpulan pembelajaran, keaktifan siswa dalam kegiatan kelompok.
Penulis: Siti Ade Amiati
Mahasiswa Universitas Suryakancana
Dosen Pembingbing I: Dr. Sri Mulyanti, S.Pd., M.Pd.
Dosen Pembingbing II : Dr. Aan Hasanah, S.Pd., M.Pd
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Daftar Pustaka
Asmara, Adi & Septiana, Anisya. (2023). Model Pembelajaran Berkonteks Masalah. Sumatera Barat: CV. Azka Pustaka.
Rahman, Ar. (2013). The Adventure of Abu Nawas: Kumpulan Kisah – Kisah Inspiratif Abu Nawas. Jakarta: YMIC.
Malay, M. Nursalim. (2022). Belajar Mudah & Praktis Analisis Data dengan SPSS dan JASP. Bandar Lampung : CV. Madani Jaya.
Suherli, Suryaman Maman, Septiaji Aji, Istiqomah. (2017). Bahasa Indonesia Kelas X SMA/SMK Kurikulum 13. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Amin, Irzal. (2021). Terampil Menulis Sinopsis dan Resensi Karya Sastra. Jakarta: Guefedia.
Arikuto, Suharismi. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dalman. (2016). Keterampilan menulis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Djaali. (2020). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hatmo, Kenang Tri. (2021). Keterampialan Menulis Bahasa Indonesia. Jawa Tengah : Lakeisa.
Sinambela, Lijan Poltak. (2014). Meotodologi Penelitian Kuantitatif untuk Bidang Ilmu Administrasi, Kebijakan Publik, Ekonomi, Sosiologi, Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2019). Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Zulaeha, (2011). Artikel Kebutuhan Guru, Siswa, Materi Ajar, dan Strategi Dalam Pengembangan Pembelajaran Menulis Kreatif Konteks Multikultur. Jurnal: Lembaran Ilmu Kependidikan , Volume 37, Nomor 2.
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa.
Darmadi, Kaswan, (1996). Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta: Andi
Zulaeha, Ida. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia Berkonteks Multikultural. Karya Ilmiah: Litera
Nur, Muhammad & Ibrahim. (2000). Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya : UNESA University Press.
Hartoko, Dick & Rahmanto, B. (1986). Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius
Eko, Sugiarto. (2015). Mengenal Sastra Lama: Jenis, Definisi, Ciri, Sejarah, dan Contoh. Yogyakarta : Andi
Suherli, Suryaman Maman, Septiaji Aji, Istiqomah. (2017). Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Hidayati, R Panca Pertiwi. (2009). Teori Apresiasi Prosa Fiksi. Bandung: Prisma Press Prodaktama.
Hooykaas, Christian. (1947). Over Maleise Literatur. Leiden: E.J. Brill.
Sudjiman, Panuti. (2006). Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia Press
A.Teeuw. (1984). Sastra dan ilmu Sastra : Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya .
Wellek Rene & Warren Austin. (1949). Theory of Literatur. Amerika Serikat: Harcourt Brace and Company.
Semi, M Atar. (1988). Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Damono, Sapardi Djoko. (2002). Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional
Mas, Sugianto. (2012). pada jurnal Perbedaan Hasil Belajar Siswa dalam Memahami Unsur Intrinsik Hikayat dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dan Metode Cooperative Script pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Luragung Tahun Ajaran 2014-2015.
Keraf, Gorys. (1977). Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende Flores:Nusa Indah.
Ariska, Widya & Amelysa, Uchi. (2020). Novel dan Novelet. Bogor: Guepedia.
Susanto, Bob. (2016). Apa Itu Sastra: Jenis-jenis Karya Sastra dan Bagaimana Cara Menulis dan Mengapresiasi Sastra. Lhokseumawe Aceh: Universitas Malikussaleh Press.
Percy & Hok Gie, Soe. (2005). Catatan Seorang Demonstran. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Dan Sosial.
Hasim, Hernowo. (2005). Mengikat Makna sehari-hari. Magelang: kaifa Mizan.
Akhadiah, Sabarti. (1997). Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta Timur: Erlangga
Abidin, Yunus. (2013). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: refika aditama
Trianto, (2011). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Barbara J. Duch, Susan E. Groh & Deborah E. Allen. (2001). The Power of Problem-Based Learning: A Practical How To for Teaching Undergraduate Courses in Any Discipline. Sterling Virginia Amerika Serikat.: Stylus Publishing LLC.
Arends, Richard I. (2008). Learning to Teach. New York Amerika Serikat: McGraw-Hill Higher Education.
Shoimin. (2013). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Glaser, Robert. (1962). Training Research and Education. Amerika Serikat: University of Pittsburgh Press.
Gunantara, Gd. (2014). Penelitian: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal: Mimbar PGSD Undiksha.
Khakim, Nor. Santi, Noor Mela. Bahrul, Acep U S. Putri, Erlina. Fauzi, Ahmad. (2022). Penelitian: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Leraning dalam Meningkatkan Motivasi Belajar PPKN di SMP YAKPI 1 DKI Jaya. Jurnal: Citizenship Virtues , Volume 2, Nomor 2, Halaman 347-358.
Koeswanti, Henny Dewi. (2018). Eksperimen Model Kooperatif Leraning dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Mahasiswa Ditinjau dari Kemampuan Berfikir Logis . Salatiga: Satya Wacana University Press.
Suniami, (2020). Penelitian : Penerapan Model Problem Based learning (PBL) dalam pembelajaran IPA di SD
Mawarni, Sella & Muhtadi, Ali. (2016). Pengembangan Buku Digital Interaktif Mata Kuliah Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif untuk Mahasiswa Teknologi Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Jurnal: Inovasi Teknologi Pendidikan volume 4 nomor 1 Halaman 84-96.
Jannah, Naimatil. Fadiawati, Noor. Tania, Lisa. (2017). Pengembangan E-Book Interaktif Berbasis Fenomena Kehidupan Sehari-hari tentang Pemisahan Campuran. Dimuat dalam : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Volume 6, Nomor 1, Halaman 186-198, Bandar lampung: Universitas Lampung kota.
Mentari, Dwi. Sumpono. Ruyani, Aceng. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran E-Book Berdasarkan Hasil Riset Elektroforosis 2-D untuk Mengukur Kemampuan Berfikir Kreatif Mahasiswa. Dimuat dalam PENDIPA Journal of Science Education Volume 2, Nomor 2, Halaman 131-134, Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan, Prinsip Dan Operasionalnya. Jakarta : Bumi Aksara.
Margono, S. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Edisi ke 5, Jakarta: Rineka Cipta.
Amirudin, Wildan. (2019). Penerapan Metode Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Seni Budaya Kelas X SMKN 1 Jabon Untuk Mendeskripsikan Kritik Seni rupa. Jurnal Seni Rupa, 07. No 03 (2019), 19.
Muhson, Ali. (2008). Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan Problem Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol XXXIX, 2, Halaman 173.
Mudlofir, Ali. (2016). Desain pembelajaran inovasi. Jakarta hal 105.
Suprihatiningrum, Jamil. (2013). Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Yogyakarta, Halaman 282.
Restiningsih, Diah. (2016). Peningkatan Keterampilan menyimak melalui penerapan model problem based learning (PBL), Jurnal: Didaktika Dwija Indria. Surakarta.
Bachtiar, Syah Imroni. (2021). Impmentasi Model Pembelajaran Problem Based learning (PBL) Pada Mata Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri 1 Padelegan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan, Pamekasan, Halaman 75.
Ariyani, Bekti & Kristin, Firosalia. (2021). Model Pembelajaran Problem Based Learning Peningkatan hasil Belajar IPS Siswa SD. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pembelajaran. Vol 5. 2, Halaman 358.
Hotimah, Husnul. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Edukasi, VII .3, Halaman 7.
Ikuti berita terbaru di Google News