Tahukah kamu, kesehatan mental merupakan keadaan sejahtera dimana setiap individu mampu mewujudkan kemampuannya untuk mengelola stres kehidupan dengan wajar, untuk bekerja secara produktif, serta berperan di komunitasnya.
Beberapa macam gangguan Kesehatan mental yang sering ditemukan, antara lain depresi, gangguan bipolar, halusinasi, dan gangguan kecemasan.
Pada masa ini, dimana zaman yang sudah maju akan ilmu pengetahuannya, masih banyak orang tua yang menganggap remeh kesehatan mental anaknya dikarenakan kurangnya edukasi serta pengetahuan orang tua mengenai pentingnya kesehatan mental.
Baca juga: Pentingnya Kesehatan Mental bagi Remaja
Akibatnya, banyak remaja yang kurang terbuka dan takut untuk bercerita kepada orang tuanya mengenai apa yang mereka rasakan selama ini dan tidak sedikit pula remaja yang inner child-nya terluka. Namun, orang tua menganggap itu adalah hal yang biasa dan mengabaikan Kesehatan mental anaknya.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menjelaskan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Hal ini dapat disimpulkan, bahwa rata-rata penduduk Indonesia yang mengalami gangguan Kesehatan mental adalah remaja, dimana pada rentang usia tersebut emosi masih belum stabil dan menyebabkan remaja mengalami gangguan Kesehatan mental.
Menurut pengamatan, bidang Pendidikan menjadi salah satu penyebab remaja mengalami gangguan Kesehatan mental, seperti kesulitan saat pembelajaran daring dan tidak sedikit pula remaja yang tertekan karena tugas yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan porsinya.
Baca juga: Manfaat Melakukan Olahraga untuk Kesehatan Mental
Sulitnya belajar pada masa pandemi seperti saat ini juga berakibat kepada remaja yang ingin melanjutkan ke jenjang universitas, tidak sedikit remaja yang mentalnya terganggu pada saat menunggu hasil pengumuman kelulusan universitas.
Tekanan yang didapatkan dari orang-orang sekitarnya juga dapat menyebabkan stres yang mengakibatkan seorang remaja terganggu Kesehatan mentalnya.
Selain itu, banyak faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya kesehatan mental remaja terganggu, seperti faktor pernikahan, gaya hidup, genetik, masalah keluarga, ekonomi, sosial, dan faktor lingkungan lainnya.
Menurut analisis data yang disampaikan sebanyak 99 persen anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun di seluruh dunia (2,34 miliar) tinggal di salah satu dari 186 negara dengan beberapa bentuk pembatasan gerakan yang berlaku karena COVID-19. Sebanyak 60 persen anak tinggal di salah satu dari 82 negara dengan lockdown penuh (7 persen) atau sebagian (53 persen) – yang jumlahnya mencakup 1,4 miliar jiwa muda.
Baca juga: Apakah Kesehatan Mental Kita Baik-Baik Saja selama Pandemi?
Menurut data survei Global Health Data Exchange 2017, ada 27,3 juta orang di Indonesia mengalami masalah kesehataan kejiwaan. Artinya, satu dari sepuluh orang di negara ini mengidap gangguan kesehatan jiwa.
Untuk data kesehatan mental remaja di Indonesia sendiri pada 2018, terdapat sebanyak 9,8% merupakan prevalensi gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan kecemasan untuk remaja berumur > 15 tahun, meningkat dibandingkan pada 2013, hanya 6% untuk prevalensi gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan kecemasan untuk remaja berumur > 15 tahun.
Sedangkan untuk prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia pada 2013 mencapai 1,2 per seribu orang penduduk.
Saat kesehatan mental remaja tertekan, bisa dilihat tanda-tandanya seperti terlihat tidak bersemangat, nafsu makannya berkurang, pola tidurnya terganggu/susah tidur, dan juga khawatir yang berlebihan.
Yang bisa dilakukan untuk mengatasi kesehatan mental remaja dengan memberikan pengertian pada remaja untuk bisa menyadari bahwa kecemasannya adalah hal yang wajar.
Kecemasan yang dialami remaja adalah fungsi normal dan sehat yang bisa membuat kita waspada terhadap ancaman, dan membantu kita untuk mengambil tindakan untuk melindungi diri.
Di usia berapa anak berisiko mengalami gangguan psikologis?
Menurut data dari badan kesehatan dunia WHO, diperkirakan sekitar 1 dari 7 anak usia 10 sampai 19 tahun mengalami masalah psikologis.
Sayangnya, kebanyakan dari gangguan ini tidak disadari dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat.Remaja dengan masalah kesehatan mental sangat rentan dikucilkan di lingkungan pergaulannya, tidak dihargai, serta dicap buruk oleh teman dan masyarakat sekitar.Perlakuan buruk ini seringkali membuat mereka kesulitan memperoleh pendidikan yang layak, mempertahankan diri, dan memperoleh hak-haknya.
Kenali Gejala Kesehatan Mental Yuk!
Gangguan mental dapat diawali dengan beberapa gejala berikut ini.
- Suka berteriak – teriak dengan keluarga atau teman teman.
- Halusinasi.
- Kehilangan untuk berkonsentrasi.
- Tidak mampu menyelesaikan masalah sehari hari.
- Marah marah hingga melakukan kekerasan.
- Memiliki pengalaman atau kenangan yang buruk.
- Memiliki pikiran untuk melukai diri sendiri bahkan orang lain.
- Merasa bingung, pelupa, kesal, cemas, khawatir, tersinggung dan bahkan takut yang tidak wajar.
- Suka menangis
- Perubahan gairah seks.
Penyebab Kesehatan Mental di simak baik baik yuk!
- Cedera pada kepala.
- Terdapat riwayat pengidap gangguan mental dalam keluarga.
- Kekerasan atau pelecehan.
- Gangguan pada otak.
- Mengalami diskriminasi dan stigma.
- Mengalami kerugian sosial
Pencegahan Kesehatan Mental
- Melakukan aktivitas fisik dan tetap aktif secara fisik.
- Memelihara pikiran yang positif.
- Menjaga hubungan baik dengan orang lain.
- Menjaga kecukupan tidur dan istirahat.
Kenali Jenis Gangguan Psikologi yang Bisa Dialami Remaja
Gangguan psikologis pada remaja merupakan hal yang perlu Anda waspadai. Pasalnya, di usia ini anak mengalami banyak gejolak emosi. Mulai dari perubahan mood, pengaruh pubertas, beban pelajaran sekolah, serta pergaulan dengan teman. Semua itu bisa menjadi pemicu masalah psikologi remaja.
- Gangguan emosional, meliputi kecemasan ditandai dengan panic dan khawatir secara berlebiha.
- Gangguan perkembangan perilaku, Autism Spectrum Disorder (ASD).
- Gangguan Makan(eating disorder).
- Psikosis (halusinasi atau delusi).
- Bunuh diri.
Penulis: Shinta Nur Rohmah
Mahaswa Prodi Keperwatan Universitas Binawan
Dosen pengampu: Apriani Riyanti, M.Pd
Referensi
https://indonesiabaik.id/infografis/perhatikan-kesehatan-mental-remaja-saat-pandemi-covid-19