Perkembangan Batik Tulis di Masa Pandemi

Perkembangan Batik Tulis Pandemi

Batik merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang. Bahkan, batik telah dianggap sebagai salah satu warisan dunia. Di Indonesia sendiri, batik memiliki beragam jenis di berbagai wilayah. Salah satunya Batik Tulis Ibu Sarjuni yang terletak di area makam Raja-Raja Mataram, Desa Pajimatan, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Batik Tulis milik Ibu Sarjuni ini berdiri sejak tahun 2003. Awalnya, Batik Tulis Ibu Sarjuni ini didirikan oleh orang tua dari Ibu Sarjuni, lalu dilanjutkan ke anak dan cucunya. Awal berdirinya Batik Tulis ini membawa berkah bagi banyak orang karena dengan didirikanya Batik Tulis Ibu Sarjuni ini banyak ibu-ibu rumah tangga yang diberi kesempatan untuk membatik yang pastinya bermanfaat dan menghasilkan.

Baca Juga: Duta Kampus Mengajar Kenalkan Praktik Batik Jumputan pada Siswa-Siswi SD IT Al-I’tisham Saptosari, Gunungkidul

Bacaan Lainnya

Proses membuat batik tulis ini memakan waktu yang tidak sedikit. Dari kain mori polos lalu diberi pola memakai pensil, lalu dibatik pakai lilin. Selanjutnya dibawa oleh para pekerja pembatik ke rumahnya masing-masing untuk diberi corak atau motif yang sesuai. Lalu dikembalikan dan memulai proses warna.

Untuk menghilangkan lilin, dilakukan dengan direbus yang biasa disebut dengan mbabar. Untuk bahan-bahan yang digunakan untuk membatik yaitu ada lilin, kain mori primisima, pewarna batik baik yang sintetis maupun alami. Lalu untuk alat-alat yang digunakan ada canting, wajan dan kompor.

Namun, semenjak adanya pandemi ini, Batik Tulis Ibu Sarjuni terdampak dan mengakibatkan omset menurun. “Sangat jauh ya perbedaan omsetnya dibandingkan sebelum pandemi karena kita tidak ada tamu dan tidak ada pesanan dari luar negeri, hanya pesanan dari orang sekitar dan lokal saja” ujar Ibu Passanti Fitriati selaku owner dari Batik Tulis Ibu Sarjuni.

Baca Juga: Komunitas Penerima Beasiswa LPDP Gelar Pelatihan Teknik Fotografi

Metode pemasaran yang digunakan oleh owner Batik Tulis Ibu Sarjuni ini hanya melalui toko dan lewat WhatsApp saja, untuk sosial media tidak terlalu aktif. Motif-motif batik yang sering dicari oleh para pelanggan ialah motif sido asih, wahyu tumurun, yang biasanya digunakan untuk acara pernikahan. Mereka juga sering menerima pesanan seragam-seragam kantor namun yang berbasis klasik Jogja.

Dengan diterbitkannya artikel ini, saya mengajak warga Indonesia untuk melek warisan budaya dan membantu UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) di tengah pandemi ini juga memakai produk dalam negeri khususnya batik, karena saat ini kepopuleran batik telah menurun.

Chintya Thalita Rachma
Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI