Potret Budaya di Desa Ngabeyan bersama KKN Unnes 2019

Sebuah mahakarya Indonesia yang berpegang teguh pada tradisi yang mengungkapkan kesempurnaan cipta, sehingga tetap lestari di Desa Ngabeyan.

Seni dan budaya di Indonesia sangatlah beragam. Salah satu yang patut masyarakat lihat yakni kesenian yang berasal dari Dusun Krajan, Desa Ngabeyan, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung. Desa tersebut memiliki berbagai jenis tarian. Contohnya Tari Jaranan, Tari Topeng Ireng, dan Tari Warokan.

Salah satu bentuk antusiasme yang ditunjukkan warga Dusun Krajan, Desa Ngabeyan pada bidang kesenian, yaitu dengan diselenggarakannya pentas seni sebagai wujud rasa syukur atas segala nikmat dan rahmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa sekaligus memperingati hari Maulid Nabi.

Bacaan Lainnya

Acara yang diselenggarakan setiap tahun tersebut berlangsung selama dua hari. Di tahun 2019 ini, pentas seni tersebut dilaksanakan pada hari Jumat (01/11/19) dan Sabtu (02/11/19).

Dalam kegiatan tersebut dilibatkan pula kesenian dari desa lain, yaitu Desa Bantir, Tlodas Pager Gunung, Klesem, serta penampilan spesial dari mahasiswa ISI Surakarta.

Hari pertama acara dimulai pukul 19.30 yang diawali dengan sambutan ketua panitia sekaligus membuka acara pentas seni. Acara selanjutnya yaitu penampilan memukau Tari Jaranan alit dari anak-anak Desa Ngabeyan yang beranggotakan 13 anak laki-laki dan 6 anak perempuan. Tari Jaranan membuat penonton semakin terpukau dengan iringan musik gamelan, tata rias, dan tata busana yang menambah suasana meriah.

Penampilan selanjutnya yaitu Tari Topeng Ireng dari ibu-ibu PKK Dusun Krajan yang beranggotakan 16 ibu PKK, 1 pelatih yang sangat tampan, dan 1 mahasiswa cantik dari UNNES. Dengan iringan gamelan yang apik mewarnai penampilan Tari Topeng Ireng. Dengan penuh semangat Mbak Sukma (mahasiswa UNNES dari Fakultas Bahasa dan Seni) menuturkan “Saya bangga sekali bisa ikut serta menampilkan Tari Topeng Ireng yang pada awalnya saya belum pernah menarikannya, antusias dari ibu-ibu PKK yang menambah semangat saya untuk lebih melestarikan dan menghargai kebudayaan Indonesia khususnya tari rakyat tradisional.”

Acara belum selesai sampai disitu saja, dilanjutkan dengan penampilan Tari Warokan dari pemuda Dusun Krajan yang beranggotakan 16 orang laki-laki dengan tata rias yang garang semakin menambah kesan gagah dari para penari.

Setelah penampilan tersebut para warga semakin antusias menyaksikan pentas seni, hal ini terbukti dengan hadirnya warga desa lain. “Aku sangat senang mbak kalau ada pentas seni seperti ini, selain menambah wawasan tentang seni, acara ini juga bisa melestarikan budaya Indonesia.” Ujar Mas Khoirul (KKN UNNES di Desa Canggal)

Hari semakin larut namun pementasan masih terus berlanjut. Tari Jaranan Besar dari pemuda Dusun Krajan yang beranggotakan 17 laki-laki dan 2 perempuan menjadi penampilan selanjutnya. Tata rias dan kostum yang menawan menambah kesan energik. Keseruan bertambah saat dua penari perempuan keluar dari belakang panggung dengan iringan gamelan yang menambah aura ayu dari para penari. Para warga bersorak-sorak kagum dengan penampilan tari jaranan besar tersebut.

Selanjutnya penampilan bintang tamu yang pertama yaitu Tari Warokan dari Desa Bantir yang beranggotakan 16 laki-laki. Perbedaan Tari Warokan Bantir dan Ngabeyan berada pada gerakan dan senjata yang digunakan, gerakan Tari Warokan dari Bantir lebih banyak dibanding Tari Warokan dari Ngabeyan, selain itu Tari Warokan dari Bantir menggunakan senjata golok sedangkan Tari Warokan dari Ngabeyan menggunakan senjata lain.

Hari pertama ditutup dengan penampilan bintang tamu dari Tlodas Pager Gunung yang menampilkan Tari Jaran Kepang. Tari ini menceritakan tentang kisah asmara.

Hari kedua, acara dimulai pukul 14.00 WIB, acara dibuka dengan pertunjukan drum band dari Banser yang sangat atraktif. Acara selanjutnya yaitu pengajian. Pengajian diadakan di lapangan dan panggung yang sama dengan pentas seni. Adanya pengajian diharapkan dapat menambah rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta untuk memperingati Maulid Nabi.

Menjelang malam hari, acara pentas seni dimulai pukul 20.00 WIB. Acara dimulai dengan sambutan Bapak Muh Yuwono selaku Kepala Desa Ngabeyan. Beliau menuturkan “Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang berperan dalam kegiatan ini, kalian rela meluangkan waktu luang untuk latihan nari khususnya untuk ibu-ibu PKK terimakasih sekali.”

Setelah sambutan selesai, acara selanjutnya adalah pentas seni. Urutan acara masih sama dengan hari pertama, perbedaannya hanya berada di bintang tamu. Penampilan bintang tamu pada hari kedua yaitu Tari Kepang dari Klesem. Tarian yang kaya akan gerakan bermakna tentang menumpas angkara murka di dunia yang seharusnya bisa dijadikan pembelajaran di dalam hidup.

Penampilan terakhir dan sebagai penutup acara pentas seni ini adalah penampilan dari mahasiswa ISI Surakarta. Tarian yang sangat memukau, paras ayu, dan mimik wajah dari sang penari menegaskan kesan gagah dan berani walaupun yang menari adalah para wanita.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.