Rela Putus Sekolah demi Rupiah

Kisah Inspiratif
Gambar Tokoh Inspiratif (Sumber: Penulis)

Dian Siti Nurbaeti adalah seorang anak perempuan lahir pada 06 oktober 1995, berasal dari daerah yang terkenal dengan pencak silat nya.

Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, terlahir dari keluarga yang kurang mampu yang dimana ayah nya berprofesi sebagai supir anggutan umum sedangkan ibunya hanya sorang buruh tani.

Dian memiliki dua orang adik, perempuan dan laki-laki yang bernama Dika Dikriyani dan Deri Rizki. Dian dan adik-adiknya secara usia sangat beda jauh, yang dimana kini tahun 2023 Dian berumur 27 sedangkan adik perempuannya yaitu berusia 22 tahun dan adik laki-lakinya yaitu berusia 16 tahun.

Bacaan Lainnya
DONASI

Sebagai anak pertama dian memiliki karakter kuat, pekerja keras, tidak mudah putus asa, Ia sangat menyukai tantangan dan hal-hal baru.

Dian sadar akan tanggung jawab besar untuk membantu kedua orang tuanya demi memenuhi kebutuhan.

Sejak usianya 12 tahun ia rela berjualan gorengan keliling, dimana pada usianya yang masih terbilang anak-anak Ia disibukkan untuk memilih bekerja dan merelakan waktu bermainya, namun dengan kegigihannya dalam menjalani hidup ia rela melakukan apa saja demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Tetapi terlepas dari itu Ia pun tidak melupakan pendidikannya, Ia bersekolah disalah satu sekolah dasar yang terbilang jauh dari rumah nya karna didaerah tempat tinggal nya hanya itu satu-satunya sekolah yang paling dekat.

Ia bersekolah di SDN Bobojong dilanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMPN 1 Mande. Namun pada saat duduk dibangku SMA, ia harus rela putus sekolah karena keadaan ekonomi keluarganya yang tidak memungkinkan.

Dian memutuskan bekerja dan rela putus sekolah bukan karena paksaan tetapi itu pilihannya sendiri, sebagai anak pertama Ia sadar bahwa jika bukan Ia yang membantu keadaan ekonomi keluarganya lantas siapa lagi dengan melihat kedua adiknya yang masih kecil bahkan masih membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Beliau pernah bilang “Hidup adalah Perjuangan” seperti kita ingin sesuatu kita harus memperjuangkan keinginan itu, semua tidak ada yang instan setiap keinginan harus ada perjuangannya.

Baca juga: Lewat Minat dan Hobi, ini Kisah Inspiratif Rega Agistilava

Dian sudah merasakan asam manisnya kehidupan dari Beliau masih duduk dibangku sekolah dasar Ia sering diejek teman-temannya karena Ia berjualan gorengan keliling, kerasnya kehidupan tidak menjadikan Ia putus asa.

Suatu ketika Ia dan kedua orang adiknya ditinggalkan sang ibu pergi merantau keluar negeri disuatu negara yang dikenal sebagai kota suci bagi umat Muslim.

Karena tuntutan ekonomi yang memutuskan sang ibu pergi dan rela meninggalkan anak-anak nya yang masih kecil, akhirnya Dian mau tidak mau harus mengurus kedua adiknya.

Perannya sekarang bukan hanya seorang kakak saja melainkan sekaligus menjadi seorang ibu dan mereka dititipkan sang ibu kepada neneknya.

Tidak mudah bagi perempuan yang usianya masih belasan tahun harus memikul tanggung jawab besar, yang dimana seharusnya Ia menikmati masa remajanya dengan penuh kegembiraan dan keceriaan namun Ia harus mengubur dalam-dalam impian itu.

Dengan tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat akhirnya dian memutuskan untuk ikut bekerja dengan sodaranya ke pabrik Walet.

Namun tidak bertahan lama hanya setengah tahun saja Ia bekerja disana karena adik bungsunya sakit lumayan cukup parah dan Ia memutuskan resign dari pekerejaannya untuk mengurus sang adik.

Hari demi hari Ia lewati dengan berat hati namun tidak menjadikannya menyerah dengan keadaan yang menimpanya.

Sejak Beliau resign dari pekerjaannya ia diajak untuk bantu-bantu di suatu rumah makan milik pamannya, dengan antusias yang tinggi Dian mengiyakan tawaran itu karna tidak ada pilihan lain.

Setiap hari Dian menjalankan rutinitas sebelum berangkat kewarung makan biasanya Ia mengurus adik-adiknya, neneknya serta mengurus pekerjaan rumah pun menjadi kegiatan sehari-harinya baginya.

Diawali dengan bangun subuh sebelum adzan Ia menanak nasi ditungku yang masih menggunakan kayu bakar, menyiapkan makanan dengan seadanya. Jam 6 pagi ia sudah berangkat kerumah makan dan bekerja hingga pukul 8 malam.

Baginya tidak ada hari untuk bersantai karna teringat dengan nasibnya yang amat jauh berbeda dengan anak remaja seusianya, hanya malam yang menjadi penenang dari huru-haranya siang dan memberikan sedikit waktu untuk ia beristiahat dari lelahnya bekerja seharian.

Suatu ketika pada tahun 2015 pamanya mengalami musibah yang dimana rumah makan miliknya harus terpaksa tutup dan Dian pun kembali kebingungan harus mencari pekerjaan kemana lagi.

Karena seorang ayah yang harusnya bertanggung jawab atas keluarga kecilnya hanya memikirkan perutnya sendiri dengan profesi sebagai supir anggutan umum biasa, menjadikan alasan bahwa penghasilannya tidak mencukupi.

Namun dibalik alasan itu Dian merasa sangat sedih bukannya membantu malah menambah bebannya fikirannya.

Sampai pada akhirnya Ia berkeinginan untuk membuka rumah makan seperti pamannya dulu namun dengan keterbatasan biaya yang menjadikan Ia harus bolak balik berfikir.

Tentunya Ia membutuhkan modal yang cukup besar, namun karena kegigihannya tidak menjadikan Ia patah semangat.

Dengan modal seadanya dan dibantu oleh ibunya yang bekerja diluar negeri. Ia nekad membuka warung makan kecil-kecilan didepan rumahnya atau sering disebut warteg, semasa bekerja dengan pamanya Ia tau sedikit-sedikit mengenai cita rasa masakan.

Hari pertama Ia berjualan tidak memenuhi target karna bagaimana pun juga belum dikenal banyak orang. Satu minggu kemudian target yang diinginkanpun tercapai Dian mengucapkan syukur kepada sang Pencipta ternyata masakannya pas dan bisa dinikmati oleh banyak orang.

Tahun pun berganti, rumah makan yang dulunya sepi pembeli kini banyak orang yang mengenal dengan sebutan Rumah Makan Amanah, dengan modal nekad Dian pun menjadi seorang pengusaha warung makan Amanah.

Tidak mudah menjalani hidup seperti dirinya dari usia anak-anak sampai remaja Ia jatuh bangun menelan pahitnya kehidupan.

Tercatat sampai sekarang tahun 2023 Dian pun masih melanjutkan usahanya bahkan sudah mempunyai dua cabang rumah makan.

Perekonomian keluarganya pun kini kian membaik, membiayai pendidikan kedua adiknya merupakan suatu kewajiban bagi dirinya karna Ia tidak ingin adiknya putus sekolah sama sepertinya.

Pesan yang beliau sampaikan “Jangan pernah putus asa, kerasnya hidup bukan alasan kita untuk menyerah, ikhlas menerima cobaan menjadi kunci sebuah kesuksesan”.

Dalam kehidupan tidak semuanya manis, lika-liku perjalanan yang tidak sesuai harapan bukan alasan kita untuk menyerah.

Dari kisah Dian ini sangat menginspirasi bagi kita semua roda terus berputar kehidupan akan indah pada waktunya tetap tanamkan rasa ikhlas dan rasa syukur.

Penulis: Tena Fitria Adela
Mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Suryakancana Cianjur

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI