Mengungkap Pedihnya Luka Karena Keangkuhan Dalam Cerpen “Ini Tentang Aku” Karya Putu Ayub.

Jika Luka adalah bahasa, akan seperti napa rupanya? Mungkin luka yang berteriak dengan lantang di keramaian, berdiri sendiri dan jadi yang paling rebut diantara sepi, atau luka yang paling diam seperti malam di sebuah desa yang paling damai sedunia.

Rupanya luka memiliki dua bahasa. Bahasa pertama diungkapkan dengan lantang dan bahasa kedua diungkapkan dengan diam. Salah satu karya sastra yang menggambarkan perasaan ini adalah cerpen “ini tentang aku” karya putu ayub.

Cerpen “ini tentang aku” adalah sebuah kisah yang mengisahkan seorang Wanita Bernama dewi usia 32 tahun. Seorang Wanita berparas cantik namun tidak dengan hatinya, kecantikannya tak secantik hatinya. Hatinya terbalut keangkuhan karena parasnya yang ayu.

Bacaan Lainnya

Melalui karakter Dewi, pembaca cerpen “ini tentang aku” diajak mengungkap pedihnya luka yang dialami oleh tokoh dewi karena keangkuhan yang ia miliki.

Baca Juga: Gambaran Sosial dan Pesan Moral dalam Cerpen Jejak Kebaikan di Tepi Jalan karya Rheza Aditya Gradianto

Tak hanya sampai disitu, karakter kuat yang dimiliki oleh tokoh dewi bukan hanya pada saat ia masih duduk dibangku kuliah. Namun masih melekat dan terbawa sampai ia bekerja dan berusia 32 tahun.

Sampai suatu Ketika Dewi tersadarkan oleh sebuah pertanyaan yang dilontarkan Ribka teman semasa kuliahnya saat mereka bercengkrama Bersama. “ gimana udah nikah? Boleh dong aku tanya gitu, umurmu kan sekarang sudah 32 tahun!”.

Pergolakan batin Dewipun dimulai, seolah tak bisa melupakan dan tak menampik apa yang diutarakan oleh Ribka, mengikuti dan menghantui fikiran Dewi.

Jika ditelusuri lebih jauh pada masa kuliah, keangkuhan yang dimiliki dewi sangat melebihi batas, terlebih saat teman lelakinya berusaha mendekati seperti, Aldo yang pernah menyatakan perasaan Sukanya terhadap Dewi namun langsung ditolak dan disuruhnya untuk berkaca dengan dalih Dewi menyematkan dirinya sebagai primadona sefakultas, belum lagi Anton dan Timo yang juga mendapatkan perlakuan yang tak kalah menyakitkannya dari keangkuhan Dewi kala itu.

Melaui perjalanan Dewi dalam cerpen “ini tentang aku” memberi kesadaran dan pembelajaran kepada pembaca tentang apa itu arti luka yang dia torehkan secara sengaja kepada seseorang.

Seperti pepatah yang sering terdengar “apa yang kau tabur, itulah yang akan kau tuai” bencanapun berawal dari titik ini. Saat dimana perjalanan membawanya kepada kegalauan hati dan teringat bahwa semua teman sebayanya sudah menikah.

Yang terbersit dalam benaknya “siapapun lelakinya boleh, yang penting nikah”.”ganteng itu nomor dua, baik itu nomor tiga dan rajin itu nomor tiga. Yang penting nikah”

Baca Juga: Menyelisik Nilai-Nilai Moral dalam Cerita Pendek Cinta Laki-Laki Biasa Karya Asma Nadia

Dengan menggandeng rasa percaya diri yang tinggi, akhirnya antok adik kelasnya bersedia menjalin hubungan dan Dewi berhasil mengajaknya ke tahap paling serius yaitu pernikahan.

Namun malang nian nasib dewi,satu hari sebelum pernikahan digelar  Heni mencari keberadaan Antok dan memberi tahu bahwa Dina kecelakaan dan Antok harus mengurusnya, namun hal tersebut tak digubris oleh dewi. Sampai tiba saatnya dimana dewi dan antok melangsungkan pernikahan, Dina datang dengan tanpa Luka, ternyata luka yang dimaksud adalah hamil.

Antok menghamili Dina. Sakit bukan kepalang, luka yang dialami oleh Dewi seolah buah dari luka yang ia torehkan dimasalalu. Keangkuhan yang ia agung-agungkan kini menjadi malapetaka dalam hidupnya.

Dengan demikian, cerpen “ini tentang aku” karya Putu Ayub bukan hanya sekerdar karya sasta namun menelisik lebih jauh dari itu, cerpen “ini tentang aku” mengingatkan pembaca untuk selalu ingat dan jalan diatas bumi.

Jika dulu Dewi menjual mahal keangkuhannya, sekarang ia tukar dengan lukanya.Mari memaknai luka sebagai bahasa, karena luka mau bagaimanapun juga tidak akan pernah usai.

Baca Juga: Mengatasi Kesepian dalam Cerpen Kesehatan Mental Ratih Karya Dilla Sekar Kinari dengan Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Jadikan luka sebagai media pembelajaran dan pengalaman. Jadikan luka sebagai perasaaan yang layak datang dan Kembali datang lagi. Jadikan perasaan luka sebagai peluang untuk belajar apa itu kehidupan yang sering kita pertanyakan.

Dari cerpen “ini tentang aku” pembaca lebih memahami luka yang dialami oleh tokoh Dewi ternyata dapat membuat berproses lebih jauh, kita dapat menghindari apa yang pernah membuat kita terluka, dan tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang yang tidak sepatutnya dilakukan.

Penulis: Maya Soleha

Mahasiswa jurusan Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Suryakancana

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI