Seorang laki-laki harus punya sikap yang tegas dan jelas tentang urusan dunia dan akhirat. Laki-laki itu adalah pemimpin. Pemimpin yang memiliki kekuatan, kemampuan, dan irodah.
Laki-laki harus punya sikap dan prinsip. Laki-laki dalam Islam adalah pemimpin. Dia harus bisa memimpin, dia harus bisa membimbing. Bagaimana caranya? Berarti dia harus punya pemahaman tentang Islam. Kalau dia tidak ter-install Islam secara utuh, bagaimana dia mau jadi imam bagi istri, anak, dan keluarganya?
Pantas saja Allah berkata: “Ada dosa, yang sholat puasa haji tak akan pernah mampu menghapusnya. Lantas apa yang bisa menghapusnya ya Rasulullah? Bekerja dengan mencari nafkah yang halal untuk keluarganya”.
Baca juga: Dampak Al-Quran dalam Menjaga Kesehatan Mental Umat Manusia
Hadits ini ditunjukkan kepada siapa? Kepada laki-laki. Kalau laki-laki sudah ter-install Islam, maka seluruh karakter yang diajarkan Islam akan menyatu dalam dirinya. Yang harus diajarkan agar menjadi laki-laki yang ideal: (Ust. Fatih)
1. Jasadiyah
Berkaitan dengan kesehatan dan pola hidup. Kaitannya dengan fisik yaitu tentang pola hidup, pola makan, pola tidur. Kaitannya dengan pola hidup salah satunya adalah dengan mengamalkan rajin sholat malam dan olahraga. Kaitannya dengan pola tidur, jangan tidur lebih dari 8 jam.
Setelah bangun tidur jangan wudhu terlebih dahulu, tapi banyak-banyaklah minum air putih. Kaitannya dengan menjaga pola makan, di zaman sekarang banyak yang terkena penyakit asam urat, struk, sakit mag, sakit diabetes. Berarti pola makannya tidak dijaga, makanannya tidak halal dan tidak toyyib, karena kebanyakan MSG-nya.
2. Fikriyyah
Berkaitan dengan pemikiran. Kalau ibadah, bukan hanya sekedar ibadah mahdah, bukan tentang doa saja, bukan pakar dzikir, bukan tentang sedekah saja, tapi dia pakar tsaqofah Islam. Harus ngerti ushul fiqih, cara berpikirnya harus kuat. Belajar ulumul quran, bahasa arab, ulumul hadits. Belajar tentang hukum syara’, hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dan dengan manusia yang lainnya.
Baca juga: Al-Quran sebagai Sumber Obat (Syifa) bagi Makhluk Ciptaan-Nya
3. Ruhiyah
Lelaki dalam Qur’an itu bukan masalah tampan atau tidaknya. Tapi, laki-laki yang kuat tentang kesadaran hubungannya dengan Allah. Dengan banyak-banyak amal sunnah. Hatinya mudah peka dan menangis. Dia kemana-mana selalu ingat Allah.
4. Sikap Lemah Lembut terhadap Istri
Sebaik-baik lelaki ialah yang memperlakukan istrinya dengan baik. Baik di luar maupun di rumah ketika tidak ada orang lain sekalipun. Ia memberikan hak-hak istrinya berupa nafkah dan kelembutan sikap.
Rasul bersabda: “Pergaulilah wanita dengan baik, sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Dan sesuatu yang paling bengkok yang terdapat tulang rusuk adalah bagian paling atas. Jika kamu meluruskannya dengan seketika, niscaya kamu akan mematahkannya (yaitu, menceraikannya). Namun jika kamu membiarkannya, maka dia pun akan selalu dalam keadaan bengkok. Karena itu, pergaulilah wanita dengan penuh kebijakan.” (HR. Bukhari no. 5186 dan Muslim no. 1468).
Baca juga: Tafsir Kata Al-Hikmah dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 125
5. Memperhatikan, Mempelajari, dan Mengamalkan Tauhid
Tauhid merupakan amalan yang paling utama. Dengan Tauhid Allah memasukkan hamba-hamba-Nya ke dalam surga.
Rasul bersabda: “Barangsiapa yang bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan ‘Isa adalah hamba dan rasul-Nya, dan kalimat yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari-Nya, dan bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, sesuai amal yang telah dikerjakakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi, lelaki yang bertauhid itu tentu ia akan menjaga istri dan keluarganya dari kesyirikan, di mana syirik itu merupakan dosa yang paling besar. Dengan begitu, atas izin Allah ia akan mampu menahkodai kapal rumah tangga nya menuju jalan ketaatan kepada Allah.
Tim Penulis:
1. Nuviza Nairowati
Mahasiswa Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
2. Nur Zaytun Hasanah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia
3. Shafira Dhaisani Sutra
Mahasiswa Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia
Referensi:
https://muslim.or.id/2481-inilah-jaminan-bagi-ahli-tauhid.html