Sogok-menyogok Meresahkan, ya Buns!

Sogok-menyogok meresahkan

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat kependudukan yang tinggi. Dimana hal itu terjadi karena adanya angka kelahiran lebih tinggi dibandingkan angka kematiannya. Hal ini sangat berpengaruh sekali ke semua sektor salah satunya adalah sektor ketenagakerjaan. Karena, dengan banyaknya populasi akan membuat pekerjaan lebih sedikit sehingga banyaknya pengangguran di Indonesia.

Dulu dan Sekarang

Kalau dulu perusahaan yang mencari orang untuk dipekerjakan tetapi, sekarang orang lah yang mencari pekerjaan di perusahaan untuk bekerja. Samapai banyak orang yang menghalalkan segala sesuatu untuk mendapatkan pekerjaan yang layak salah satunya adalah sogok menyogok. Pada saat ini jika seseorang ingin memiliki pekerjaan yang layak maka orang tersebut harus mengeluarkan uang untuk bisa kerja di perusahaan tersebut.

Hal ini sudah menjadi kebiasaan warga Indonesia untuk melakuka sogok menyogok. Malah, hal tersebut sudah terkesan sangat lumrah sekali di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak dari warga Indonesia yang sangat bangga mendapatkan pekerjaan dari hasil sogok menyogok.

Bacaan Lainnya

Dan biasanya di sini perusahaan juga tidak membuat larangan keras untuk pelanggaran ini. Banyak dari perusahaan yang membiarkan hal tersebut terjadi. Sehingga banyak sekali orang yang benar–benar memiliki keterampilan di pekerjaan tersebut kalah dengan yang membayar perusahaan tersebut. Banyak juga perusahaan yang sudah memberikan larangan untuk kegiatana sogok menyogok. Tetapi, ada saja oknum yang melakukan hal tersebut untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Hal ini sering saya rasakan di daerah saya yaitu di daerah Bekasi.

Banyak dari warga Bekasi yang rela menyogok kantongnya dalam – dalam hanya untuk menyogok seseorang di perusahaan agar bisa bekerja di perusahaan tersebut. Biasanya mereka juga ada calonya atau orang perantara antara pelamar pekerja dengan si oknum yang bekerja di dalam perusahaan tersebut.

Wawancara Kasus Penyogokan

Informasi ini saya dapatkan saat mengobrol dengan salah satu tetangga saya  yaitu ibu yang beinisial W  beliau mengatakan “Anak saya saat ingin melamar pekerjaan harus membayar 2 juta terlebih dahulu agar bisa bekerja di PT tersebut dan itu juga anak saya kerjanya ngontrak 3 bulan tetapi anak saya masuk untuk mengisi waktu luang” begitu kata ibu W yang anaknya bisa masuk pekerjaan melalui jalur sogok menyogok. Hal ini sangat di sayangkan hal ini bisa menjadikan pengangguran lebih banyak. Karena, kalau ingin mendapatkan pekerjaan harus membayar terlebih dahulu sedangkan banyak dari mereka yang tidak memiliki uang tersebut.

Hal ini seperti yang di rasakan saudara April juga salah satu tetangga saya juga. Dia mengatakan “ pada saat itu saya ingin melamar pekerjaan ke PT dan saya sudah mengikuti tes, tetapi di tengah saya sedang mengurus berkas saya di suruh untuk mengambil uang dan saya akan langsung masuk ke PT tersebut tetapi, saya tidak mempunyai uang sebanyak yang diminta jadi saya langsung gugur dan saya pulang membawa kekecewaan” begitu kata saudara April.

Dari cerita saudara April sogok menyogok sangat menyulitkan orang yang tidak memiliki uang dan sangat membutuhkan pekerjaan malah kalah dengan yang menggunakan uang. Padahal mungkin saja orang yang tidak menyogok tersebut memiliki keterampilan yang lebih dibandingkan yang menyogok tetapi, karena beberapa oknum membuat persaingan mencari kerja menjadi tidak adil.

Kesimpulan

Hal ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah karena ini melanggar aturan hak seseorang. Yang seharusnya orang tersebut mendapatkan pekerjaan ini malah tidak karena adanya sogok menyogok. Tindakan yang harus dilakukan pemerintah adalah membuat larangan kepada perusahaan terhadap sogok menyogok dan yang melakukannya harus di hukum seberat – beratnya. Karena sogok menyogok sudah meresahkan semua orang dengan adanya sogok menyogok membuat semua orang menyepelekan perjuangan. Yuk kita stop kegiatan sogok menyogok dengan melakukan semuanya dengan jujur karena, semua agama juga menganjurkan kita untuk melakukan kejujuran.

Sapto Nugroho Setiawan
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Editor: Diana Intan Pratiwi

Baca Juga:
Manfaat dan Dampak Negatif dari Digitalisasi Keuangan
Bisakah Uang yang Bekerja untuk Kita?
Unram: Antara Tukar Guling SPI, Uang Pangkal dan “Sense Of Justice” Yang Tergadai

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI