Telesurgery: Operasi dari Jarak Jauh

Telesurgery
Ilustrasi Telesurgery (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Di era di mana teknologi sedang berkembang pesat, tentu saja banyak bermunculan inovasi-inovasi baru yang dibuat dengan tujuan untuk mempermudah kehidupan manusia.

Para ahli dari berbagai bidang berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi di bidangnya masing-masing, termasuk pada bidang kedokteran. Saat ini, banyak inovasi baru yang ada di dunia kedokteran, terutama inovasi di bidang teknologi kesehatan, seperti telesurgery.

Telesurgery adalah operasi dengan menggunakan robot bedah yang dikontrol dari jarak jauh. Berbeda dengan bedah robotik, telesurgery memungkinkan dokter bedah berada di lokasi yang berjarak sangat jauh dari pasien.

Bacaan Lainnya
DONASI

Teknologi ini diharapkan dapat menjangkau daerah pelosok, daerah konflik, bahkan luar angkasa sehingga dokter bedah maupun pasien tidak perlu melakukan perjalanan jauh untuk melakukan operasi. Dengan meminimalisir faktor jarak antara pasien dan dokter, maka resiko kondisi pasien memburuk bisa dikurangi serta biaya untuk perjalanan pun bisa dihilangkan.

Telesurgery juga memungkinkan kolaborasi antara beberapa dokter bedah yang berada di tempat berbeda untuk melakukan operasi yang sama.

Selain itu, dengan menggunakan robot bedah sebagai alat untuk melakukan operasi, tentunya keuntungan dari operasi menggunakan robot bedah juga dapat dirasakan melalui telesurgery seperti mengurangi tremor pada tangan dokter, pemulihan pasien lebih cepat, mengurangi durasi rawat inap, dan lain sebagainya.

Operasi pertama yang menggunakan metode telesurgery adalah operasi cholecystectomy yang dilakukan oleh Profesor Jacques Marescaux pada seorang wanita berusia 68 tahun di Prancis. Pada saat itu, Profesor Jacques berada di New York yang berjarak kurang-lebih 14.000 km dari Prancis. Sejak saat itu, operasi telesurgery banyak dilakukan di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia.

Pada tahun 2023 lalu, Indonesia telah melakukan uji coba robot telesurgery pertama dan disaksikan langsung oleh Presiden Indonesia yaitu Bapak Joko Widodo dan Presiden Republik Islam Iran yang saat itu sedang melakukan kunjungan.

Uji coba tersebut dilakukan di dua rumah sakit yaitu RSHS Bandung dan RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. Menurut dr. Darmawan, kepala bagian pendidik dan penelitian RSUP Dr. Sardjito, proyek robot bedah yang ada di Yogyakarta dan Bandung saat ini dapat terkoneksi dengan baik tanpa ada halangan.

Meskipun terlihat sangat menguntungkan, tentunya operasi dengan menggunakan telesurgery memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya dokter tidak dapat merasakan tekstur dari tubuh pasien, memerlukan jaringan internet yang sangat cepat, terdapat delay selama beberapa milidetik dari sejak dokter menggerakkan tangannya sampai robot dapat bergerak, dan lain sebagainya.

Maka dari itu, seseorang yang sudah menjadi dokter bedah, belum tentu bisa melakukan bedah menggunakan telesurgery. Harus ada pelatihan dan sertifikasi khusus hingga seorang dokter bedah dapat melakukan operasi dengan telesurgery.

Saat ini Pemerintah Indonesia sedang melakukan sebuah proyek untuk mempersiapkan penerapan telesurgery di Indonesia, yaitu pembangunan Pusat Bedah Robotik di Indonesia 2021-2024. Proyek ini sudah dilakukan di 3 rumah sakit yaitu RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dan RSUP Haji Adam Malik Medan-baru diresmikan pada Desember 2023 silam.

Melalui proyek ini, diharapkan pada tahun ini Indonesia dapat menurunkan jumlah antrian pasien rujukan di RS tipe A atau RS nasional sekaligus dapat menurunkan beban JKN dan meningkatkan ketahanan industri alat kesehatan dalam negeri.

Merujuk dari roadmap proyek ini, pada tahun 2024 diharapkan Indonesia sudah dapat melakukan produksi robot telesurgery untuk pasar Asia Tenggara. Kedepannya diharapkan, pelatihan telesurgery ini dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran dokter spesialis bedah, sehingga Indonesia tidak hanya memiliki peralatan yang maju, namun juga memiliki SDM yang memadai.

 

Penulis: Annisa Zalfa Putri H
Mahasiswa Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan, Universitas Airlangga

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi  

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI