Hipertensi merupakan penyakit yang umum terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dan banyak masyarakat yang terkena dampaknya. Tekanan darah tinggi bukanlah penyakit menular dan tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, namun mudah diobati.
Siapa bilang tekanan darah tinggi hanya menjadi masalah bagi orang lanjut usia? Memang benar, hipertensi lebih sering terjadi pada mereka yang berusia di atas 65 tahun.
Namun, tahukah Anda bahwa satu dari delapan orang muda berusia 18 hingga 40 tahun juga menderita hipertensi? Meski terlihat muda dan sehat, mereka tetap berisiko terkena penyakit ini.Â
Banyak orang yang belum mengetahui bahwa hipertensi yang berkembang pada masa remaja dapat menetap hingga dewasa sehingga meningkatkan risiko penyakit dan kematian. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang menyumbang sekitar 45% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke.
Hipertensi terjadi ketika darah mengalir melalui arteri dengan tekanan yang tinggi, sering kali akibat penyempitan arteri yang menghambat aliran darah.Â
Tekanan darah tinggi ini sering disebut sebagai “silent killer”. Mengapa? Pasalnya, seringkali tidak ada gejala yang jelas, padahal dampaknya bisa sangat berbahaya. Jika tidak segera ditangani, dapat merusak pembuluh darah dan organ vital seperti jantung, otak, dan ginjal. Jadi jangan anggap remeh!
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2017, prevalensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Sebuah studi oleh Essouma, et al. (2015) juga menunjukkan bahwa remaja penderita hipertensi mempunyai risiko lebih tinggi terkena hipertensi pada usia dewasa.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipertensi pada remaja. Faktor risiko ini terbagi menjadi dua kategori: yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah.Â
Faktor risiko yang dapat diubah, di antaranya termasuk:
1. Obesitas
Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan indeks massa tubuh (IMT) berhubungan erat dengan peningkatan tekanan darah. Program penurunan berat badan dan perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi risikoÂ
hipertensi. Sebuah studi pada tahun 2022 menemukan bahwa remaja dengan obesitas memiliki risiko hipertensi 4,85 kali lebih tinggi.
2. Konsumsi garam berlebih
Studi menunjukkan bahwa pengurangan konsumsi garam dapat secara signifikan menurunkan tekanan darah, terutama pada individu yang sensitif terhadap garam. Penelitian tahun 2020 menunjukkan bahwa konsumsi garam berlebih meningkatkan risiko hipertensi pada remaja sebesar 2,1 kali.
3. Kurangnya aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menjaga berat badan yang sehat dan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah. Studi tahun 2021 menunjukkan bahwa remaja yang kurang aktif secara fisik memiliki risiko hipertensi 1,8 kali lebih tinggi.
4. Kebiasaan merokok
Merokok dapat merusak dinding arteri dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah, yang meningkatkan tekanan darah.
Berhenti merokok dapat membantu menurunkan risiko hipertensi dan meningkatkan kesehatan kardiovaskular secara keseluruhan. Penelitian tahun 2019 menunjukkan bahwa remaja yang merokok memiliki risiko hipertensi 2,5 kali lebih tinggi.
5. Kualitas tidur yang buruk
Penelitian menunjukkan bahwa tidur yang cukup dan berkualitas baik penting untuk menjaga tekanan darah dalam batas normal. Studi tahun 2023 menemukan bahwa remaja dengan kualitas tidur yang buruk memiliki risiko hipertensi 4,1 kali lebih tinggi.
Baca Juga:Â Panduan Lengkap Pengobatan Hipertensi untuk Menjaga Tekanan Darah yang Sehat
Di sisi lain, faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi:
1. Riwayat keluarga dengan hipertensi
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua dengan hipertensi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini. Sebuah studi pada tahun 2020 menemukan bahwa riwayat keluarga hipertensi meningkatkan risiko hipertensi pada remaja sebesar 3,9 kali.
2. Jenis kelamin
Menurut beberapa studi, pria cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan wanita pada usia muda. Namun, setelah menopause, risiko hipertensi pada wanita meningkat dan bisa melebihi pria. Penelitian tahun 2021 menunjukkan bahwa pria muda memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita muda.
3. Berat badan lahir rendah
Penelitian menunjukkan bahwa berat badan lahir rendah dapat mempengaruhi perkembangan sistem kardiovaskular, yang berkontribusi pada peningkatan risiko hipertensi. Studi tahun 2019 menemukan bahwa berat badan lahir rendah meningkatkan risiko hipertensi pada remaja sebesar 2,5 kali.
Dengan memahami dan mengelola faktor risiko ini, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah dan mengendalikan hipertensi pada remaja.
Oleh karena itu, semakin banyak masyarakat yang memiliki pengetahuan kesehatan seperti pendidikan pola hidup sehat yang bertujuan untuk mencegah hipertensi sejak dini, maka semakin besar kemungkinan mereka untuk menyadari penyakit berisiko dan kemungkinan terjadinya komplikasi akibat hipertensi.
Jadi, penting bagi kita semua, tanpa memandang usia, untuk menjaga kesehatan dan memantau tekanan darah secara rutin.
Jangan biarkan hipertensi mengintai tanpa disadari!
Penulis:
Nur Fatan Fiddiniah
Mahasiswa Keperawatan Binawan University
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
Referensi
Diffa Putra Surya, A. A. (2022). Pembahasan. FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA REMAJA, 114-116.
Fadila, I. (2023, September 7). Penyebab dan Bahaya Tekanan Darah Tinggi pada Anak Muda. Retrieved from HelloSehat: https://hellosehat.com/jantung/hipertensi/hipertensi-usia-muda/
Kusparlina, E. P. (2022). Pendahuluan. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Remaja, 127-130.
Romadhiyana Kisno Saputri, A. A.-B. (2021). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi. Hubungan Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi, 11-13.
Tyra Septi Diana, S. P. (2023). Pendahuluan, Aktivitas Fisik, Perilaku Merokok, Konsumsi Alkohol. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Hipertensi pada Remaja: Literature , 170-175.
Widyasari, N. (2021). Pembahasan. Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Hipertensi pada Remaja di Indonesia, 69-71.