Yakinkah Penegakkan Diagnosis Sudah Tepat?

Penegakkan diagnosis sudah tepat

Diagnosis keperawatan merupakan hal yang mendasar dan kunci bagi perawat dalam melakukan proses asuhan keperawatan. Dalam melakukan proses penegakkan diagnosis keperawatan tentunya harus mengacu pada standar diagnosis keperawatan yang ada yaitu berdasarkan standar diagnosis NANDA dan SDKI.

Antara standar diagnosis NANDA dan SDKI tentunya memiliki perbedaan dalam penggunaan dan model pendokumentasian. Contohnya pada NANDA terdapat diagnosis “Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh”, sementara di SDKI diagnosis yang serupa yaitu “Defisit Nutrisi”.

Namun, bagaimana jika perbedaan dalam penggunaan dan model pendokumentasian pada standar diagnosis tersebut malah berujung pada kesalahpahaman dalam pengambilan keputusan. Lalu, apa dampak dari kesalahpahaman pengambilan keputusan tersebut pada pasien? Apakah dapat berdampak pada keselamatan pasien?

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Di Balik Layar Seorang Dokter Ada Analis Kesehatan

Mengenal Diagnosis Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, seorang perawat harus dapat melakukan sebuah pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, menentukan luaran, serta evaluasi untuk menentukan tindakan yang tepat dalam membuat perencanaan merawat pasien.

Diperlukan sebuah diagnosis untuk mendukung data yang telah dikaji. Di Indonesia, dalam pengambilan diagnosis keperawatan disesuaikan dengan buku Standar Diagnosis Keluaran Indonesia (SDKI) yang isinya mengacu pada NANDA (North American Nursing Diagnosis Association).

Penggunaan dua jenis panduan penentuan diagnosis seperti NANDA-I dengan SDKI tentu membuat sulitnya menentukan diagnosis dan sering terjadinya perbedaan dalam melakukan pengkajian. 

Perbedaan Diagnosis Keperawatan dan Bagaimana Dampaknya?

Faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut salah satunya adalah karena terdapat perbedaan kasus yang terjadi antara di Indonesia dengan luar negeri, sehingga tidak dapat dipungkiri apabila terjadi perbedaan dalam menggunakan NANDA-I yang basis kasusnya tidak berdasarkan kasus yang ada di Indonesia.

Contoh perbedaan yang terdapat pada Nanda dan SDKI terdapat pada label diagnosisnya dan beberapa istilah umum pada buku diagnosisnya seperti istilah ‘domain’ serta ‘kelas’ pada NANDA dan  ‘kategori’ serta ‘sub kategori’ pada SDKI.

Baca Juga: Pentingnya Fisioterapis dalam Kondisi Pasien di Kesehatan Seluruh Dunia

Selain itu, pada setiap diagnosis pada NANDA dibagi menjadi 4 kelompok yaitu diagnosis berfokus-masalah, diagnosis risiko, diagnosis promosi kesehatan, dan diagnosis sindrom. Sedangkan, pada SDKI hanya terbagi menjadi 3, yaitu diagnosis aktual, diagnosis risiko, dan diagnosis promosi kesehatan.

Pada NANDA juga terdapat diagnosis yang tidak terdapat pada SDKI yaitu label Ketidakcukupan produksi ASI, Ketidakefektifan pemberian ASI, Diskontinuitas pemberian ASI, Kesiapan meningkatkan pemberian ASI, dan masih banyak lagi lainnya. Sebaliknya juga pada SDKI terdapat diagnosis yang tidak terdapat di NANDA seperti label Waham dan lain sebagainya.

Perbedaan lainnya di antara keduanya terletak pada nama label dan gejala pada setiap kelas atau sub kelompok. Karena perbedaan inilah, penulisan asuhan keperawatan pun juga akan berbeda. Meskipun tidak semuanya berbeda, Indonesia membuat sebuah buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang telah disesuaikan dengan kasus-kasus yang terjadi di dalam negeri.

Selain itu, adanya perbedaan budaya antarnegara membuat disparitas budaya dan kekhasan pelayanan keperawatan di Indonesia dalam penetapan diagnosis keperawatan. Tidak hanya budaya, faktor lingkungan yang ada dan kepercayaan yang dianut oleh masing-masing penduduk antarwilayah  juga mempengaruhi jasa pelayanan keperawatan yang berbeda pada setiap negara termasuk Indonesia. 

Dalam sebuah penelitian, disebutkan bahwa kesalahan yang masih banyak dilakukan dalam penegakkan diagnosis adalah dalam pengumpulan data, kesalahan dalam interpretasi data, analisis data yang didapat, dan pengelompokan data dari pernyataan diagnosis.

Tentu saja kesalahan tersebut berimbas kepada intervensi yang dilakukan perawat kepada kliennya sehingga tidak dapat mencapai kualitas asuhan yang baik atau bahkan kemungkinan muncul gejala buruk lainnya. Tidak ada penelitian yang membahas mengenai kesalahan penggunaan SDKI dan NANDA karena penggunaan keduanya menyesuaikan tempat pasien tersebut berada.

Baca Juga: Mengenal Lebih Analis Kesehatan

Misalnya jika pasien tersebut dirawat di rumah sakit yang berada di Indonesia, penegakkan yang ada mengikuti SDKI. Akan tetapi, jika pasien tersebut dirawat di rumah sakit di Kanada yang masuk ke bagian Amerika Utara, maka dalam menegakkan diagnosis menggunakan NANDA. 

Walaupun di Indonesia menggunakan NANDA, para mahasiswa keperawatan dalam penegakkan diagnosis diajari penggunaan kedua model pendokumentasian tersebut. Menanggapi hal tersebut, penting untuk dilakukan sosialisasi kepada para perawat mengenai perbedaan penggunaan dan model pendokumentasian pada SDKI dan NANDA agar tidak ada kebingungan dan kesalahpahaman dalam menentukan diagnosis.

Hal tersebut dikarenakan pada NANDA-I pengkajian yang disajikan lebih beragam dengan beberapa istilah yang tidak ada pada SDKI. Sosialisasi SDKI dan NANDA juga perlu dilakukan kepada perawat. Hal tersebut juga bertujuan agar perawat mampu untuk menggunakan SDKI atau NANDA dengan benar sesuai dengan wilayah di mana mereka bekerja. 

Pentingnya Penerapan Diagnosis Berdasarkan Tempat

Pada akhirnya, penggunaan dua panduan penentuan diagnosis yang berbeda yaitu NANDA dan SDKI tidak ada yang salah, hanya saja perlu diperhatikan di mana kita melakukan proses keperawatan tersebut. Apabila dilakukan di Indonesia, maka harus menggunakan panduan diagnosis SDKI dan apabila dilakukan di luar negeri, maka harus menggunakan panduan diagnosis NANDA.

Hal tersebut dilakukan karena banyak sekali hal yang berbeda antara Indonesia dan luar negeri, baik itu dari segi perbedaan kasus atau masalah kesehatan maupun dari segi perbedaan kebudayaan. Penyesuaian keadaan inilah yang harus sangat diperhatikan karena menyangkut bagaimana pemberian intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien.

Fauziah
M. Ishaq S.
Nadhifa E.
Nadiah I.
Nadya, V.
Nela
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Brawijaya

Editor: Diana Pratiwi 

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI