2 Konsep Dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Pendidikan
Dok. Pribadi/Andriani.

Di Indonesia, perjalanan pendidikan nasional tidak dapat terlepas dari kontribusi besar tokoh-tokoh pendidikan yang telah melibatkan diri secara aktif dalam menciptakan landasan pendidikan yang kokoh.

Salah satu tokoh yang menjadi pilar utama dalam sejarah pendidikan Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara. Pemikiran dan kontribusinya terhadap dunia pendidikan Indonesia menjadikannya sosok yang dikenang sepanjang masa.

Ki Hajar Dewantara memahami bahwa pendidikan bukan hanya sekadar penyampaian informasi, melainkan suatu upaya untuk membentuk karakter, kepribadian, dan kreativitas anak bangsa. Visinya tentang pendidikan merdeka, inklusif, dan berorientasi karakter menjadi dasar ajar dan ajar dasar yang memandu setiap langkah dalam membangun sistem pendidikan di Indonesia.

Bacaan Lainnya
DONASI

Pentingnya meresapi pemikiran konsep dasar dan kontribusi Ki Hajar Dewantara terletak pada keinginannya untuk membebaskan pendidikan dari belenggu kolonial dan menjadikannya sarana yang membangun jati diri bangsa.

Melalui pemahaman mendalam terhadap konsep-konsepnya, kita dapat memahami betapa relevannya pandangan Ki Hajar Dewantara dalam konteks pendidikan di Indonesia.

Konsep Ajar Dasar Ki Hajar Dewantara: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani

Dok. Pribadi/Andriani.

Konsep ajar dasar Ki Hajar Dewantara tercermin dalam filsafat hidupnya, yang diungkapkan dalam pepatah Jawa, “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani,” yang berarti “Di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dukungan.

Konsep ini menggarisbawahi pentingnya peran pendidik sebagai panutan, penyemangat, dan penyokong bagi setiap siswa.

Filsafat ini mengajarkan bahwa seorang pendidik tidak hanya bertanggung jawab untuk memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga untuk menjadi teladan yang memberikan inspirasi dan membimbing mereka dalam membangun semangat dan karakter yang kuat.

Dalam konsep “Ing Ngarsa Sung Tuladha,” Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya memberi contoh sebagai cara untuk membentuk karakter dan nilai positif pada siswa. Pendidik tidak hanya berperan sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai model yang menginspirasi siswa untuk mengejar keunggulan dan integritas.

Di sisi lain, “Ing Madya Mangun Karsa” menunjukkan bahwa pendidik memiliki tanggung jawab untuk membangun semangat belajar siswa, memberikan dorongan agar mereka dapat meraih prestasi yang optimal.

Terakhir, “Tut Wuri Handayani” menekankan dukungan yang harus diberikan oleh pendidik di belakang layar, memberikan bantuan dan dorongan agar siswa dapat mengatasi hambatan dan tumbuh menjadi individu yang mandiri dan berprestasi.

Dengan demikian, konsep ini membentuk dasar ajar Ki Hajar Dewantara yang tidak hanya menjadikan pendidikan sebagai transfer pengetahuan, tetapi juga sebagai wadah pembentukan karakter dan semangat siswa.

Konsep Dasar Ajar Ki Hajar Dewantara : Asih, Asah, Asuh

Dok. Pribadi/Andriani.

Konsep dasar ajar Ki Hajar Dewantara mencakup gagasan pendidikan inklusif dan demokratis. Beliau memperjuangkan hak setiap individu untuk mendapatkan pendidikan tanpa memandang status sosial atau latar belakang.

Konsep ini merangsang pemikiran bahwa pendidikan bukanlah hak segelintir orang, melainkan hak semua warga negara. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa setiap individu, tanpa memandang latar belakangnya, memiliki hak yang sama untuk mengakses pendidikan yang bermutu.

Visi inklusifnya mendorong penghapusan batasan-batasan kelas sosial dalam pendidikan, menciptakan ruang di mana semua warga negara dapat tumbuh dan berkembang.

Dasar ajar Ki Hajar Dewantara yang meliputi asih, asah, asuh memiliki relevansi yang signifikan dalam konteks pendidikan karakter abad ke-21. Pemikiran Ki Hajar Dewantara menekankan nilai-nilai seperti keagamaan, kedisiplinan, kejujuran, dan tanggung jawab sebagai dasar pembentukan moral dalam pendidikan modern.

Konsep asih, asah, asuh juga tercermin dalam gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, yang dianggap sebagai proses humanisasi untuk mengangkat manusia ke tingkat kemanusiaan.

Selain itu, sistem pendidikan yang mengacu pada prinsip asih, asah, asuh juga dapat menciptakan interaksi yang saling memperbaiki antara peserta didik dan guru, mendorong sikap saling mengasihi, saling menyempurnakan, dan saling melindungi dengan semangat toleransi.

Pola asuh yang mencakup asih, asah, asuh juga berperan penting dalam pengembangan perilaku anak, di mana keterlibatan orang tua dalam memberikan asuh, asih, dan asah akan membentuk anak menjadi sumber daya potensial yang dewasa.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara ini tidak hanya bersifat teoretis, melainkan tercermin dalam praktiknya dengan pendirian Taman Siswa. Taman Siswa menjadi lembaga pendidikan yang menampung siswa dari berbagai lapisan masyarakat, menjembatani kesenjangan pendidikan yang terjadi pada masa itu.

Dengan menerapkan konsep inklusif dan demokratis, Ki Hajar Dewantara menciptakan model pendidikan yang membuka pintu kesempatan bagi semua, tanpa diskriminasi.

Konsep ini, yang mengakui hak pendidikan sebagai hak semua warga negara, tetap relevan hingga saat ini dan mengajarkan kita untuk terus memperjuangkan pendidikan yang adil dan merata bagi setiap individu di masyarakat.

Penulis: Andriani Yovi Permatasari
Mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 2 tahun 2023 Pendidikan Bahasa Jawa – Universitas Negeri Surabaya

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

1 Komentar

Komentar ditutup.