Penerapan Ajar Dasar pada Pembelajaran di Era Milenial

Penerapan Ajar Dasar
Ajar Dasar.

Pendahuluan

Pada zaman modern terjadi perkembengan teknologi yang sangat pesat di bidang pendidikan. Majunya peradaban membuat banyaknya teknologi-teknologi baru untuk menunjang pendidikan. Pemanfaatan teknologi yang modern ini, bisa membuat kemudahan sesorang untuk memahami sesuatu dengan cepat tanpa membutuhkan waktu yang lama.

Itu karena, tersedianya banyak sumber belajar yang bisa digunakan untuk mendukung pembelajaran. Contohnya internet dan sumber teknologi lainnya. Tetapi hal tersebut akan membuat pergeseran tujuan pendidikan Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan pengalaman saya mengajar di sekolah.

Pada zaman sekarang ini hanya mementingkan nilai daripada pembentukan karakter kebangsaan. Sekolah hanya mementingkan lulusan dengan nilai yang terbaik. Sebenarnya banyak peserta didik yang tidak layak untuk mendapatkan kelulusan atau mendapat nilai yang bagus karena sering membolos dan tidak mempunyai karakter yang baik.

Bacaan Lainnya
DONASI

Dengan perilaku seperti ini mengarahkan peserta  didik kepada hasil yang bersifat pragmatis dan materialis, karena kurang membekali  peserta didiknya dengan semangat kebangsaan, semangat keadilan sosial, serta sifat-sifat kemanusiaan dan moral luhur sebagai warga negara (Saksono, 2010: 76).

Hal tersebut membuat tujuan pendidikan Indonesia menjadi tidak tercapai, karena hanya mementingkan materialistis saja.

Pada artikel ini akan membahas tentang penerapan ajar dasar di era zaman sekaarang. Ajar dasar merupakan teori belajar yang digagas oleh Ki Hajar Dewantoro yang mempunyai hubungan dengan teori Konstruktivisme. Ajar dasar merupakan teori yang masih relevan untuk dijadikan artikel di dalam persoalan pendidikan di zaman sekarang ini.

Untuk mensiasatinya, artikel ini mencoba untuk menjadi solusi akan adanya pemasalahan tersebut. Berdasarkan uraian singkat di atas maka dalam artikel ini akan membahas: (1) Ajar dasar menurut Ki Hajar Dewantoro; (2) Konsep penerapan ajar dasar; (3) Penerapan ajar dasar di sekolah. Dengan ketiga pembahasan tersebut, diharapkan bisa menjadi pencerah permasalahan pendidikan di jaman sekarang ini.

Pembahasan

Ajar dasar menurut Ki Hajar Dewantoro

Dalam jurnal “Teori Belajar Konstruktivisme Ki Hajar Dewantara serta Relevansinya dalam Kurikulum 2013” (Vol. 2 No. 2 (2021), pp 261-282) menurut Ki Hajar Dewantara baik ‘dasar’ (faktor bawaan) maupun ‘ajar’ (pendidikan) berperan dalam pembentukan watak seseorang.

Dalam konteks itu pula, mendidik anak manusia haruslah berangkat dari pengakuan pada keunikan dan penghormatan pada potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Berdasarkan kutipan tersebut, seorang peserta didik memiliki bawaan dari dia lahir. Jadi, mendidik seseorang harus memperhatikan bawaannya atau potensi yang dimilikinya.

Pada dasarnya seorang indivudu pendidikan pertamanya  berasal dari keluarga. Terutama ibu. Karena ibu di dalam bidang pendidikan dijuluki sebagai sekolah pertama bagi seorang anak. Oleh karena itu, peranan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak sangat penting. Jika contoh ini dikaitkan dengan ajar dasar, maka peran ibu yang berperan dalam pembentukan watak dan bawaannya.

Konsep penerapan ajar dasar

Dalam penerapannya, memerlukan beberapa strategi agar ajar dasar berjalan dengan baik. Ajar dasar lebih menekankan kepada karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik itu sendiri. Sebagai seorang guru, harus mempunyai strategi agar pembelajaran berpusat kepada potensi yang dimiliki peserta didik.

(1) Penerapan Konsep dalam Konteks Nyata. Menggunakan studi kasus atau contoh konkret untuk mengilustrasikan bagaimana konsep-konsep dasar diterapkan dalam situasi dunia nyata. Mendorong peserta untuk memecahkan masalah dengan menerapkan konsep-konsep dasar yang telah dipelajari;

(2) Pembelajaran Aktif. Mendorong peserta untuk berdiskusi, berkolaborasi, dan saling menjelaskan konsep kepada teman sekelas. Melakukan eksperimen atau aktivitas praktis untuk mengamati secara langsung bagaimana konsep-konsep dasar beroperasi.

Dengan begitu, siswa merasa selalu diperhatikan di dalam kelas. Serta tidak ada unsur paksaan memahami pembelajaran.  Karena pembelajaran berpihak kepada bakat, minat dan potensinya.

Penerapan ajar dasar di sekolah

Dalam penerapan di sekolah, ajar dasar bisa diterapkan dalam materi pembelajaran bahasa Jawa. Berdasarkan pengalaman di dalam kelas, peserta didik memiliki keanekaragaman potensi. Contohnya dalam penyampaian materi tentang geguritan, guru menyiapakan materi dengan bentuk yang berbeda.

Guru bisa menyampaikan materi dengan teks dan video. Hal ini bisa mendukung karakteristik peserta didik yang berbeda di dalam kelas. Setelah itu peserta didik saling berkolaborasi untuk memecahkan masalah.

Penutup

Dengan konsep pembelajaran ajar dasar oleh Ki Hajar Dewantara diharapkan pembelajaran terpusat ke peserta didik. Dengan begitu, peserta didik bisa mengeksplorasi potensi dan karakteristik yang ada dalam dirinya sendiri untuk dikembangkan. Pada jaman modern, hal tersebut harus diutamakan.

Karena anak-anak jaman sekarang banyak yang menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-harinya. Berbeda dengan generasi terdahulu yang masih tradisional. Diharapkan juga, dengan artikel sederhana ini bisa dijadikan motivasi pendidik untuk menerapkan ajar dasar yang lebih memusatkan pembelajaran ke peserta didik.

Penulis: Widigdo Diknas Nugroho (23001003912746003)
Mahasiswa 
Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah Universitas Negeri Surabaya

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Daftar Pustaka

Suparlan, S. (2019). Teori konstruktivisme dalam pembelajaran. Islamika1(2), 79-88.

Muzakki, H. (2021). Teori belajar konstruktivisme Ki Hajar Dewantara serta relevansinya dalam kurikulum 2013Southeast Asian Journal of Islamic Education Management2(2), 261-282.

Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., & Adiarta, A. (2019). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia2(3), 124-136.

Manasikana, A., & Anggraeni, C. W. (2018). Pendidikan karakter dan mutu pendidikan indonesia. Seminar Nasional Pendidikan 2018.

Suparlan, H. (2015). Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan sumbangannya bagi pendidikan Indonesia. Jurnal filsafat25(1), 56-74.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI