Bakteri adalah salah satu mikroorganisme yang tidak memiliki inti sel. Bakteri atau mikroba dapat kita lihat menggunakan bantuanĀ mikroskop. Ketika ingin melihat bakteri tidak dapat dengan mata telanjang sehingga membutuhkan alat seperti mikroskop untuk melihatnya,dikarenakan ukuran bakteri yang sangat kecil.
Bakteri dibagi menjadi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif adalah bakteri dengan dinding sel tebal dan membran sel tunggal. Sedangkan,bakteri gram negatif adalah bakteri yang memiliki dinding sel tipis di antara dua lapis membrane sel.
Kapan pertama kali Antibiotic ditemukan ? Ayo simak penjelasannya sebagai berikut !
Antibiotic pertama kali ditemukan oleh Paul Ehlrich pada tahun 1910,digunakan dalam penanganan kasus-kasus penyakit infeksi. Antibiotic adalah salah satu obat yang digunakan kepada seseorang yang terkena infeksi bakteri. Antibiotik dapat berasal dari mikroorganisme itu sendiri, sehingga mekanisme kerjanya dapat menghambat dan membunuh bakteri.
Sensitivitas adalah keadaan yang mana mikroorganisme sangat peka terhadap antibiotic atau dapat dikatakan kepekaan antibiotic yang masih sangat baik untuk dapat memberikan daya hambat terhadap suatu mikroorganisme. Suatu kondisi atau keadaan resisten tetapi tidak sepenuhnya resisten yang mana terjadinya pergesaran dari keadaan sensitive disebut dengan intermediet. Dapat dikatakn resisten apabila suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-obat antimikroba atau antibiotic karena dari mekanisme genetic ataupun non-genetic(Sentoso,A.B.,Siregar,T.A.P.2017).
Baca juga :Ā Sereh Wangi (Cymbopogon nardus) Bumbu Dapur yang Memiliki Potensi sebagai Antibiotik
Alasan kenapa suatu antibiotic dapat resisten adalah penggunaannya yang tidak tepat seperti tidak meminum habis antibiotic, ketika sudah merasa sembuh lalu obat antibiotic tidak dihabiskan, padahal itu sangat berbahaya dan menjadi penyebab utama terjadinya resistensi antibiotic tersebut. Kurangnya pengetahuan terhadap antibiotic,pemakaian yang tidak teratur sehingga untuk mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut,maka cara pemakaian antibiotic perlu diperhatikan.
Masalah resisten antibiotic ini dapat menggagalkan terapi antibiotic. Apabila sudah terjadi resisten terhadap suatu antibiotic maka antibiotic tersebut tidak dapat menyembuhkan penyakit atau antibiotic tersebut tidak efektif lagi dan menjadi kebal,sehingga pengobatan menjadi lebih sulit. Resisten antibiotic kini menjadi masalah serius karena dapat meingkatkan angka kematian pada manusia akibat infeksi yang sebelumnya dapat diobati.
Habatussaudah atau biasa dikenal di masyarakat Indonesia jintan hitam adalah salah satu tumbuhan yang memiliki aktivitas untuk menyembuhkan penyakit. Seperti yang diketahui bahwa biji jintan hitam berwarna hitam pekat,berukuran kecil dan biji yang berserabut. Panjang biji jintan hitam ini tidak lebih dari 3 mm. Dimana khasiat jintan hitam ini ada dalam senyawa kimianya yang terlatak didalam biji jintan tersebut.
Dari ekstrak biji jintan hitam ditemukan efek farmakologi yang berspektrum luas diantaranya sebagai imunopotensiasi, anti histamine, anti diabetic, anti hipertensi, anti inflamsi dan antimikroba. Kemampuan habatussaudah sebagai antibakteri itu karena habatussaudah mempunyai kandungan senyawa thymoquinone,tannin dan thymohydroquinone yang mana dapat membunuh bakteri.
Baca juga :Ā Uji Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L) sebagai Antipiretik
Penyebab inaktivasi protein adalah pembentukan senyawa kompleks yang irreversible dengan asam amino nukleofilik pada protein bakteri, dimana berasal dari kandungan senyawa thymoquinone dan thymohydroquinone yang ada dalam habatussaudah atau jintan hitam tersebut. Sedangkan tannin, mekanisme kerjanya membuat kompleks hidrofobik dengan protein, mengaktivasi adehsi, enzim dan protein transport dinding sel, sehingga mengganggu pertumbuhan bakteri.
Habatussaudah dapat dikatakan sebagai suatu obat antibakteri yang mana telah teruji secara in vitro. Sehingga habatussaudah terbukti efektif untuk menghambat pertumbuhan mikroba terutama pada bakteri e-coli. Berdasarkan hasil penelitian Delima, alifia ayu,dkk.2019, menyatakan bahwa habatussaudah memiliki efek dalam menghambat pertumbuhan bakteri e-coli secara in vitro. Ini sudah sesuai dengan asumsi sebelumnya, menunjukkan habatussaudah mempunyai kegiatan internal menghambat pertumbuhan bakteri.
Aktivitas habatussaudah sebagai antibakteri dimana mekanisme kerjanya menghambat pembentukan asam nukleat atau RNA dan sintesis protein sehingga bakteri tidak dapat tumbuh. Tymoquin merupakan salah satu bahan utama yang sangat penting dalam mencegah pertumbuhan bakteri karena membuat protein bakteri menjadi tidak aktif,menjadikannya tidak berfungsi dan menghilangkan substrat bagi mikroorganisme.
Tanaman habatussaudah juga mengandung tannin yang memiliki kemampuan untuk membuat hubungan rumit dengan protein, sehingga memungkinkan aktivasi adhesi bakteri dan eenzim. Selain itu, tannin terdiri dari gugus galloyl dan gugus pyrogallol, dimana kedua gugus nya dapat menunjukkan sifat antibakteri.
Kedua kelompok ini berinteraksi dengan protein yang terdapat pada membrane bakteri, sehingga menimbulkan efek merugikan pada membrane sitoplasma. Akibatnya, fungsi penting membrane seperti sebagai penghalang permeabilitas selektif, memfasilitasi transport aktif dan mengatur komposisi internal sel, dapat terganggu. Sebagai konsekuensinya, makromolekul dan ion keluar dari sel sehingga dapat menyebabkan kehancuran(Delima,A.A,.dkk.2019).
Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri gram positif yang mana dapat dihambat dengan penggunaan habatussaudah. Staphylococcus aureus ini dapat berkembang menjadi methicillin resistant staphylococcus aureus atau MRSA. Di Indonesia jintan hitam sering digunakan sebagai obat tipes atau tifoid. Tifus adalah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. Salmonella typhi adalah bakteri yang tersebar luas di dunia dan juga menjadi salah satu permasalahan serius yang dihadapi negara Indonesia.
Baca juga :Ā Manfaat Obat Herbal Bahan Alam dari Jintan Hitam (Nigella sativa L) dalam Pengobatan Hipertensi
Tanaman menunjukkan berbagai respon dalam hal pertumbuhan dan produktivitas ketika mengalami cekaman. Respon tanaman terhadap cekaman melibatkan reaksi fisiologi dan biokimia. Ketika tingkat cekaman meningkat,reaksi tanaman menjadi lebih jelas. Proses mengubah struktur protein dalam kloroplas dan mengurangi aktivitas enzim merupakan mekanisme multifaset untuk melakukan penyesuain.
Penyesuaian tersebut disertai dengan modifikasi morfologi tumbuhan,arsitektur dan masa pertumbuhan. Berdasarkan hipotesis tersebut, besar kemungkinan kualitas jintan hitam yang dibudidayakan di Indonesia berbeda dengan jintan hitam yang ditanam dilingkungan aslinya, khususnya wilayah timur tengah. Oleh karena itu, kemungkinan besar senyawa aktif yang ditemukan bervariasi(Oktavianti,I.D.,dkk.2020).
Penulis: Afira Talia
Mahasiswa Jurusan Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang
Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News
jika engkau awan yang hitam aku adalah orang yang senantiasa menunggu hujan tersebut
aku adalah aksara yang tak bermakna,sedangkan engkau adalah fatamorgana yang kupaksa jadi nyata.
wkwkwk