Peran Kepemimpinan dalam Mengatasi Konflik dan Membangun Teamwork Antar Karyawan di Sebuah Perusahaan

Sumber: istockphoto, karya: Jacob Wackerhausen.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi merupakan suatu sistem yang melibatkan hubungan kerja antar sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu faktor kunci keberhasilan organisasi adalah manajemen sumber daya manusia(SDM). Contoh Sumber daya manusia yang berkualitas yaitu individu yang memiliki keterampilan, kemampuan, dan etos kerja yang tinggi. Di setiap perusahaan memerlukan pegawai yang memiliki kepribadian baik serta kemampuan dan kecakapan dalam mengambil keputusan. Penerapan disiplin bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan pegawai, sehingga mereka dapat mencapai tingkat produktivitas yang tinggi.Salah satu cara untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber daya manusia adalah melalui peran kepemimpinan.

Kepemimpinan dalam suatu organisasi memiliki dampak yang signifikan, termasuk pengaruh terhadap perilaku pegawai. Kepemimpinan yang efektif dapat memotivasi dan meningkatkan kinerja pegawai. Kepemimpinan memegang peran penting dalam perencanaan dan pengembangan strategi terhadap keberhasilan suatu perusahaan. Sebuah perusahaan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya peran kepemimpinan seorang pemimpin sebagai penanggungjawab atas organisasi yang dipimpinnya. Dengan demikian, sebuah perusahaan perlu selektif dalam memilih seorang pemimpin. Seorang pemimpinan harus memahami faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan dan konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok. Pemahaman faktor-faktor tersebut akan lebih memudahkan tugasnya dalam hal menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi.

Kepemimpinan memegang peran penting dalam perencanaan dan pengembangan strategi terhadap keberhasilan suatu perusahaan. Sebuah perusahaan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya peran kepemimpinan seorang pemimpin sebagai penanggungjawab atas organisasi yang dipimpinnya. Dengan demikian, sebuah perusahaan perlu selektif dalam memilih seorang pemimpin. Seorang pemimpinan harus memahami faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan dan konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok. Pemahaman faktor-faktor tersebut akan lebih memudahkan tugasnya dalam hal menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi.

Konflik merupakan interaksi yang diakibatkan oleh gesekan, perbedaan pendapat atau tujuan, dan persaingan antar anggota karyawan. Keberhasilan suatu team tercermin dalam kinerjanya secara keseluruhan, termasuk kinerja keuangan, sumber daya manusia, gaya kerja, dan lingkungan yang ramah. Teamwork yang baik akan terbentuk bila antar karyawan mempunyai rasa saling mendukung dan ketergantungan serta interaksi yang mengarah pada tercapainya keberhasilan suatu perusahaan.

Bacaan Lainnya

Konflik yang terjadi dalam suatu perusahaan apabila tidak diselesaikan akan mengamcam dan membahayakan perusahaan tersebut, karyawan akan terpecah bela dan perusahaan dapat terancam gulung tikar. Konflik dalam sebuah perusahaan atau merupakan hal yang wajar, namun bagaimana seorang pemimpin dapat mengatasi konflik yang terjadi dan menemukan jalan keluar tanpa merugikan pihak manapun.

Penanganan konflik dalam organisasi memang menjadi indikator penting untuk mengukur kesuksesan. Konflik yang muncul akibat perbedaan individu atau faktor lainnya harus dikelola dengan baik untuk menciptakan hubungan kerja yang mendukung. Seperti yang disampaikan oleh Satria & Maryam (2019), kinerja yang baik tidak hanya dilihat dari aspek finansial, tetapi juga dari bagaimana konflik dapat diatasi secara konstruktif. Amien dkk (2023) menekankan bahwa meskipun konflik tidak bisa dihindari, strategi manajemen konflik yang tepat dapat meminimalisir dampaknya. Bahkan, dalam situasi tertentu, konflik bisa menjadi pendorong untuk inovasi dan kemajuan organisasi, seperti dijelaskan oleh Nena dkk. (2021).

Baca Juga: Penerapan Values yang Terukur dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan di Perusahaan Manufaktur Jepang

Pemimpin memainkan peran kunci dalam menangani konflik. Farwitawati dkk (2022) menggarisbawahi bahwa pemimpin harus mampu memahami latar belakang dan penyebab konflik, serta menemukan solusi yang tepat. Sujianto (2022) menambahkan bahwa kerjasama dan penekanan pada kepentingan bersama penting, namun pendekatan kepemimpinan transformasional yang didukung kecerdasan emosional dan orientasi pada prestasi juga sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penyelesaian konflik.

Dengan demikian, keberhasilan organisasi tidak hanya terletak pada kemampuan untuk mencapai tujuan, tetapi juga pada kemampuannya dalam mengelola dan menyelesaikan konflik secara efektif.Salah satu aktivitas dasar manusia dalam melakukan kegiatan adalah komunikasi. Komunikasi memiliki peran penting dalam membangun teamwork antar karyawan sehingga proses bekerja dapat berjalan baik. Kehidupan manusia bergantung pada komunikasi, Melalui komunikasi keterampilan manusia dikembangkan setiap hari. Lebih lanjut, masyarakat dan komunikasi merupakan bagian dari  sistem sosial yang saling membutuhkan. Kemampuan berkomunikasi menunjukkan bahwa seseorang berhasil menyampaikan pesan dengan jelas, manusiawi dan efektif. Maka dari itu berkomunikasi dengan bahasa verbal yang baik dan benar akan membantu kita berkomunikasi secara efektif. Untuk mencapai komunikasi yang efektif, penting untuk memilih kata-kata dengan tepat agar dapat menggambarkan pikiran dan perasaan dengan jelas, tanpa bertele-tele, dan dengan singkat.

Dalam suatu perusahaan, salah satu kriteria seorang pemimpin yang baik yaitu suka bermusyawarah, sehingga seorang pemimpin perlu membentuk Team Work (tim kerja) yang punya satu visi dan misi, jelas identitasnya agar menghasilkan kinerja yang produktif. Teamwork atau kerja sama tim adalah cara bekerja bersama dalam mencapai tujuan. Teamwork memainkan peran penting dalam menjalankan seluruh kegiatan manajemen, sehingga dapat memengaruhi kinerja perusahaan, baik secara positif maupun negatif.

Oleh karena itu, teamwork merupakan elemen kunci dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Tim seringkali lebih efektif daripada individu yang bertindak sendiri atau dalam kelompok yang lebih besar, terutama ketika kinerja memerlukan berbagai keterampilan, pertimbangan, dan pengalaman. Banyak orang mengakui pentingnya kapabilitas tim dan merasa perlu untuk membentuk tim kerja. Namun, banyak dari mereka juga tidak menyadari potensi yang dimiliki tim bagi diri mereka sendiri.

B. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana peran seorang pemimpin dalam mengatasi konflik di dalam sebuah perusahaan dan dapat membentuk teamwork yang baik antar karyawan.

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bisa memberikan pemahaman lebih dalam mengenai peran kepemimpinan dalam mengatasi konflik di bidang psikologi di berbagai cabang ilmu psikologi

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih dalam mengenai bagaimana seorang pemimpinan ketika mengatasi konflik yang sering timbul dalam lingkungan kerja, dan cara seorang pemimpin yang baik dapat meminimalisir timbulnya konflik yang dapat meningkatkan produktifitas tim.

Baca Juga: Manajemen Mutu Terpadu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Secara etimologi, istilah kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata ini berakar dari istilah “lead” yang berarti mengarahkan, menunjukkan jalan, dan membimbing. Kepemimpinan merupakan suatu proses atau kemampuan individu untuk memengaruhi orang lain agar bekerja menuju tujuan dan arah yang sama dalam mencapai sasaran organisasi (Lubis, L, 2020).

Siahaya (2019), menjelaskan bahwa kepemimpinan yaitu kualitas seseorang dalam berperan sebagai pemimpin. Kepemimpinan dapat diartikan juga sebagai kemampuan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk memengaruhi orang lain, khususnya para bawahannya untuk bertindak dan berfikir hingga melalui perilaku positif ia dapat memberikan sumbangan nyata yang berguna dalam pencapaian tujuan organisasi. Peran kepemimpinan sangatlah penting dalam suatu perusahaan atau organisasi karena kepemimpinan dipercaya sebagai satu kekuatan kunci penggerak organinasi yang dapat membangun suatu budaya sebuah budaya baru yang sesuai dengan perubahan.

(Sohiron et al., 2019) menjelaskan jika pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula. Menurut, Paryontri (2015) di dalam kajian psikologi, kualitas pemimpin dapat dilihat dari karakter individu tersebut. Prespektif psikologi terhadap kepemimpinan memiliki kajian erat dikarenakan dalam diri seorang pemimpim memiliki kepribadian yang dipelajari di dalam ilmu psikologi.

Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen. Dengan kepemimpinan yang efektif, proses manajemen dapat berjalan dengan baik dan karyawan merasa termotivasi dalam menjalankan tugas mereka. Semangat kerja, produktivitas, dan manajemen suatu perusahaan akan optimal jika manajer menerapkan tipe, gaya, dan metode kepemimpinan yang tepat. Secara keseluruhan, keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan manajer dalam memimpin dan memotivasi timnya. Kemampuan dan kewibawaan manajer dalam kepemimpinannya akan meningkatkan semangat kerja, kreativitas, partisipasi, dan loyalitas karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka.

2. Faktor-faktor kepemimpinan

Faktor-faktor kepemimpinan menurut Sihaya (2019) meliputi beberapa elemen kunci yang memengaruhi efektivitas seorang pemimpin, antara lain:

  1. Karakter dan Integritas : Pemimpin yang memiliki karakter baik dan integritas tinggi dapat membangun kepercayaan dalam tim.
  2. Kemampuan Komunikasi : Pemimpin yang sukses harus mampu berkomunikasi dengan jelas dan terbuka, sehingga visi dan tujuan dapat dipahami oleh seluruh anggota tim.
  3. Keterampilan Pengambilan Keputusan : Kemampuan membuat keputusan yang tepat dalam situasi sulit sangat penting untuk memimpin tim mencapai tujuan.
  4. Empati dan Kecerdasan Emosional : Pemimpin yang empatik dapat lebih memahami kebutuhan dan perasaan anggota tim, menciptakan lingkungan kerja yang positif.
  5. Visi dan Strategi : Memiliki visi yang jelas dan strategi untuk mencapainya sangat penting untuk menginspirasi dan memotivasi tim.
  6. Keterampilan Manajerial : Pemimpin perlu memiliki keterampilan manajerial yang baik untuk mengelola sumber daya dan memimpin tim dengan efektif.

Baca Juga: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Menggelar Pengabdian Masyarakat di Bidang Usaha Fotocopy: Peran Pengalaman Karyawan dalam Meningkatkan Layanan

3. Aspek-aspek kepemimpinan

Aspek-aspek kepemimpinan menurut Sihaya (2019) meliputi beberapa elemen penting, antara lain:

  1. Visi: Kemampuan pemimpin untuk menyusun dan menyampaikan visi yang jelas bagi tim atau organisasi.
  2. Komunikasi: Efektivitas dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun non-verbal, untuk menyampaikan informasi dan memotivasi anggota tim.
  3. Pengambilan Keputusan: Keterampilan dalam membuat keputusan yang tepat dan strategis, terutama dalam situasi yang rumit.
  4. Pengaruh: Kemampuan untuk memengaruhi dan menginspirasi orang lain agar mencapai tujuan bersama.
  5. Keterampilan Interpersonal: Kemampuan dalam membangun hubungan yang baik dan bekerja sama dengan anggota tim.
  6. Keterampilan Manajerial: Kemampuan untuk mengelola sumber daya, waktu, dan proses guna mencapai hasil yang diinginkan.
  7. Empati: Kemampuan untuk memahami dan merasakan kebutuhan serta perasaan anggota tim, yang membantu menciptakan lingkungan kerja yang harmonis.

4. Karakteristik Kepemimpinan

Karakteristik pemimpin merupakan ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh setiap pemimpin dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya. Ciri-ciri kepemimpinan menurut Siagian (2003), yaitu:

  1. Pengetahuan umum yang luas.
  2. Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.
  3. Kemampuan analitik.
  4. Sifat inkuisitif atau rasa ingin tahu.
  5. Keterampilan berkomunikasi secara efektif.
  6. Kemampuan menentukan skala prioritas.
  7. Rasionalitas.
  8. Keteladanan.
  9. Ketegasan.
  10. Orientasi masa depan.

5. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan menurut Sihaya (2019) mencakup beberapa peran utama yang dijalankan oleh pemimpin, antara lain:

  1. Pengarahan: Memimpin dan membimbing anggota tim untuk mencapai tujuan bersama.
  2. Pengambilan Keputusan: Mengambil keputusan strategis yang berdampak pada arah dan keberhasilan organisasi.
  3. Motivasi: Mendorong dan memberikan semangat kepada anggota tim agar tetap produktif.
  4. Koordinasi: Mengatur dan menyelaraskan berbagai aktivitas serta sumber daya untuk memastikan efektivitas.
  5. Pembangunan Tim: Mengembangkan hubungan antar anggota tim dan membangun kerja sama yang solid.
  6. Komunikasi: Menyampaikan informasi secara jelas dan mendengarkan masukan dari anggota tim.
  7. Pemecahan Masalah: Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang muncul dalam organisasi.

Baca Juga: Komunikasi Internal Salah Satu Kunci Tingkatkan Produktivitas Kerja Karyawan

B. Konflik

1. Pengertian Konflik

Handayani dkk (2021) menyatakan bahwa konflik adalah proses interaksi yang muncul akibat ketidaksesuaian atau perbedaan pandangan antara individu atau kelompok. Perbedaan ini bisa terkait dengan tujuan anggota yang mungkin tidak selaras dengan tujuan organisasi, gaya kepemimpinan, atau sistem imbalan yang ada. Konflik dapat memberikan dampak yang berbeda: positif atau negatif. Ketika dikelola dengan baik, konflik dapat memicu dialog konstruktif, meningkatkan inovasi, dan memperkuat hubungan antar anggota.

Sebaliknya, jika tidak ditangani dengan tepat, konflik bisa berujung pada perpecahan dan penurunan kinerja organisasi. Oleh karena itu, penting bagi pemimpin dan anggota organisasi untuk memahami sumber konflik dan berusaha menciptakan lingkungan yang mendukung penyelesaian yang produktif. Konflik yang terjadi dalam organisasi harus dicegah dan diatasi secepatnya agar tetap terbangun kerja sama yang baik, terhindar dari ketegangan dan friksi antara individu dalam organisasi.

2. Faktor-faktor Konflik

  Menurut Anorogo dan Widiyanti (1993:160) faktor-faktor timbulnya konflik ada tiga yaitu:

a. Perbedaan pendapat

Konflik muncul karena perbedaan pendapat, dimana masing-masing pihak menggangap dirinya benar. Beberapa perusahaan melarang karyawannya membahas tentang agama dan politik, karena topik tersebut cukup serius dan dapat menimbulkan konflik.

b. Salah paham

Kesalahpahaman juga bisa memicu konflik. Tindakan seseorang mungkin mempunyai niat baik, namun pihak lain mungkin menganggap tindakan tersebut merugikan. Bagi yang merasa tersakiti, menimbulkan perasaan tidak nyaman, kurang kasih sayang, bahkan kebencian.

c. Salah satu atau kedua belah pihak merasa dirugikan

Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan pihak lain atau masing-masing merasa dirugikan oleh pihak lain.

Baca Juga: Pengaruh Kepemimpinan Islam terhadap Loyalitas (Kepuasan Kerja Karyawan)

3. Aspek-aspek Konflik

Aspek-aspek konflik menurut Widayati (1993) mencakup beberapa elemen penting, antara lain:

  1. Sumber Konflik: Faktor atau kondisi yang memicu terjadinya konflik, seperti perbedaan kepentingan, nilai, atau tujuan.
  2. Tipe Konflik: Jenis-jenis konflik, seperti konflik interpersonal, intrapersonal, kelompok, atau organisasi.
  3. Dinamika Konflik: Proses dan perkembangan konflik dari awal hingga penyelesaiannya, termasuk bagaimana konflik dapat meningkat atau mereda.
  4. Dampak Konflik: Efek yang ditimbulkan oleh konflik, baik positif maupun negatif, terhadap individu, kelompok, atau organisasi.
  5. Strategi Penyelesaian: Metode atau pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan konflik, seperti negosiasi, mediasi, atau kolaborasi.

C. Perusahaan

1. Pengertian Perusahaan

Perusahaan adalah bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perseorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Republik Indonesia.

2. Faktor-faktor Perusahaan

Salah satu cara untuk meningkatka nilai perusahaan adalah melalui pasar modal. Pasar modal merupakan perantara antara perusahaan dengan investor. Pasar modal adalah sarana pendanaan untuk kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek seperti surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, unit pernyertaan kontrak investasi kolektif. Perusahaan biasanya menerbitkan saham di pasar modal yaitu saham biasa dan saham preferen. Wijaya (2014) menyatakan bahwa besarnya nilai perusahaan dapat dilihat dari harga saham yang stabil dan mengalami kenaikan dalam jangka panjang. Jadi, semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Tingginya nilai perusahaan mencerminkan peningkatan laba investor. Harga saham di pasar modal terbentuk karena adanya kesepakatan permintaan dan penawaran investor, maka dari itu harga saham merupakan fair price yang dijadikan proksi nilai perusahaan

3. Aspek-aspek Perusahaan

Aspek-aspek perusahaan menurut Wijaya (2014) mencakup beberapa elemen kunci, antara lain:

  1. Sumber Daya Manusia: Kualitas dan kemampuan karyawan yang berkontribusi pada kinerja perusahaan.
  2. Organisasi: Struktur dan sistem yang digunakan untuk mengatur kegiatan perusahaan agar berjalan efisien.
  3. Keuangan: Pengelolaan sumber daya keuangan untuk mendukung operasional dan pertumbuhan perusahaan.
  4. Pemasaran: Strategi dan taktik yang digunakan untuk mempromosikan produk atau layanan serta menjangkau konsumen.
  5. Produksi: Proses dan metode yang digunakan untuk menciptakan barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.
  6. Inovasi: Kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dan mengembangkan produk atau layanan baru sesuai dengan kebutuhan pasar.

Baca Juga: Perusahaan Tidak Boleh Memecat Karyawan Tanpa Alasan yang Jelas atau Sepihak

D. Karyawan

4. Pengertian karyawan

Karyawan merupakan sumber daya manusia atau individu yang berperan dalam suatu lembaga, baik yang bersifat pemerintah maupun swasta (bisnis). Menurut Hadari Nawawi (1998), sumber daya manusia merupakan potensi yang menjadi penggerak utama organisasi atau perusahaan. Karyawan berfungsi sebagai salah satu sumber daya organisasi, di samping uang, mesin, bahan baku, dan metode. Mereka memiliki peran utama dalam mengelola dan menggerakkan sumber daya lainnya, makadari itu karyawan memiliki potensi luar biasa yang mengalahkan sumberdaya organisasi lainnya karena mereka memiliki:

  1. Kemampuan fisik yang dapat digunakan untuk menggerakkan, melaksanakan, atau menyelesaikan tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh sumberdaya atau faktor produksi lainnya.
  2. Kemampuan psikis yang dapat meningkatkan semangat, motivasi, etos kerja, kreativitas, inovasi, dan profesionalisme.
  3. Kemampuan karakteristik yang dapat mengembangkan kecerdasan (intelektual, emosional, spiritual, dan sosial), membantu individu untuk lebih siap menghadapi berbagai tantangan.
  4. Pengalaman hidupnya yang dapat memperkaya pertimbangannya dalam menyelesaikan masalah terkait pekerjaannya.
  5. Kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang membekalinya dengan kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.

Baca Juga: Perlindungan Hukum terhadap Karyawan yang Mengalami Kecelakaan saat Bekerja

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan di Joffie Ramen yang beralamat di Jln. Geriliya Brontokusuman Kec. Mergansan DIY. Restoran ini terletak di Jalan Prawirotaman, yang dikenal sebagai salah satu kawasan kuliner di Yogyakarta. Joffi Ramen adalah restoran yang mengkhususkan diri dalam ramen dan dimsum premium, dengan fokus pada konsep makanan Jepang yang modern.

Joffi Ramen tidak hanya menawarkan berbagai jenis ramen namun juga menawarkan dimsum yang lezat. Desain interior restoran mencerminkan estetika Jepang yang sederhana dan elegan, dengan sentuhan material alami yang menciptakan suasana yang nyaman bagi pengunjung. Menu mereka dirancang untuk menarik baik penduduk lokal maupun wisatawan yang mencari pengalaman kuliner yang unik. Dengan kombinasi antara makanan berkualitas tinggi, suasana yang menarik, dan konsep bisnis yang modern, Joffi Ramen di Prawirotaman menjadi salah satu tempat makan yang wajib dikunjungi bagi para pecinta ramen dan kuliner Jepang di Yogyakarta.

Joffie Ramen memiliki visi untuk menjadi perusahaan restoran kelas dunia. Profile PT.Dikwa Global dan Berjaya adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Fnb dengan brand terkenal mereka yang bernama Joffie Ramen. Dengan produk utama ramen halal yang berkualitas dengan harga terjangkau, mulai dari Rp. 13.000-30.000. Joffie Ramen telah memiliki puluhan cabang yang tersebar di seluruh indonesia dengan berfokus pada pasar milenial yang menginginkan rasa ramen yang outentik dan berkualitas serta suasana jepang yang modern.

Perusahaan ini memiliki tim riset dan development yang selalu berinovasi dan mengembangkan secara oroduk dan ide pada brand mereka. Joffie Ramen terletak tepat bersampingan dengan hotel metro dan tjemara noodle. Joffi Ramen buka setiap hari mulai dari 10.00-22.00 WIB, dengan ini  memberikan kemudahan bagi pengunjung untuk menikmati hidangan mereka kapan saja.

Jobdesk yang ada pada Joffie Ramen yaitu Kepala Toko, Kitchen, Kasir. Untuk jobdesk di Joffie Ramen antar karyawan harus bisa saling handle. Penghasilan setiap hari diserahkan kepada kepala toko yang kemudian diteruskan ke bagian keuangan perusahaan. Tiap bulannya kepala toko melakukan pembekuan keuangan dan merekap data karyawan.

Struktur Organisasi Joffie Ramen Prawirotaman :

Baca Juga: Ketangkasan Organisasi Pasca Pandemi Covid-19: Apakah Ketangkasan Strategis Organisasi Sektor Publik Mempengaruhi Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai/ Karyawan

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kepala toko Joffie Ramen Yogyakarta. Subjek berumur 21 tahun. Subjek sudah bekerja cukup lama di Joffie Ramen Prawirotaman.  Awalnya subjek hanya karyawan biasa, lalu diangkat menjadi kepala toko tahun 2023.

C. Waktu Pelaksanaan

Wawancara dilakukan pada Selasa 22 Oktober 2024, sore hari pukul 15.20 WIB di outlet Joffie Ramen Prawirotaman Yogyakarta.

D. Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong, yang dikutip oleh Abdul Fattah Nasution (2023), penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan, secara holistik. Penelitian ini dilakukan dengan deskripsi menggunakan kata-kata dan bahasa dalam konteks khusus yang alami, serta memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Pengumpulan data merupakan tahapan terpenting dari sebuah penelitian, suatu proses pengumpulan data guna untuk mendukung sebuah penelitain. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi

1. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang atau lebih secara lansung bertatap muka dengan melakukan tanya jawab, guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan serta mencatai opini, perasaan, emosi dan lain-lain yan berkaitan narasumber dan dijadikan data sebagai bahan dari sebuah penelitian. Menurut Sugiono, hal ini tidak hanya dapat digunakan sebagai teknik pendataan untuk mengetahui permasalahan yang diteliti, tetapi juga untuk memperoleh informasi lebih detail dari sumber dan informan.

Pengumpulan data merupakan tahapan terpenting dari sebuah penelitian, suatu proses pengumpulan data untuk mendukung sebuah penelitian dengan metode tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah wawancara dan observasi.

2. Observasi

Observasi adalah sebuah proses pengamatan secara lansung guna melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Dalam penelitian ini obervasi dilakukan secara nyata dan tersamar, observasi nyata yaitu melakukan pengumpulan data secara berterus-terang dan sumber data mengetahui bahwa penulis sedang melakukan pengamatan pada dirinya. Namun ada kalanya peneliti tidak berterus-teran atau tersamar dalam waktu tertentu, agar sumber data memunculkan perilaku yang alamiah, yang dapat menunjang keberhasilan penelitian.

Baca Juga: Tantangan dan Solusi dalam Pembayaran dan Tunjangan Karyawan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Subjek seorang wanita yang memiliki badan tinggi, berkisar 155 cm dan berat 75 kg, kulit sawo matang dengan rambut panjang yang diikat. Subjek memakai kacamata dan perhiasan kalung, subjek memakai nailart.  Subjek sangat leluasan dalam menjawab pertanyaan dari peneliti dan sangat percaya diri. Subjek menceritakan masalah-masalah yang pernah dihadapi saat bekerja. Subjek menjawab pertanyaan peneliti dengan melipat tangan diatas meja, dan sesekali melihat hp. Subjek sangat enjoy saat wawancara berlangsung.

Wawancara dilakukan di Joffie Ramen Prawirotaman tempat subjek bekerja, pada saat itu kondisi tidak terlalu ramai pembeli. Wawancara dilakukan di meja Joffie bagian luar, agar tidak mengganggu customer yang sedang makan. Wawancara dilakukan sore hari pada pukul 16.10 WIB, proses wawancara terlaksana dengan baik dan lancar.

Subjek merupakan pribadi yang tegas, ramah dan menyenangkan, subjek juga berbagi cerita diluar pertanyaan wawancara. Subjek menyabut baik saat kami datang.

2. Hasil Temuan Penelitian (wawancara)

Peneliti memeberitahu topik yang akan menjadi bahan pertanyaan kepada subjek. Topik tersebut mengenai kepemimpinan, lalu peneliti meminta izin untuk menggunakan alat perekam selama proses wawancara dan dokumentasi. Peneliti memberikan pertanyaan kepada subjek untuk dijawab. Peneliti menanyakan Apa tantangan tersbesar yang dihadapi anda sebagai seorang pemimpin dalam menjaga integritas. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Tekanan yang saya hadapi ketika atasan minta produksi sesuai target, tetapi fakta dilapangan tuh karyawan tidak bisa memenuhi target tersebut karna terbatasnya sdm yang ada. Menjaga integritas nya tuh berusaha memahami dari kedua belah sisi.”

Memasuki pertanyaan berikutnya yang diajukan oleh peneliti yaitu Apa definisi integritas bagi anda. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Kalau menurut saya ketika saya bisa melakukan atau meyelesaikan sebuah konflik tanpa menyudutkan salah satu pihak.”

Memasuki pertanyaan ketiga yang diajukan oleh peneliti yaitu  Bagaimana cara anda sebagai pemimpin memastikan pesan yang anda sampaikan dapat dipahami dan diterima oleh semua anggota tim. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Setiap minggu dilakukan evaluasi, pokoknya tuh satu tim evaluasi. Satu sama lain, saling mesinergi untuk bekerja sesuai SOP yang ada. Kalau semau udh bekerja sesuai SOP, berarti apa yang saya sampikan sudah terealisasikan.”

Baca Juga: Menciptakan Lingkungan Kerja Optimal: Kenyamanan dan Fasilitas sebagai Pilar Kinerja Karyawan

Memasuki pertanyaan keempat yang diajukan oleh peneliti yaitu Bagaimana seorang pemimpin dapat membangun kepercayaan melalui komunikasi yang transparan dan terbuka. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

Ketika ada masalah antar sesama anggota tim, saya sebagai pemimpim berusaha mendengarkna dari kedua belah pihak. Dan berusaha untuk segera menyelesaikan supaya tersebut agar tidak berlarut-larut yang akan berdampak pada kinerja.”

Memasuki pertanyaan kelima yang diajukan oleh peneliti yaitu Bagaimana anda menangguni situasi ketika keputusan yang diambil ternyata tidak berjalan sesuai rencana. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Melakukan evaluasi dan setelah menemukan titik permaslahannya, segera dilakukan perbaikan pada sistem tersebut.”

Memasuki pertanyaan keenam yang diajukan oleh peneliti yaitu Bagaimana anda memastikan bahwa keputusan yang diambil sudah sesuai dengan data informasi yang anda dapatkan atau ketahui. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Ketika ada intruksi dari atasan saya segera mengkomunikasiakn dengan tim yang ada. Apakah hal yang diminta bisa di realisasikan atau tidak. Karna kita tim harus dikomunikasikan satu sama lain.”

Memasuki pertanyaan ketujuh yang diajukan oleh peneliti yaitu Apa cara anda mendengarkan dengan empati saat anggota tim menyampaikan masalah atau kekhawatiran mereka. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“ketika berkaitan dengan pekerjaan, saya meminta tim untuk tetap profesional dalam menyelesaikan pekerjaan.”

Memasuki pertanyaan kedelapan yang diajukan oleh peneliti yaitu Bagaimana anda mengembangkan empati didalam diri anda sebagai seorang pemimpin. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Pada dasarnya ketika bekerja, diri saya sendiri tuh tidak boleh terlalu terbawa perasaan, karena menjadi tidak profesional ketika bekerja. Saya juga berusaha tetap peduli tetapi dengan batasan yang ada.”

Memasuki pertanyaan kesembilan yang diajukan oleh peneliti yaitu Bagaimana anda memastikan bahwa setiap tim sudah memahami dan menerapkan visi misi dalam pekerjaan. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Dengan melakukan monitoring, apakah setiap anggota tim sudah memahami alur perusahaan. Jadi contohnya tim kitchen paham dengan tugasnya sendiri.”

Memasuki pertanyaan kesepuluh yang diajukan oleh peneliti yaitu Apa tantangan terbesar anda dalam mempertahankan visi dan misi. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Menurut saya tantangan terbesarnya tuh ya pasar, karena semakin banyak restorant serupa, dan ketika saya tidak melakukan inovasi akan kalah dengan restorant lain lalu yang saya lakukan dengan mengikuti permintaan pasar. Terus saya suka baca review untuk meningkatkan kualitas pada pelayanan yang bisa menjadikan hal itu bahan evaluasi.”

Memasuki pertanyaan kesebelas yang diajukan oleh peneliti yaitu Bagaimana anda menyesuaikan strategi ketika situasi atau kondisi mengalami perubahan. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Contohnya ketika omsetnya mulai menurun, saya harus melakukan strategi untuk meningkatkan penjualan,contohnya pake promo dan diskon.”

Baca Juga: Penindasan Karyawan di Tempat Kerja: Ketidaksesuaian Jobdesk

Memasuki pertanyaan kedua belas yang diajukan oleh peneliti yaitu Bagaimana cara anda menangani kegagalan dalam strategi yang telah diterapkan. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Maaf tapi sejauh ini belum pernah gagal.”

Memasuki pertanyaan ketiga belas yang diajukan oleh peneliti yaitu Apa pendekatan yang Anda gunakan untuk mengidentifikasi sumber konflik dalam tim Anda. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Caranya di selidiki dulu, konflik eksternal atau internal. Kalau konflik itu berasal dari pekerja diselesaikan sama-sama, lihat dari berbagai sudut pandang semua tim yang ada.”

Memasuki pertanyaan keempat belas yang diajukan oleh peneliti yaitu Bagaimana Anda memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam konflik merasa didengar dan dihargai. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Diminta masing-masing pendapatnya. Lalu ketika sudah tahu masing-masing pendapatnya diambil yang terbaik untuk menyelesaikan masalahnya.”

Memasuki pertanyaan kelima belas yang diajukan oleh peneliti yaitu Apa langkah-langkah konkret yang Anda ambil untuk memfasilitasi diskusi antara pihak-pihak yang berkonflik. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Sebelum konfliknya dibuka ke umum, dibicarakan secara pribadi dengan yang bersangkutan agar yang bersangkutan tidak merasa di itimidasi.”

Memasuki pertanyaan keenam belas yang diajukan oleh peneliti yaitu Bagaimana Anda menilai apakah suatu konflik bersifat fungsional atau disfungsi dalam konteks organisasi. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Tahu dulu asal permasalahannya, ketika sudah mengetahui bisa mengambil keputusan dengan cara apa.”

Memasuki pertanyaan ketujuh belas yang diajukan oleh peneliti yaitu  Apa peran komunikasi dalam menyelesaikan konflik di perusahaan, menurut Anda. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Sebagai faktor utama untuk menyelesaikan, jika tidak ada komunikasi bagaimana bisa tau awal permasalahannya.”

Memasuki pertanyaan kedelapan belas yang diajukan oleh peneliti yaitu Bagaimana Anda menangani situasi di mana salah satu pihak tidak mau berkompromi. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Setiap kesalahan yang dibuat ada konsekuensinya, ketika pihak yang bersangkutan dengan mengindahkan peraturan yang berlaku dikenakan sangki beruapa SP.”

Memasuki pertanyaan kesembilan belas yang diajukan oleh peneliti yaitu Apa yang Anda lakukan untuk mencegah konflik serupa terjadi di masa depan setelah menyelesaikan konflik yang ada. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Masing-masing harus sadar akan jobdesk dan bekerja sesuai peraturan yang ada.”

Memasuki pertanyaan kedua puluh yang diajukan oleh peneliti yaitu Bagaimana Anda melibatkan anggota tim lain dalam proses penyelesaian konflik. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Tidak ada tim lain.”

Baca Juga: Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Meningkatkan Produktivitas Karyawan

Memasuki pertanyaan kedua puluh satu yang diajukan oleh peneliti yaitu Apa indikator keberhasilan dalam menyelesaikan konflik menurut Anda. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Setiap elemen atau tim mampu mengindahkan aturan yang berlaku.”

Memasuki pertanyaan kedua puluh dua yang diajukan oleh peneliti yaitu Bagaimana Anda mengelola emosi Anda sendiri saat menghadapi konflik di tempat kerja. Yang kemudian mendapat tanggapan dari subjek :

“Awalnya mendiamkan, tapi ketika yang bersangkutan tidak bisa menyelesaikan dan menggangu kinerjanya. Saya turun tangan.”

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai cara seorang pemimpin dalam mengtasi konflik di sebuah perusahaan dan membangun teamwork antar karyawan di Perusahaan Joffie Ramen Prawirataman Yogyakarta yang bergerak di bidang FNB. Subjek mengatasi konflik  dengan prosedur yang berlaku, sesuai dengan ketentuan-ketentuan perusahaan. Subjek memiliki kemampuan pendengar yang baik, tidak hanya mengedepankan emosi tapi juga memperhatikan persektif dari semua pihak yang terlibat dengan memberikan ruang bagi semua tim untuk mengekspresikan pendapatakn dan perasaan merak sehingga sebagai pemimpin subjek dapat memahami akar permasahan lebih baik.

Subjek menerapkan komunikais transparan dan mendorong anggota tim untuk berbagai kekhawatiran sebelum masalah berkembang menjadi konflik yang lebih besar. Kecerdasan emosional yang subjek miliki, membantu subjek dalam meredakan ketegangan dan menemukan solusi yang memuaskan untuk semua pihak.  Subjek mampu menemukan titik temu antar kepentingan yang berlawan dan menciptakan kesepatan yang dapat diterima oleh semua pihak. Subjek mampu mendorong setiap anggota tim untuk berfikir kreatif dan berkolaborasi dalam mencari cara setiap masalah. Sehingg asubjek mampu beriorentasi menciptakan budaya pada pemecahan masalah. Sebagai pemimpin subjek selalu melakukan evaluasi untuk memahami apa yang dapat dipelajari dari situasi yang sudah terjadi, sehingga dapat memberbaiki proses kinerja dimasa depan untuk kepentingan perusahaan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari peran kepemimpinan dalam mengatasi konflik pada subjek menggunakan metode observasi dan wawancara.  Sebagai pemimpin subjek berusaha efektif dalam menbatasi konflik dengan meilihat berbagai keetrampilan dan pendekan yang mampu membantu setiap elemen untuk menciptakan lingkungan yang keja yang positif. Subjek juga mampu mendengarkan, empatidan fokus pada solusi dalam permasalahan. Harapannya setiap anggota tidak hanya mampu menyelesaikan konflik, tapi semkin memperkuat hubungan antar anggota tim. Mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif dapat menghasilkan tim yang lebih kuat dan produktif, sehingga mendukung keebrhasilan perusahaan untuk mencapai target produksi yang diinginkan.

Hal ini dapat dibuktikan dalam observasi dan wawancara yang telah dilakukan kepada subjek dan informa peneliti.

Baca Juga: Motivasi Meningkatkan Kinerja Karyawan Kafe

B. Saran

1. Perusahaan

  • Perusahaan memberukan pelatihan kepada karyawan dan menager tentang manajemen konflik yang dapat membantu mereka memahami cara mengtasi perbedaan pendapat, dengan cara yang kontruktif. Pelatihan ini dapat mencakup : teknik mendiasi, negosiasi dan keterampilan pendengaran yang aktif.
  • Perusahaan harus memiliki kebijakan yang jelas mengenai deskriminasi dan bullying ditempat kerja. Dengan menegakan kebijakan ini, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja lebih aman dan nyaman bagi semua karyawan, sehingga mengurangi potensi terjadinya konflik.
  • Melakukan evaluasi dan tindak lanjut, setelah konflik sudah di selesaikan, penting untuk melakukan evaluasi terhadap proses penyelesaian yang telah dilakukan.

2. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama, diharapkan mampu menelaah lebih dalam lagi mengenai aspek dan faktor yang mempengaruhi kepemimpinan dan mampu memperluas subjek penelitian.

Penulis:
1. Amelia Putri Arnanto
2. ⁠Ana Nuraini
3. ⁠Maria Valentina Galuh M.D
Mahasiswa Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Daftar Pustaka

Amien, A. L., Mulyana, D., & Komaludin, A. (2023). Pengaruh Gaya Kepemimpinan,      Lingkungan Kerja Dan Pemanfaatan Teknologi Terhadap Kinerja Karyawan    (Pada Sekolah Menengah Kejuruan Bhakti Kencana Kota dan Kab           Tasikmalaya). Jurnal Mirai Management, 8(1), 276–282.

Farwitawati, R., Fithrie, S., & Masirun. (2022). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah          Kejuruan. Jurnal Daya Saing, 8(3), 332–339.             https://doi.org/10.51169/ideguru.v8i2.537

Handayani, E., Lian, B., & Rohana, R. (2021). Kinerja Guru Ditinjau Dari Pengaruh         Budaya Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah. JMKSP (Jurnal             Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan), 6(1), 77–87.

https://doi.org/10.31851/jmksp.v6i1.3981

Lubis, L. (2020). Konsep Kepemimpinan Perpustakaan Perguruan Tinggi Di Era    Digital (Sebuah Kajian Terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional). JURNALILMU PERPUSTAKAAN (JIPER), 1(2).menengah kejuruan. Jurnal Politik Dan Pemerintahan Daerah, 1(2), 74–84.

Nasution, A. F. (2023). Metode Penlitian Kualitatif. Badung: MCV Harfa Creative.

Nawawi, Hadari, 1998, Manajemen Sumber Daya Manusia, Gajah Mada University          Press, Yogyakarta.

Nena, M. F., Zulaihati, S., & Sumiati, A. (2021). Pengaruh Gaya Kepemimpinan   Transformasional, Motivasi Kerja, Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru (Studi Kasus Guru Akuntansi Kejuruan Bisnis Dan Manajemen Smk Di Jakarta Pusat). Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 19(1), 49–65.           https://doi.org/10.21831/jpai.v19i1.40396

Satria, A., & Maryam, S. (2019). Analisis gaya kepemimpinan terhadap kedisiplinan        dan kinerja guru sekolah

Siagian, S.P. 2003, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, PT. Rineka Cipta,     Jakarta.

Siahaya, J. (2019). Kepemimpinan Kristen dalam Pluralitas Indonesia. Jurnal Teruna        Bhakti,1(1), 1. https://doi.org/10.47131/jtb.v1i1.8

Sohiron, S., Syukri, A., & US, K. A. (2019). Sifat Empati Pemimpin Terhadap      bawahannya Sebagai Kunci Keberhasihan Kepemimpinan Dalam Sistem                        Manajemen Pendidikan Islam. Indonesian Journal of Islamic Educational    Management, 2(1), 43. https://doi.org/10.24014/ijiem.v2i1.7124

Sujianto, Syahril, S., Setyaningsih, R., & Hartati, S. (2022). Pengaruh Keterampilan         Manajerial dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru         SMK Negeri di Kabupaten Pesawaran. Jurnal Manajemen Dan Pendidikan, 01(03), 778–787.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses