Aktivitas Farmakologi Daun Kecombrang (Etlingera elatior) Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus

Aktivitas Farmakologi Daun Kecombrang (Etlingera elatior) Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus

Daun kecombrang adalah bagian dari tanaman yang memiliki nama ilmiah Etlingera elatior, yang dimana juga dikenal sebagai bunga kecombrang atau kincung. Tanaman ini berasal dari wilayah Asia Tenggara, terutama di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan bahkah Filipina. Daun kecombrang adalah bagian yang paling mudah dikenali dari tanaman ini atau sebagai penanda ,meskipun bunga nya lebih memiliki daya tarik di bandingkan daun nya.

Daun kecombrang memiliki ciri-ciri yang unik, dengan ukuran yang besar, warna hijau tua, kemudian tekstur yang sedikit kasar. Daunnya biasanya memiliki panjang sekitar 30-60 cm dan memiliki lebar sekitar 10-15 cm, dengan struktur daun yang menyerupai daun pisang. Daun ini tumbuh dalam tumpukan yang mengelilingi tangkai bunga, memberikan penampilan yang menarik serta eksotis

Selain digunakan sebagai tanaman hias, daun kecombrang juga memiliki nilai kuliner yang tinggi. Di berbagai masakan tradisional Indonesia, daun ini sering digunakan untuk memberikan aroma khas dan rasa yang unik pada hidangan. Baunya yang harum dan segar membuatnya cocok untuk digunakan dalam memasak ikan, daging, atau sayuran. Beberapa jenis hidangan Indonesia bahkan menggunakan daun kecombrang sebagai bahan utama, seperti dalam acar kecombrang atau sayur bening.

Baca juga : Daun Stevia (Stevia Rebaudiana) sebagai Pengganti Gula bagi Penderita Diabetes

Bacaan Lainnya

Selain itu, daun kecombrang juga memiliki nilai kesehatan, karena mengandung berbagai zat nutrisi dan senyawa bioaktif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun kecombrang memiliki potensi antioksidan, antiinflamasi, dan antimikroba, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh. Dengan kombinasi nilai estetika, kuliner, dan kesehatan nya,daun kecombrang menjadi salah satu tanaman yang cukup populer di Asia Tenggara dan semakin dikenal di seluruh dunia.

Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit kencing manis merupakan suatu gangguan metabolik dimana ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa di dalam darah, Gejala klinis yang khas yaitu adanya peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) yang disebabkan oleh berbagai faktor, skarena suatu resistensi insulin maupun kegagalan sel beta pankreas dalam alah satunya mempertahankan insulin yang keluar sesuai kebutuhan sebagai kompensasi penurunan insulin.

Pada Diabetes Mellitus terbagi menjadi dua tipe, yaitu diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe 1) dan diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2). Pada Diabetes tipe 1 disebabkan akibat terjadinya kerusakan sel beta pankreas (sering autoimun) sehingga terjadinya defisiensi insulin, paling sering menyerang anak anak dan dewasa muda, sedangkan DM tipe 2 umumnya karena insulin yang resistensehingga menyebabkan hiperglikemi.

Baca juga : Hubungan Asupan Serat dengan Kejadian Prediabetes pada Kelompok Usia Dewasa Muda

Diabetes mellitus memiliki kriteria diagnostik tersendiri yaitu jika kadar glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL (≥11,1 mmol/L), glukosa plasma puasa (8-12 jam) ≥126 mg/dL (7,0 mmol/L) dan nilai OGTT 2 jam ≥200mg/dL (≥11,1 mmol/L) (Petersmann et al., 2019).

Salah satu dari banyak tanaman herbal yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia adalah Kecombrang (Etlingera elatior). Kecombrang merupakan salah satu tanaman herbal dengan tinggi bisa mencapai hingga 5 meter yang mudah dijumpai dan tersebar luas di Indonesia. Tanaman ini mudah tumbuh serta tidak membutuhkan perlakuan khusus dalam merawat serta mengembangkannya.

Kecombrang mengandung etabolit sekunder dari golongan terp enoid`1`1 fenolik. Essensial oil atau yang biasa disebut dengan minyak atsiri golongan terpenoid merupakan senyawa utama yang ditemukan dalam tanaman ini. Kandungan fenolik pada kecombrang berupa flavonoid, saponin, tanin dan polifenol.

Adapun beberapa flavonoid pada kecombrang yang berfungsi sebagai antihiperglikemik yaitu quertecin dan asam klorogenat. Pada kondisi hiperglikemi, radikal bebas akan membentuk spesi oksigen reaktif yang melebihi kapasitas antioksidan sehingga memicu terjadinya stres oksidatif yang dapat mengganggu proses apoptosis sel dan mengakibatkan disfungsi sel beta pankreas (Putri,2021).

Hal ini sejalan dengan penelitian Maimulyanti & Prihadi (2015)yang mengemukakan bahwa ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol bunga kecombrang menunjukan nilai antioksidan IC50 masing-masing sebesar 68,24 ug/ml dan 21,14 ug/ml.

maka dari itu disimpulkan bahwa daun kecombrang (Etlingera elatior) memiliki aktivitas farmakologi sebagai antihiperglikemi pada penyakit diabetes mellitus. Senyawa aktif seperti flavonoid, fenolik, dan saponin yang terdapat pada tanaman kecombrang memiliki kemampuan menghambat enzim amilase dan glukosidase, menetralkan radikal bebas, serta memberikan proteksi terhadap kerusakan sel beta pankreas dalam aktivitas antihiperglikemi pada pasien diabetes melitus.

Baca juga : Pemanfaatan Bawang Dayak (Eleutheine Palmifolia L.) sebagai Antidiabetes

Penelitian juga menunjukkan bahwa ekstrak bunga kecombrang efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan. Selain itu, gel ekstrak bunga kecombrang konsentrasi 3% juga terbukti efektif sebagai antinflamasi pada mencit yang diinduksi karagenan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa daun kecombrang (Etlingera elatior) memiliki potensi sebagai agen penurun kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

 

Rohadatul aisy

 

Penulis: Rohadatul Aisy

Mahasiswa Jurusan Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

 

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses