Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria) sebagai Penyerap Carbon Dioksida (Co2)
1. Pengertian Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria)
Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria) sering digunakan sebagai penghias rumah karena dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Sansevieria memiliki daun keras, sukulen, tegak, dengan ujung meruncing. Sanseviera dikenal dengan sebutan tanaman lidah mertua karena bentuknya yang tajam.
Sansevieria dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis yang tumbuh memanjang ke atas dan jenis berdaun pendek melingkar dalam bentuk roset. Kelompok panjang memiliki daun meruncing seperti mata pedang, dan karena ini ada yang menyebut Sansevieria sebagai tanaman pedang-pedangan.
Tumbuhan ini berdaun tebal dan memiliki kandungan air sukulen, sehingga tahan kekeringan. Namun dalam kondisi lembap atau basah, sansiviera bisa tumbuh subur.
Warna daun Sansevieria beragam, mulai hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, ada yang mengikuti arah serat daun, tidak beraturan, dan zig-zag. Keistimewaan lidah mertua adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan.
Baca Juga: Segudang Manfaat dari Tanaman Jahe
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh NASA (National Aeronautics and Space Administration) Amerika Serikat dan dirilis tahun 1999, menunjukkan bahwa sansevieria mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan berbahaya yang ada di udara. Menurut NASA polusi udara menyebabkan penyakit yang dikenal dengan nama sick building syndrome, yaitu suatu keadaan akut dari polusi udara yang terdapat dalam ruangan (in door) yang terjadi dalam lingkungan rumah atau perkantoran dalam kondisi tertutup atau minim ventilasi.
Kondisi tersebut menyebabkan mata dan hidung panas seperti terbakar, tenggorokan panas dan kering, kelelahan kronis, menurunkan kemampuan konsentrasi, gemetar, mual, otot kram, kulit kasar dan kering, sakit kepala, hati berdebar, batuk, pilek, dan napas tersengal.
Penyerapan gas polutan oleh tanaman sansevieria mempunyai kemampuan memberikan kesegaran udara pada ruangan yang terkena polusi gas beracun seperti karbon monoksida (CO), yang dikeluarkan oleh asap rokok.
Sansevieria merupakan salah satu tanaman yang memiliki karakter bentuk kuat karena proses alam, dengan demikian tidak memerlukan perlakuan dan penanganan khusus cukup dibiarkan, sehingga karakter akan muncul dengan sendirinya sesuai kondisi lingkungan.
Dibanding tanaman hias lain, Sanseviera memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun, seperti karbon dioksida. Sanseviera memiliki kemampuan dalam menyerap gas karbon dioksida (CO2) yang berlebihan pada malam hari.
Hal tersebut berkat bantuan CAM (Crassulacean Acid Metabolism). CAM berguna untuk tanaman sukulen, toleran kekeringan, dan iklim kering.
2. Pengertian Crassulacean Acid Metabolism (CAM)
Crassulacean Acid Metabolism (CAM) merupakan kelompok tumbuhan yang melakukan metabolisme berbeda dengan tumbuhan C3 dan C4. Perbedaan metabolisme tersebut terletak pada mekanisme pengikatan CO2. Tumbuhan CAM melakukan pengikatan CO2 pada malam hari disebabkan stomata terbuka hanya pada malam hari.
Istilah Crassulacean merujuk pada mekanisme tersebut pertama kali ditemukan pada famili tumbuhan Crassulaceae atau keluarga cocor bebek. Sekarang telah diidentifikasi beberapa kelompok tumbuhan lain yang melakukan metabolisme ini, diantaranya kaktus, nanas dan lidah mertua.
Baca Juga: 7 Hasil Rekayasa Genetika Tanaman
CAM adalah adaptasi metabolik tanaman tertentu, terutama xerofita (beradaptasi di daerah kering) yang memungkinkan mereka untuk mengambil CO2 pada malam hari. Kemudian menyimpannya sebagai asam organik (malat), dan melepaskan CO2 dengan dekarboksilasi asam untuk difiksasi menjadi gula. Ini mengurangi kehilangan air secara transpirasional selama fotosintesis. Metabolisme ini merupakan bagian dari Siklus Calvin atau yang dikenal dengan Reaksi Gelap.
Metabolisme Asam Crassulacean, juga dikenal sebagai Fotosintesis CAM, adalah fiksasi karbon yang berkembang di beberapa tanaman sebagai adaptasi kondisi kering. Tumbuhan yang menggunakan CAM, stomata pada daun akan tertutup pada siang hari untuk mengurangi evapotranspirasi, tetapi terbuka pada malam hari untuk mengumpulkan (CO2), dan membiarkannya menyebar ke sel mesofil.
CO2 disimpan sebagai asam 4 karbon asam malat di vakuola di malam hari, dan kemudian di siang hari, malat diangkut ke kloroplas yang akan diubah kembali menjadi CO2, yang kemudian digunakan selama fotosintesis. CO2 yang telah dikumpulkan sebelumnya terkonsentrasi di sekitar enzim RuBisCO, meningkat efisiensi fotosintesis.
3. Pengertian dan Tahapan Siklus Calvin
Reaksi gelap atau siklus Calvin merupakan salah satu rangkaian reaksi kimia yang terdapat pada tumbuhan. Siklus ini tanpa memerlukan bantuan dari cahaya matahari. Bagian tumbuhan yang bisa melakukan reaksi gelap ini adalah stroma. Letak dari stroma berada dalam kloroplas tumbuhan.
Reaksi ini bekerja dengan mengubah CO2 ke dalam gula karbon. Gula karbon berguna untuk membentuk gula lainnya seperti pati, glukosa, dan selulosa. Gula-gula tersebut akan dimanfaatkan oleh tumbuhan sebagai bahan bangunan struktural.
Tahapan Siklus Calvin dapat dilihat sebagai berikut:
1. Fiksasi Karbon
Pada tahap ini, akan terjadi penangkapan CO2 dari udara bebas. Selanjutnya, akan menyatukan CO2 dengan ribulosa bifosfat oleh enzim rubisco. Hasil pengikatan ini adalah 3 molekul dengan 6 karbon yang tidak stabil. Karbon tersebut akan segera pecah menjadi 2 molekul 3 fosfogliserat atau PGA.
2. Reduksi
Masing-masing dari molekul tiga PGA menerima fosfat ATP. Nantinya akan berubah menjadi 1,3 difosfofliserat. Jumlah ATP untuk meneruskan proses ini adalah 6. Molekul 1,2 difosfogliserat akan mengalami reduksi oleh NADPH dan berubah sebagai gliseraldehida 3 fosfat.
3. Regenerasi
Pada tahap ini, salah satu molekul dari gliseraldehida 3 fosfat akan keluar dan berfungsi sebagai bahan baku glukosa. Sedangkan 5 molekul gliseraldehid 3 fosfat sisanya untuk membuat RuBp. Pada tahap ini, akan dilakukan penangkapan CO2 kembali. Akan ada 3 molekul ATP yang mendonorkan fosfat. Molekul glukosa tersusun atas 6 karbon. Hasil dari tahapan ini adalah 1 molekul PGAL.
Pada tahapan fiksasi akan mengubah RuBp menjadi PGA. Selanjutnya ada tahapan reduksi yang mengubah PGA sebagai PGAL. Yang terakhir ada tahapan regenerasi yang mengubah PGAL sebagai molekul.
Tujuannya untuk pembentukan glukosa dan membuat kembali RuBp. Hasil siklus Calvin fotosintesis ini berupa glukosa yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan tumbuhan.
Annisa Rahayu
Mahasiswa Universitas Negeri Medan
Editor: Diana Pratiwi