Obat Generik vs Obat Paten: Mana yang Lebih Baik untuk Anda?

Obat Generik vs Obat Paten
Ilustrasi gambar dibuat dengan AI.

Obat generik adalah obat yang dipasarkan dengan nama resmi International NonProprietary Name (INN) sesuai ketetapan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya. Nama ini mengacu pada zat aktif atau khasiat utama dalam obat tersebut.

Obat generik sering kali dipersepsikan sebagai obat dengan mutu yang lebih rendah, terutama karena harganya yang lebih murah dibanding obat bermerek atau obat paten. Pandangan ini diperkuat oleh kurangnya informasi dan pemahaman masyarakat terhadap obat generik itu sendiri.

Keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang obat generik menjadi hambatan utama dalam pemanfaatannya. Banyak masyarakat tidak mengetahui bahwa obat generik telah melalui uji efektivitas, keamanan, dan kualitas yang ketat sesuai standar Farmakope Indonesia.

Hal ini menyebabkan banyak orang cenderung memilih obat bermerek, padahal secara kandungan dan efektivitas, obat generik sebenarnya sama dengan obat paten maupun.

Obat bermerek atau obat paten adalah obat yang telah diberikan hak paten dan dipasarkan dengan nama dagang yang terdaftar oleh produsen atau perusahaan farmasi tertentu. Obat ini diproduksi dan dijual dalam kemasan asli dengan merek dagang yang dimiliki oleh produsen tersebut.

Umumnya, harga obat paten lebih mahal karena perusahaan pemilik paten telah mengeluarkan biaya besar untuk penelitian, pengembangan, promosi, dan distribusi produk tersebut. Biaya iklan dan pemasaran juga menjadi faktor yang membuat harga obat paten jauh lebih tinggi dibandingkan obat generik.

Salah satu faktor lain yang memengaruhi persepsi masyarakat terhadap obat adalah bentuk kemasan. Berdasarkan data dari sebuah penelitian, diketahui bahwa sebagian besar masyarakat memiliki persepsi bahwa kemasan obat paten terlihat lebih menarik, berkualitas, dan lebih meyakinkan.

Hal ini menyebabkan konsumen lebih percaya dan memilih obat paten dibanding obat generik, walaupun secara substansi keduanya memiliki efektivitas yang setara. Kemasan yang menarik kerap diasosiasikan dengan kualitas produk yang tinggi, padahal hal tersebut belum tentu mencerminkan mutu obat yang sebenarnya.

Selain kemasan, informasi mengenai logo dan identitas obat paten juga menjadi hal yang diketahui lebih banyak oleh masyarakat. Mereka lebih familiar dengan merekmerek tertentu yang sering muncul di iklan media massa atau direkomendasikan oleh dokter.

Informasi obat seperti indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis, aturan pakai, serta peringatan penggunaan sering kali lebih jelas ditemukan pada obat paten, baik dari segi penyampaian maupun desain kemasan.

Namun, penting untuk dipahami bahwa perbedaan harga antara obat generik dan obat paten bukan disebabkan oleh perbedaan mutu atau kandungan zat aktif, melainkan pada proses bisnis di baliknya.

Obat generik tidak memerlukan biaya paten atau promosi besar-besaran, sehingga harganya bisa jauh lebih murah. Hal ini tentu menjadi solusi bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan ekonomi tetapi tetap membutuhkan pengobatan berkualitas.

Kesadaran masyarakat terhadap efektivitas dan mutu obat generik perlu terus ditingkatkan. Berdasarkan hasil survei dalam jurnal yang dikaji, sekitar 63,9% responden sudah mengetahui bahwa obat generik bisa dibeli di apotek, namun masih banyak yang beranggapan bahwa obat paten lebih berkualitas.

Selain itu, sekitar 72,2% responden menganggap harga obat paten memang lebih mahal, dan sebagian lainnya merasa bahwa harganya terlalu tinggi.

Baca Juga: Perbedaan Obat Generik dan Obat Bermerek: Mana yang Lebih Efektif?

Masih terdapat anggapan yang salah bahwa harga menentukan kualitas. Padahal, dalam dunia farmasi, semua obat—baik generik maupun paten—yang telah lolos uji dan mendapat izin edar dari otoritas kesehatan sudah melalui proses evaluasi yang sama ketatnya.

Oleh karena itu, edukasi kepada masyarakat perlu terus dilakukan agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat dan rasional dalam memilih obat, tanpa hanya terpaku pada merek atau harga.

Penulis: Shelyna Fitri Darma Heksi
Mahasiswa Farmasi Universitas Islam Indonesia

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses