Asma Barlas: Sang Pembaca Ayat-Ayat Gender

Biografi
Asma Barlas

Nama Asma Barlas tidak asing lagi di kalangan para pegiat gender. Setara dengan Fatimah Mernissi, Amina Wadud, Qasim Amin, dan Ashgar Ali Enginer, Asma Barlas juga adalah salah seorang yang sangat keras memperjuangkan hak-hak perempuan.

Berbeda dengan yang lainnya, Barlas memulai perjuangannya dengan melakukan pembacaan kembali terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang sebelumnya lebih mengedepankan ideologi patriarki.

Asma Barlas lahir pada 10 Maret 1950 di Lahore, Pakistan, dari ayah Iqbal Barlas dan ibu Anwar Barlas, yang keduanya sekarang tinggal di Vancouver, Canada. Ia besar di negara yang mendiskriminasi perempuan.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Perwakilan Politik Perempuan dalam Feminisasi Politik

Tetapi meskipun begitu, Ia dan kedua saudara perempuannya serta saudara laki-lakinya dididik langsung oleh kedua orang tuanya secara setara, sehingga Ia tumbuh menjadi wanita yang memiliki pengetahuan luas dan menjadi seorang aktivis yang berpikir kritis. Ia kemudian menikah dengan Ulises Ali dan memiliki seorang anak bernama Demir Mikail.

Asma Barlas yang besar dengan didikan kedua orang tuanya pada bidang ilmu pengetahuan dapat menyelesaikan pendidikan sarjananya di Pakistan dalam bidang Sastra dan Filsafat Inggris di Kinnaird Collage for Women University dengan gelar B.A. (Bachelor of Arts), kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana dalam bidang Jurnalisme di Universitas Punjab dengan gelar M.A. (Master of Arts).

Selain itu, Ia juga melanjutkan pendidikannya di Amerika pada Universitas Denver, Collorado dalam bidang Kajian Internasional dan mendapat gelar M.A. dan Ph. D. (Doctor of Philosophy).

Setelah menyelesaikan gelar doktornya, Asma Barlas menjadi profesor di Departemen Politik dan Studi Internasional di Universitas Itacha, New York, AS, di mana Ia mengajar sejak tahun 1991.

Ia juga merupakan pendiri dan direktur CSCRE (Center for the Study of Culture, Race, and Ethnicity) sampai tahun 2006. Dan pada 2008, Ia menjabat sebagai Ketua Spinoza di Departemen Filsafat Universitas Amsterdam di Belanda.

Jejak Karier Asma Barlas

Asma Barlas merupakan perempuan pertama di Pakistan yang menjabat sebagai Diplomat Departemen Luar Negeri pada 1976. Selang enam tahun kemudian Ia diberhentikan karena mengkritik kediktatoran presiden pada saat itu, Ziaul Haq, yang menetapkan syariat Islam tidak dengan porsi yang adil. Di mana Ia lebih merendahkan posisi perempuan dari laki-laki.

Kemudian setelah itu Ia bekerja sebagai asisten editor di The Muslim, sebuah surat kabar yang menyuarakan oposisi terhadap kebijakan pemerintah.

Tapi karena kritikannya itu, pada 1983, Asma Barlas harus meninggalkan kampung halamannya karena diusir oleh pemerintah. Lalu Ia pergi ke Amerika dan mendapat suaka politik di sana (political asylum).

Baca Juga: Rosa Luxemburg & Marsinah Pejuang Kaum Perempuan: Pendekatan Feminis Marxis

Pemikiran dan Kontribusi Asma Barlas

Asma Barlas dikenal sebagai seorang teoris postcolonial, feminis, serta peneliti dan penulis dalam bidang studi Islam dan politik internasional. Beberapa pemikiran dan kontribusi utama yang telah dilakukannya, ialah:

  1. Pengembangan konsep kritis terhadap interpretasi tradisional Al-Qur’an. Asma Barlas telah mengembangkan pandangan kritis tentang interpretasi tradisional Al-Qur’an terkait dengan isu-isu gender dan hak-hak perempuan dalam Islam. Dalam bukunya “Believing Women” in Islam: Unreading Patriarchal Interpretations of the Qur’an, Ia memperkenalkan metode interpretasi alternatif yang memperhatikan konteks sejarah dan sosial, dan menunjukkan bahwa Al-Qur’an sebenarnya mendukung kesetaraan gender.
  2. Kontribusinya dalam postcolonial. Asma Barlas memperluas penggunaan teori postcolonial dalam analisis politik, khususnya dalam konteks masyarakat muslim. Dalam karyanya, “Islam, Muslim, and the US: Essays on Religion and Politics”, Asma Barlas mengkritik ideologi orientalisme dan menunjukkan bagaimana teori-teori postcolonial dapat digunakan untuk memahami hubungan antara muslim dan Barat, serta bagaimana identitas muslim dan Barat saling memengaruhi satu sama lain.
  3. Penghapusan diskriminasi gender dalam masyarakat muslim. Asma Barlas sangat menekankan perlunya penghapusan diskriminasi terhadap perempuan muslim dan mendorong kesetaraan gender dalam masyarakat muslim. Dia menegaskan bahwa Al-Qur’an memberikan dasar yang kuat untuk kesetaraan gender, dan memperjuangkan hak-hak perempuan dalam agama dan masyarakat.
  4. Pemikiran tentang demokrasi dan politik internasional. Dalam karyanya, Asma Barlas mengeksplorasi hubungan antara agama dan politik internasional, serta memberikan pandangan yang lebih luas tentang konsep demokrasi. Dia menunjukkan bahwa kebebasan berpikir dan kesetaraan gender adalah prinsip dasar demokrasi, dan bahwa demokrasi bukanlah hanya suatu sistem politik, namun juga cara hidup yang melibatkan masyarakat.
  5. Pemikiran tentang identitas muslim. Asma Barlas mengeksplorasi bagaimana identitas muslim dibentuk dalam masyarakat Barat dan mengkritik konsep “Muslim moderat” dan “Muslim radikal” yang sering dipakai dalam diskursus Barat tentang Islam dan muslim. Dia menekankan pentingnya memahami keragaman dan kompleksitas dalam identitas muslim, serta pentingnya dialog antar budaya dan agama dalam mencapai pemahaman yang lebih baik tentang masyarakat dunia.

Baca Juga: Jargon “Hidup Perempuan yang Melawan” di Aksi Kamisan Sebagai Bentuk Solidaritas Terhadap Gerakan Perempuan

Dengan kontribusinya dalam bidang studi Islam, gender, dan politik, Asma Barlas telah menjadi salah satu tokoh terkemuka dalam gerakan pembebasan perempuan di dunia muslim dan juga telah memberikan pemikiran yang penting bagi dunia akademik global.

Penulis: Zakia
Mahasiswa Hukum Keluarga Islam UIN Mataram

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI