Percayalah, jika kamu cantik, tampan setengah dari masalah hidupmu kelar!” – mungkin pembaca sering mendengar kalimat-kalimat seperti ini. Nah adanya anggapan terhadap si Rupawan yang memiliki suatu keistimewaan dan kemudahan dalam menjalankan kehidupan, memunculkan perspektif: “Jika seseorang yang memiliki paras rupawan, ia akan dengan mudah mendapatkan segalanya,”
Beauty privilege merupakan istilah untuk menggambarkan betapa beruntungnya hidup seseorang yang terkesan lebih lancar dibandingkan orang lain, karena terlahir dengan rupa yang menawan. Selain itu, orang dengan beauty privilege seringkali mendapatkan perlakuan spesial karena paras rupawan mereka. Berbagai riset menyatakan bahwa privilege ini akan membuat seseorang lebih bagus karirnya dan lebih dimaklumi jika melakukan kesalahan.
Beauty Privilege patokan untuk dikatakan beruntung?
Tampan dan cantik bukanlah standar yang bisa digunakan untuk menentukan orang itu bisa disebut beruntung. Karena di negara kita ini banyak sekali keragaman suku,ras dan budaya yang menyebabkan banyaknya perbedaan setiap individu. Seperti halnya perbedaan warna kulit. Orang Indonesia cenderung mengganggap orang yang berkulit putih itu sudah pasti tampan dan cantik.
Baca juga: Wanita Muslim Berhias di Salon Kecantikan
Mengukur standar kecantikan dan ketampanan seseorang bukan hanya dari parasnya saja, melainkan dari dalam individu itu sendiri. Nah, dari situ saya merasa setiap orang memiliki beauty privilege tersendiri dan bukan hanya orang tampan dan cantik saja yang memiliki beauty privilege.
Beauty privilege memang privilege yang terlihat cukup menjanjikan,namun sekalinya kita salah menggunakan akan menjadi jurang kehancuran,bahkan memicu sifat yang tidak baik.
Pada akhirnya fisik yang kita banggakan akan pudar ketika tua nanti namun personality, inner beauty, dan hati yang cantik akan bertahan sampai tua nanti. Jika kita tua nanti hal yang bisa dibanggakan adalah cerita,bukan fisik belaka
Perlakuan Beauty Privilege di Sosial Media
Ngomongin masalah beauty privilege,kita memang gak bisa menyangkal sebuah fakta bahwa orang-orang yang memiliki rupa menawan bisa mendapat perlakuan yang berbeda.
Contohnya saja, mungkin kalian tau bahwa ada seorang wanita cantik yang “berjualan tahu” hingga viral di sosial media baik itu instagram maupun twitter atau saat kasus narkoba yang menyeret nama Jefri Nichol, Jeff Smith, Rizky nazar.
Perlakuan masyarakat kepada 3 artis itu sangat berbeda, karena ke 3 artis itu memiliki wajah yang tampan dengan otomatis mereka telah mendapatkan hak istimewa dari masyarakat. Masyarakat mendoakan agar kasus yang menimpanya cepat selesai dan terus memberikan support.
Berbeda perlakuan dengan orang biasa yang terkena kasus yang sama, masyarakat mendoakan agar orang-orang itu di penjara selamanya karena telah merusak dan mencemarkan negara kita dengan barang-barang terlarang.
Melihat contoh di atas, saya semakin yakin bahwa beauty privilege is real. Jika dipikir-pikir coba deh kalian bayangin, gimana kalo yang “jualan tahunya” hanya perempuan biasa? Apakah akan se-viral itu? atau saat yang terkena kasus narkoba hanya orang biasa? Take a think deh coba!
Beauty Privilege dalam Pekerjaan
Tempat kerja adalah lingkungkan profesional,tetapi masih banyak yang melihat dari penampilan saja melainkan bukan kemampuannya. Karyawan yang memiliki penampilan menarik lebih menguntungkan suatu perusahaan,terlebih jika pekerjaannya mengharuskan interaksi dengan konsumen atau klien.
Pasalnya,tidak bisa dipungkiri banyak orang tampak lebih suka berinteraksi dengan orang yang berpenampilan menarik. Orang yang berpenampilan kurang menarik harus bekerja lebih keras dan produktif agar bisa mendapatkan upah yang sama. Sementara, mereka yang berpenampilan menarik lebih sering menerima keistimewaan tanpa harus bekerja keras.
Baca juga: Manfaat Fisioterapi Kecantikan
Beauty Privilege dalam Dunia Pendidikan
Beauty privilege dalam dunia pendidikan juga marak terjadi. Kejadian ini dapat disandang oleh tenaga pendidik dan siswa-siswinya. Beberapa tokoh ilmuwan menemukan bahwa kebanyakan orang yang berpenampilan menawan pasti mempunyai prestasi yang lebih banyak dibandingkan siswa-siswi yang kurang berpenampilan menarik.
Mayoritas guru juga juga akan memperlakukan muridnya yang menawan seperti perumpamaan “anak emas”. Karena mereka berharap muridnya bisa membawa prestasi lebih.
Tetapi, tidak sedikit tindak pelecehan dalam dunia pendidikan yang dilakukan guru terhadap murid yang berawal dari perlakuan istimewa tersebut.
Kasus yang banyak terjadi yaitu adanya ketertarikan guru terhadap murid yang pastinya disertai keuntungan dan ancaman dibaliknya, seperti penawaran mendapatkan nilai bagus, tetapi harus menuruti kemauan guru berupa ajakan untuk melakukan hal-hal yang bersifat sensual. Tidak seharusnya tenaga pendidik meminta hal tersebut kepada muridnya.
Dampak dari Beauty Privilege
Hadirnya beauty privilege di tengah masyarakat terkadang dianggap dapat memotivasi orang-orang untuk lebih merawat diri serta memperhatikan penampilan mereka. Hal ini merupakan bentuk untuk menghargai diri sendiri.
Tidak hanya memperbaiki penampilan, mereka juga akan terpacu untuk memperbaiki soft skill dan hard skill yang mereka miliki. Hal ini tentu saja dapat menciptakan individu yang berkualitas. Tidak hanya dari penampilan, tapi juga dari kemampuan serta perilaku mereka.
Tanpa disadari beauty privilege perlahan-lahan merubah pandangan orang-orang. Hal ini akan berdampak pada perilaku masyarakat yang sering membanding-bandingkan penampilan orang lain berdasarkan standar kesempurnaan yang ada. Mereka tidak akan peduli pada potensi dalam diri mereka karena terfokus pada penampilan semata.
Good Looking Bukan Penentu Kebahagiaan
Namun ternyata seseorang yang diberi label good looking tidak selalu merasa senang dengan beauty privilege yang didapatkan. Mereka sering kali mendapatkan tekanan dari berbagai pihak karena ekspektasi yang berlebihan dari lingkungan. Biasanya mereka dianggap lebih mampu dalam segala hal, padahal kenyataannya belum tentu seperti itu.
Baca juga: Eksistensi Perempuan dalam Menyuarakan Pendapatnya
Fokus dan Asah Potensi yang Dimiliki
Perkembangan media sosial yang cukup pesat bisa membuat kita memiliki tekanan sosial yang lebih sulit,dimana penilaian tidak hanya datang dari dunia nyata melainkan juga dari dunia maya. Perlunya mencintai diri sendiri dan menunjukkan versi terbaik dari diri sendiri.
Kecantikan dan ketampanan seseorang itu berasal dari pribadi masing-masing. Semua privilege ini asalnya dari cara pola pikir kita. Cara mengubahnya pun tentu dengan merubah pola pikir kita untuk menghargai perbedaan dan bangga atas apa yang kita punya.
Penulis: Deby Juni Sulistiyowati
Mahasiswa Jurusan D3 Manajemen Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta
Editor: Rahmat Al Kafi