Bonus Demografi yang puncaknya akan terjadi kurang lebih pada tahun 2030, betul-betul bisa kita manfaatkan untuk melakukan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara besar-besaran. Kuncinya adalah langkah perbaikan berupa reformasi pendidikan dan pelatihan vokasi yang dilakukan secara terpadu dan terintegrasi, kata Pak Jokowi saat kegiatan Ratas Pendidikan dan Pelatihan Vokasi, di Istana Merdeka, Kamis (16/5). Pemerintah begitu serius menanggapi bonus demografi yang akan terjadi. Hal ini sudah sepatutnya disorot serta dikaji jauh-jauh hari sebelum masalah ini mengakar. Tentu pemerintah telah mensiasati masalah ini sekaligus menyiapkan strategi khusus dalam memecahkan persoalan seperti ini. Pembangunan SDM, merupakan langkah yang tepat yang memang harus dilakukan secara responsif dan solutif.
Ledakan penduduk menjadi permasalahan yang cukup pelik dewasa ini. Fenomena demografi menjadi sorotan utama yang diangkat dalam tataran diskusi publik. Bagaimana tidak? Persoalan yang mengakar di ranah pemerintah Indonesia sekarang ini, yaitu, bagaimana merespon sekaligus mensiasati bonus demografi yang makin hari, makin meningkat. Dilansir dari media Tirto, menurut proyeksi penduduk Indonesia, yang disusun Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 tercatat 255,5 juta jiwa. Jumlah tersebut terdiri atas penduduk usia di bawah 15 thun sekitar 69,9 juta jiwa (27,4%) dan penduduk yang berusia 65 tahun ke atas sekitar 13,7 juta jiwa (5,4%). Singkatnya usia nonproduktif sebanyak 32,8% sedangkan penduduk produktif yang berusia 15-64 tahun berjumlah sekitar 171,9 juta jiwa (67,2%).
Data tersebut menjadi jangkar pemerintah dan stakeholders terkait dalam memahami jumlah penduduk Indonesia. Saat ini, penduduk Indonesia hampir mengalami gejolak ledakan penduduk yang begitu besar. Ditambah lagi dengan lapangan pekerjaan yang semakin sulit dan terbatas, menambah panjang permasalahan. Pengambil kebijakan sedapat mungkin diharapkan tidak terlena dengan masalah seperti ini. Bonus demografi, adalah, tantangan yang menjadi sangat kompleks, karena bukan tidak mungkin gejolak dan ledakan penduduk akan berakibat fatal bagi keberlanjutan pembangunan negara. Kita tahu di negara-negara yang ekonominya sudah mapan, masalah demografi tetap menjadi masalah yang terus diprioritaskan. Hal demikian tidak tanpa alasan, namun pemerintah disana tahu persis akibat yang terjadi dari ledakan penduduk. Masalah seperti ekonomi menjadi sasaran empuk ketika ledakan penduduk terjadi. Ekonomi negara akan mengalami kebimbangan sekaligus dapat berdampak buruk ketika masalah demografi tidak disiasati jauh-jauh hari.
Saat ini, lapangan pekerjaan sangat terbatas. Hal ini tentu salah satu penyebabnya, ialah, ledakan penduduk. Semakin besar atau padat penduduk sebuah negara, semakin kecil lapangan pekerjaan disediakan. Semua orang akan beramai-ramai mencari lapangan pekerjaan, hal ini tidak menutup kemungkinan jika ekonomi negara akan terperosok pada ketidakmenentuan. Ledakan penduduk kian hari-kian bertambah, serta ladang ekonomi menjadi sangat terbatas. Ditambah lagi dengan SDM yang belum cukup bagus, tentu bisa menjadi salah satu penyebab yang memusingkan kepala. Di satu sisi kita berhadapan dengan jumlah penduduk yang besar, di sisi lain, kita harus menerima kualitas penduduk. SDM yang masih menjadi masalah pokok. Tolak ukur ekonomi sebuah negara salah satunya terletak pada SDM. Ketika hal ini terpinggirkan, secara otomatis kita berada dalam zona antara kebimbangan dalam menentukan kemanakah ekonomi negara ditempatkan. Masalah seperti ini merupakan titik balik bagi pemerintah untuk merespon bonus demografi yang sudah kita bayangkan.
Sikap Kita Menghadapi Bonus Demografi
Pemerintah melalui Presiden Jokowi, telah memberikan lampu kuning sebagai isyarat akan dampak bonus demografi. Kesigapan pemerintah selaku pengambil kebijakan dalam menyorot masalah demografi sudah sepatutnya dipikirkan. Membiarkan masalah ini dengan kelupaan pemerintah sendiri, barangkali bukan alasan yang tepat jika nanti persoalan demografi melilit bangsa ini. Meskipun kita tahu bersama, upaya pemerintah dalam meminimalisir angka kelahiran, nyatanya belum bisa terlaksana dengan baik. Melalui Keluarga Berencana (KB), masyarakat belum memahami keberadaan program ini. Kurangnya sosialisasi menjadi masalah urgen, karena pemahaman masyarakat masih belum tersentuh dengan kebijakan yang ditawarkan. Bahkan boleh dibilang, ungkapan lama, ‘banyak anak, banyak rezeki’, masih dipegang secara utuh oleh sebagian masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, nilai budaya seperti ini ternyata masih mengendap dalam budaya masyarakat.
Pemerintah dan juga semua warga masyarakat, perlu membangun kesadaran dalam memahami tantangan bonus demografi. Tidak ada cara lain kecuali membangun SDM dan pendidikan yang berbasis mutu dan kualitas. Sebenarnya dalam poin ini, bonus demografi tidak menjadi sesuatu yang perlu dicemaskan, apabila kita mampu mempersiapkan SDM jauh-jauh hari. Parameter SDM menjadi sasaran utama yang seyogiyanya perlu di perhatikan. Rasa kekhawatiran kita akan bonus demografi, menjadi sangat kecil manakala persiapan dan usaha strategis dalam mempersiapkan SDM terus kita getol bersama.
Di sisi lain, bonus demografi dapat kita manfaatkan sebagai pembangunan kapasitas ekonomi nasional. Kehadiran bonus demografi kian penting, ketika hal itu kita manfaatkan dalam menunjang perbaikan ekonomi. Siklus ekonomi yang saat ini mengalami fluktuasi sekiranya dapat dimanfaatkan dalam membalikan ke situasi yang baik. Sikap yang sebenarnya dibangun bukan pada bagaimana kita menyalahi adanya bonus demografi. Melainkan perlu upaya serta kesigapan kita dalam menerima hal itu sebagai keberlanjutan pada peningkatan, baik SDM maupun pada ekonomi.
Rasanya paling aneh ketika bonus demografi, akhirnya menjadi sesuatu yang terlalu memberatkan bagi negara. Mungkin pikiran-pikiran seperti itu terlalu terburu-buru disamping kita belum membangkitkan segala upaya untuk menggerakan SDM. Perbaikan SDM ditengah hadirnya bonus demografi, bagi kita merupakan suatu langkah yang tepat sekaligus solutif. Hal ini tentu tanpa alasan, dimana penggenjotan penduduk di tahun 2030, kalau kita mau betul-betul memahami hal ini, bukan sebagai hal yang ditakutkan. Tentu, sikap mensiasati perbaikan dan kesiapan SDM, merupakan langkah yang cukup bijak bagi pemerintah dalam menyiapkan datangnya bonus demografi.
Patrisius Eduardus Kurniawan Jenila
Mahasiswa jurusan Administrasi Publik Universitas Merdeka Malang
Baca juga:
Redup yang Tak Berujung Padam
Milenial Dalam Pusaran Politik 2019
Peranan Penting Era Digitalisasi pada Pendidikan di Indonesia