Masa remaja adalah masa ketika seseorang sedang mencari jati dirinya dan bertanya-tanya siapa dirinya sebenarnya. Jika seseorang berusia 17 tahun, Ia disebut remaja. Pada usia ini, seseorang melewati masa yang disebut pubertas.
Pada masa remaja, manusia biasanya ingin mencoba semua hal baru dalam hidupnya, terjadi berbagai perubahan suasana hati, dan banyak masalah yang muncul dalam keluarga dan lingkungan sosial.
Kenakalan remaja merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian karena kenakalan remaja merupakan hal yang wajar ketika anak beranjak dewasa. Selama kenakalan masih pada tingkat yang wajar.
Baca Juga: Kenakalan Remaja Meresahkan Warga
Oleh karena itu, peran orang tua dalam mendidik anak khususnya remaja sangat diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai. Norma yang diberikan sejak dini akan mempengaruhi sikap dan perilaku psikologis anak, sehingga dapat memilah mana yang perlu ditiru dan mana yang tidak boleh ditiru.
Anak-anak dapat melihat apa yang baik dan apa yang tidak. Jika peran orang tua tidak optimal karena anak masih kecil, ada kemungkinan remaja akan melakukan hal-hal yang melanggar aturan meskipun sudah besar.
Seperti yang terjadi dalam banyak kasus, seorang remaja tertangkap basah sedang merokok, minum-minuman keras, dan berhubungan seks bebas tanpa rasa bersalah. Itu karena tidak ada pengawasan orang tua, atau kurangnya perhatian orang tua.
Banyak faktor yang membawa remaja ke dalam dunia hubungan yang rusak. Seringkali ini dimulai ketika mereka berteman dengan teman-teman yang kurang terpengaruh, karena masa remaja adalah masa ketika kondisi psikologis remaja mudah terpengaruh.
Ada unsur dari keluarga, karena kurangnya perhatian dari keluarga membuat anak menjadi bangsawan dalam pergaulan. Faktor terpenting yang membuat remaja mudah terjerumus dalam pergaulan bebas adalah minimnya agama yang dapat menguatkan pikiran dan jiwa anak.
Baca Juga: Maraknya Kenakalan Remaja di Indonesia
Oleh karena itu, sangat perlu memberikan pendidikan dasar agama kepada anak sepanjang hayatnya. Berhasil tidaknya anak, kembali kepada peran keluarga dan anak itu sendiri dalam memberikan pendidikan agama.
Menurut Kartini Kartono (2011: 6), kenakalan remaja adalah kenakalan (dursila), atau kenakalan/ kejahatan anak kecil merupakan gejala penyakit sosial (patologis) pada anak dan remaja yang disebabkan oleh pengabaian sosial.
Menurut Sudarsono (2012), kenakalan remaja sebagai tindak pidana anak dapat diartikan memberikan dampak psikologis yang negatif bagi anak sebagai pelaku, apalagi jika sebutan tersebut langsung menjadi merek dagang.
Sedangkan menurut Ary (2010), kenakalan remaja adalah perilaku anak yang melanggar norma sosial, norma hukum, norma kelompok, mengganggu ketentraman sosial, dan memaksa pihak yang berwenang untuk melakukan tindakan pengamanan/ pencegahan.
Menurut Freud, manusia dibentuk oleh impuls-impuls yang penuh gairah. Kenakalan remaja biasanya disebabkan oleh faktor internal (faktor dari remaja itu sendiri) dan faktor eksternal (faktor dari dunia luar).
Baca Juga: Pentingnya Kesadaran Religi pada Remaja Islam di Era Milenial
- Faktor internal
- Krisis identitas remaja, perubahan biologis dan sosiologis memungkinkan perpaduan kedua bentuk tersebut. Pertama, kembangkan rasa konsistensi dalam hidup Anda. Kedua, realisasi identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
- Remaja dengan pengendalian diri yang rendah dan ketidakmampuan untuk mengenali dan membedakan antara perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima akan terjerumus ke dalam perilaku “nakal”. Juga bagi mereka yang sudah mengetahui perbedaan antara kedua perilaku tersebut, tetapi tidak dapat mengembangkan pengendalian diri berdasarkan pengetahuannya sendiri.
- Faktor eksternal
- Lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan penyebab terjadinya kenakalan remaja, seperti keluarga berantakan, keluarga terjebak konflik kekerasan, atau ekonomi keluarga miskin. Ini adalah akar penyebab kenakalan remaja.
- Pengaruh lingkungan sekitar serta pergaulan dengan teman sebaya yang kurang baik, dapat berdampak negatif terhadap kepribadian dan perilaku remaja.
- Dalam lingkungan pendidikan, kenakalan remaja sering terjadi di sekolah, sering membolos pada jam sekolah, dan sering melanggar tata tertib sekolah.
Baca Juga: Pembentukan Karakter bagi Remaja untuk Menghindari Pernikahan Dini, Kekerasan, dan Seks Bebas
Menurut Dr. Kartini Kartono menjelaskan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kenakalan remaja, antara lain:
- Anak kurang mendapat perhatian, kasih sayang, dan bimbingan orang tua, terutama dari ayah yang terlalu sibuk menghadapi masalah dan konflik batin.
- Kebutuhan fisik dan psikologis remaja tidak terpenuhi, dan keinginan serta harapan anak tidak terpenuhi atau terkompensasi.
- Anak-anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang mereka butuhkan untuk menjalani kehidupan normal, mereka tidak terbiasa dengan disiplin dan kontrol yang baik.
Penanggulangan kenakalan remaja tidak dapat dilakukan oleh para ahli seperti ahli psikomotor, konselor, dan pendidik. Tetapi memerlukan kerjasama antar orangtua, guru, pemerintah, dan masyarakat. Masalah kenakalan remaja tidak dapat diselesaikan hanya dengan memberikan ceramah dan ceramah, lebih baik diselesaikan tengan tindakan nyata.
Menurut Ayuningtyas (2011), upaya penangulangan kenakalan remaja dapat dibagi menjadi pencegahan (preventif), pengentasan (curative), pembetulan (corrective), dan penjagaan atau pemeliharaan (preservative). Upaya tersebut dapat dilakukan melalui:
Baca Juga: Peningkatan Komunikasi Keluarga dengan Anak Usia Remaja pada Masa Pandemi Covid-19
- Upaya di keluarga
- Orangtua harus mampu menciptakan keluarga yang harmonis. Dalam lingkungan rumah yang seperti ini, remaja dapat lebih banyak berada di rumah daripada di luar rumah.
- Orangtua harus dapat memberikan pengawasan yang wajar terhadap pergaulan anak remaja.
- Orangtua memberikan perhatian yang cukup terhadap kebutuhan anak.
- Upaya sekolah
- Guru melaksanakan disiplin sekolah yang wajar dan dapat diterima oleh peserta didik dan warga sekolah. Menerapkan disiplin yang baik dan adil dengan menetapkan aturan yang tepat yang tidak merugikan semua pihak.
- Guru harus menegakkan aturan yang adil dan tidak memihak. Semua peserta didik yang melanggar aturan akan dilakukan dengan hormat, terlepas dari status orang tua peserta didik, sehingga dapat diambil tindakan yang tepat. Seperti peserta didik dari keluarga terpandang atau pejabat.
- Guru memahami psikologis setiap peserta didiknya.
- Upaya di masyarakat
- Menegur remaja yang melakukan perilaku yang melanggar norma.
- Menjadi panutan yang baik bagi remaja yang tinggal di lingkungan tempat tinggal.
- Menyelenggarakan kegiatan kepemudaan lingkungan. Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama denga partisipasi aktif para pemuda.
Penulis: Tita Karina Wibowo
Mahasiswa Jurusan PGSD UHAMKA
Editor: Ika Ayuni Lestari
Redaktur Bahasa: Rahmat Al Kafi