Generasi Pencipta Inovasi

ilustrasi dari ig wm.photogallery.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di garis Khatulistiwa. Banyak keberagaman yang ada di Indonesia. Mulai dari keberagaman flora fauna, kekayaan alam, budaya, dan suku bangsa. Keberagaman suku bangsa menjadikan masyarakat Indonesia sangat beragam.

Ditambah dengan keberagaman generik yang ada. Menurut data dari Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jendral Duckapil yang baru saja merilis data kependudukan Semester II tahun 2021 tanggal 30 Desember 2022. Diketahui, isinya jumlah penduduk di Indonesia adalah 273.879.750 jiwa.

“Terdapat kenaikan sebanyak 2.569.861 jiwa di banding tahun 2020,” ucap Direktur Jendral Duckapil, Prof. Zudan Arif Fakhrulloh, Rabu (23/2/2022). Tingkat presentase penduduk laki-laki sebanyak 50,5% atau sebanyak 138.303.472 jiwa. sementara presentase jumlah penduduk perempuan sebanyak 49,5% atau sebanyak 135.576.278 juta jiwa.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Benarkah Generasi Zaman Now Diserang 3F?

Jumlah penduduk terbanyak dalam satu Provinsi diduduki oleh Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk terbanyak. Provinsi Jawa Barat menduduki posisi dengan jumlah penduduk 48.220.094 jiwa. Sementara provinsi paling sedikit diduduki oleh Provinsi Kalimantan Utara dengan jumlah penduduk sebanyak 698.003 jiwa.

Hasil sensus penduduk tahun 2020 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia didominasi oleh Generasi Z dan total Generasi Z saat ini terdapat 74,93 juta jiwa, atau jika di presentasekan sebanyak 27,94% dari total penduduk Indonesia seluruhnya. Generasi Z saat ini berusia dalam rentan 8-23 tahun.

Diperkirakan Gen Z akan menginjak usia produktif dalam kurun waktu 7 tahun lagi. Dipastikan semua Gen Z akan menginjak usia produktif. Komposisi penduduk terbesar selanjutnya berada di usia produktif milenial sebanyak 69,38 juta atau 25,87% dan Generasi x 58,65 juta, jika dipresentasekan mencapai angka 21,88%. sementara penduduk paling sedikit adalah Pre-Boomer sebanyak 5,03 juta jiwa.

Tahun 2017, Delloit menerangkan dalam kurun waktu empat tahun yang akan datang, Generasi Z akan memenuhi lebih dari 20% tenaga kerja. Meskipun demikian, diskusi mengenai hadirnya Generasi Z di dunia kerja tidak dapat respon tajam dan positif seiring dengan perhatian organisasi yang terhenti dan terfokus pada Generasi saat ini atau Generasi Y atau yang dikenal dengan Generasi milenial.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh McKinsey (2018), tingkah laku dari Generasi Z dapat dikelompokkan dalam empat kategori komponen besar yang berlandaskan pada satu fondasi yang kuat bahwa Gen Z adalah generasi yang akan selalu mencari kebenaran.

Baca Juga: Benarkah Generasi Z Lebih Praktis dalam Percintaan

Pertama, Gen Z disebut dengan “The Undefined ID”, di mana generasi ini mampu saling menghargai tiap individu tanpa saling melebelkan atau menstereotipe individu dengan label tertentu. Kedua, Generasi dikenal sebagai “the communaholic“.

Generasi ini dapat didefinisikan sebagai generasi yang sangat inklusif dan memiliki tingkat ketertarikan yang tinggi untuk terlibat dan berperan aktif dalam suatu komunitas. Generasi Z ini juga mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi dan pekembangan digital yang cepat menjadikan Generasi Z mudah memperluas manfaat yang ingin mereka berikan bagi sekitar.

Ketiga, Generasi Z juga dikenal sebagai “the dialoguer“. Generasi Z sangat percaya dan menganggap bahwa pentingnya komunikasi dalam penyelesaian konflik dan mereka pun percaya perubahan akan datang melalui adanya dialog.

Generasi Z juga sangat gemar membangun komunikasi antara individu maupun kelompok dan mereka sangat terbuka akan pikiran-pikiran tiap individu yang diajak berkomunikasi. Keempat, Generasi Z juga disebut sebagai “the realistic“.

Generasi Z cenderung realistis dan memiliki kemampuan analisis yang kuat dalam mengambil keputusan atau menentukan sebuah keputusan. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Generasi Z adalah generasi yang menikmati proses pencarian informasi.

Baca Juga: Generasi Z Si Paling Healing

Sehingga mereka memiliki kendali dalam menentukan keputusan dan pilihan pribadi. Generasi Z menyadari pentingnya kendali finansial untuk masa depan. Generasi Z merupakan Generasi yang sangat kreatif dan inovatif dalam segala hal.

Menurut survei yang dilakukan oleh Harris Poll (2020), sebanyak 63% Generasi Z memiliki tingkat ketertarikan yang tinggi untuk melakukan kreatifitas setiap harinya. Keaktifan mereka dalam komunitas dan besosial media menjadikan mereka kreatif dalam segala hal.

Hal ini juga didukung dengan masa waktu mereka lahir yang erat dengan perkembangan teknologi. Generasi Z lahir di masa terciptanya ponsel canggih, tumbuh berkembang bersama perkembangan komputer, dan keterbukaan akun akses internet yang berkembang pesat.

Menurut penelitian, Gen Z menghabiskan waktu lebih dari enam jam menggunakan ponsel. Intensitas penggunaan sosial media jauh lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Meskipun Generasi Z dikenal sebagai generasi yang lahir di era digital sebanyak 44%, Gen Z lebih menyukai bekerja dalam tim dan rekan kerja langsung.

Lebih lanjut, survei yang dilakukan oleh Kronos Incorporated (2019) tersebut menemukan bahwa 33% Gen Z tidak menilai fleksibilitas di tempat sebagai hal-hal penting, bahkan merupakan hal yang esensial bagi mereka.

Baca Juga: Generasi Z dan Koperasi Digital

Bahkan, studi tersebut mengungkapkan bahwa Generasi Z adalah generasi yang paling keras bekerja. Sebagian besar responden menganggap bahwa Generasi Z adalah pekerja keras. Namun, mereka menilai fleksibilitas sebagai prinsip yang sangat penting.

Generasi Z juga enggan untuk bekerja jika mereka dipaksa untuk melakukan pekerjaan saat mereka sedang tidak ingin bekerja. Hal menarik lainnya, Generasi Z memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah. Mereka banyak yang tidak percaya diri saat akan masuk dunia kerja.

Faktor yang menyebabkan ketidakpercayaan tersebut adalah tuntutan kerja yang tinggi dan waktu bekerja yang panjang menjadikan mereka tidak percaya diri. Tidak hanya itu, mereka juga seringkali khawatir dengan kemampuan diri sendiri.

Setidaknya terdapat tiga hambatan emosional yang dialami oleh Generasi Z yang pada akhirnya menciptakan ketidakpercayaan diri bagi mereka. Ketiga faktor hambatan tersebut antara lain kecemasan (34%), kurangnya motivasi (20%), dan perasaan rendah diri (17%).

Meski begitu, Generasi Z memiliki optimisme yang cukup tinggi bahwa mereka akan berhasil di masa depan. Pada dasarnya Generasi Z adalah Generasi yang memiliki keunikan dan potensi yang sangat tinggi dari tiap individunya.

Baca Juga: Menyimak Generasi Z Berbicara tentang Toleransi Beragama

Generasi Z yang lahir di periode krisis ekonomi memiliki kemampuan yang tinggi untuk bertahan. Didikan orang tua yang membesarkan Generasi Z menjadi salah satu faktor karakter yang kuat bagi mereka untuk bertahan.

Selain itu, kecemasan yang dialami oleh orang tua yang melahirkan Generasi Z di era resesi juga berdampak bagi generasi tersebut. kondisi yang cukup sulit di masa itu menjadikan orang tua banyak memberikan perlindungan lebih kepada sang anak.

Hal ini secara tidak langsung menimbulkan rasa cemas kepada Generasi Z jika dihadapkan keadaan yang tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Generasi Z bahkan dinilai lebih berhati-hati dan cemas jika mengetahui risiko yang mungkin muncul pada situasi tertentu.

Generasi Z juga cenderung mencari informasi mengenai hal tersebut melalui internet dan sosial media. Dengan cara ini, mereka mampu menyiapkan rencana-rencana untuk menghadapi hal tersebut, baik dalam jangka waktu cepat atau lambat.

Kecemasan dan Kecenderungan mengalami stres oleh Generasi Z juga terjadi saat mereka akan memasuki dunia kerja. Sebagian besar penyebab stres yang terjadi karena presepsi mereka tentang dunia kerja.

Baca Juga: Paradigma Kontemporer Sikap Politik Generasi Z Setelah Era Milenial

Mereka banyak beranggapan bahwa dunia kerja sangat kompetitif, jam kerja panjang, dan tenggat waktu yang sedikit dalam menyelsaikan pekerjaan. Meski demikian, Generasi Z memiliki semangat kerja yang sangat tinggi dan semangat dalam meniti karir.

Mereka akan selalu memastikan dan berupaya untuk banyak berkontribusi akan suatu pekerjaan. Sebagai generasi penggemar teknologi, Generasi Z dianggap memiliki bakat dan kemampuan yang tinggi dalam berkreativitas. Hal ini sejalan dengan semangat dan kultur inovatif yang erat dengan mereka.

Penulis: Cut Aldila Octa Vania
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Redaktur Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI