Gentingnya Kependudukan, Lingkungan dan Ekonomi di Indonesia

Indonesia sebagai negara berkembang adalah negara berpenduduk terpadat nomor empat di dunia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia tahun 2018 adalah sebanyak 265 juta lebih. Jumlah penduduk ini akan terus mengalami pertumbuhan dan mencapai puncaknya pada tahun 2062. Semakin padatnya jumlah penduduk maka semakin banyak jumlah permintaan berupa sandang, pangan, dan papan. Peningkatan permintaan akan barang dan jasa produk yang dihasilkan dari ekonomi lingkungan mampu menguras habis sumberdaya yang tersedia, dan akan mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Teori Malthus menyatakan bahwa Sumber Daya Alam hanya dapat dikembangkan menurut deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia berlangsung menurut deret ukur, maka kemampuan alam untuk menampung manusia sangat terbatas. Jika pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan akan terjadi krisis penduduk; suatu keadaan dimana jumlah penduduk melebihi jumlah makanan yang ada. Maka akan terjadi bahaya kelaparan dan segala akibatnya seperti kejahatan, penyakit dan kematian. (Manuaba, 1995)

Dua Permasalahan Indonesia
Masalah kependudukan dan kerusakan lingkungan hidup merupakan permasalahan yang kini sedang dialami oleh bangsa Indonesia. Masalah lingkungan hidup dan kependudukan yaitu masalah pencemaran lingkungan fisik, deforestasi, desertifikasi, over eksploitasi terhadap sumber-sumber alam, serta degradasi ekologis yang semakin hari semakin menunjukkan peningkatan secara signifikan. Keprihatinan ini bukan hanya memberikan solusi penangan masalah lingkungan, namun juga merupakan “warning” bagi kehidupan manusia bahwasannya lingkungan hidup sedang berada dalam kondisi memprihatinkan.

Bacaan Lainnya
DONASI

Melihat realitas keadaan Indonesia, sampah adalah salah satu masalah pada kerusakan lingkungan. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sekitar 65 juta ton sampah yang diproduksi di Indonesia tiap hari, sekitar 15 juta ton mengotori ekosistem dan lingkungan karena tidak ditangani. Sekitar 7 persen sampah didaur ulang dan 69 persen sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jenis sampah paling banyak dihasilkan adalah sampah organik sebanyak 60 persen, sampah plastik 14 persen, diikuti sampah kertas (9%), metal (4,3%), kaca, kayu dan bahan lainnya (12,7%). Data Pusat Oceanografi LIPI menunjukkan bahwa, sekitar 35,15% terumbu karang di Indonesia dalam kondisi tidak baik dan hanya 6,39% dalam kondisi yang sangat baik. Data WHO tahun 2017 juga menyebutkan, Jakarta dan Bandung masuk daftar sebagai 10 besar kota dengan pencemaran udara terburuk di Asia Tenggara. Tingkat polusi udara Jakarta sangat mengkhawatirkan yaitu berada pada level 4,5 kali dari ambang batas yang ditetapkan WHO, dan tiga kali lebih besar dari standar yang ditetapkan pemerintah Indonesia.

Permasalahan lain yang menjadi persoalan lingkungan adalah pemanasan global, yaitu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan permukaan bumi. Dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global cukup banyak, salah satunya seperti rusaknya ekosistem mahluk hidup dan tenggelamnya pulau-pulau kecil, karena naiknya permukaan air laut akibat mencairnya lapisan es di kutub. Dalam mengatasi permasalahan ancaman pemasan global, juga belum ada kesepakatan, walaupun berbagai bentuk perjanjian seperti Perjanjian Kyoto, Jepang dan Perjanjian Paris, Perancis dalam rangka mengurangi gas emisi karbon sebagai pemicu pemanasan global, masih ditentang Amerika Serikat yang menyebabkan munculnya sejumlah ketegangan dan terganggunya hubungan bilateral.  

Hubungan Ekonomi dan Lingkungan
Keterkaitan antara ekonomi dan lingkungan adalah hubungan yang saling terkait yaitu hubungan positif antara jumlah dan kualitas barang sumberdaya dengan pertumbuhan ekonomi. Menurut data BPS, pertumbuhan ekonomi (ekspor dan investasi) tahun 2017 yaitu 5,07% lebih baik dari capaian tahun 2016 sebesar 5,03%.  Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka kebutuhan akan sumberdaya akan semakin meningkat.

Hubungan negatif antara keduanya yaitu kenaikan pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh turunnya ketersediaan sumberdaya alam di bumi. Lalu apakah ada hubungan positif bagi negara berkembang seperti Indonesia? hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi dengan pencemaran lingkungan ini umumnya terjadi di negara berkembang. Semakin naik pertumbuhan ekonomi, maka kebutuhan akan sumberdaya alam akan semakin meningkat.

Lingkungan merupakan komponen penting dari sistem ekonomi. Tanpa adanya sumberdaya alam, maka sistem ekonomi tidak akan berfungsi. Ini menyiratkan bahwa sistem ekonomi, nilai lingkungan harus diperlakukan sama, seperti halnya perlakuan terhadap nilai aset yang lain (tenaga kerja dan modal) yakni sebagai aset ekonomi. Ini berarti pula bahwa jika ekonomi ingin diperbaiki, maka kualitas sumberdaya alam dan lingkungan perlu dipertahankan.

Selain itu, ekonomi dan ekologi harus dipadukan dalam proses pengambilan keputusan dan pembuatan hukum tidak hanya untuk melindungi lingkungan, namun juga untuk melindungi dan meningkatkan pembangunan. Dengan demikian, seharusnya dengan bertambahnya penduduk serta pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang diterapkan adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan dalam arti tidak menguras sumberdaya alam dan merusak lingkungan.

Peranan ekonomi masa sekarang maupun yang akan datang akan sangat diperlukan mengingat syarat kelayakan ekonomi menjadi mutlak dalam usaha pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Seperti yang dikatakan bahwa tujuan akhir pengelolaan sumberdaya alam adalah kesejahteraan masyarakat (social welfare) dengan tujuan meningkatkan sumber devisa, pemenuhan kebutuhan manusia, pelestarian lingkungan, pembangunan daerah/masyarakat dan pemerataan. Adanya Isu-isu lingkungan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran yang lebih mendalam terhadap pentingnya lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini bermakna bahwa peningkatan kualitas lingkungan juga merupakan peningkatan ekonomi apabila kepuasan atau kesejahteraan sosial meningkat.

Imanest Cristy Victoria Marantika
Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Baca juga:
Pembaharuan Pemikiran Islam : Mengandeng Isu Lingkungan
Isu Lingkungan, Isu Capres?
Peringati Hari Bumi, Walhi dan Mapala STIK Banda Aceh Gelar Kemah Lingkungan

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

1 Komentar

Komentar ditutup.