Pendidikan di Indonesia yang terus berkembang dari waktu ke waktu, memungkinkan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia lebih meningkat. Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat di era globalisasi ini.
Sebagai salah satu lembaga di bidang pendidikan, sekolah merupakan tempat yang sangat strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dapat tercapai apabila semua elemen sekolah bekerja sama secara sinergis untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti melalui gerakan literasi sekolah. Kemampuan sekolah dapat meningkatkan gerakan pengembangan karakter.
Baca Juga: Wattpad: Gerakan Literasi Sekolah Daring
Hal itu dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 23 Tahun 2015, di mana salah satu kegiatan gerakan literasi sekolah adalah kegiatan 15 menit membaca buku non pendidikan sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar.
Bahan bacaan mengandung nilai-nilai moral berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang diajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Tidak hanya itu buku bacaan literasi siswa pun juga bisa seperti buku dongeng atau cerita.
Tujuan dari gerakan ini adalah untuk mengembangkan karakter siswa dan juga mengembangkan kemampuan berbahasa lisan. Kegiatan literasi sekolah melibatkan seluruh warga sekolah dimulai dari gurunya, siswanya, juga orang tua/ wali siswa.
Kata Kunci: Implementasi, Gerakan Literasi Sekolah Dasar
Pendahuluan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) terdapat dalam peraturan Kementerian Nomor 23 Tahun 2015 yang berisi tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Salah satu kegiatannya adalah membaca sekitar 10 hingga 15 menit ketika hendak memulai pembelajaran.
Gerakan literasi ini sangat penting, karena dengan hal ini budaya membaca dan menulis akan semakin tumbuh. Selain itu, gerakan literasi sekolah diharapkan juga dapat memberi motivasi kepada peserta didik yang belum bisa membaca menjadi bisa membaca.
Yang sudah lancar membaca termotivasi untuk aktif  membaca sehingga kegemaran dan minat bacanya meningkat. Minat membaca penduduk negara Indonesia terhitung rendah. Begitu pula dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan, perpustakaan hanya ramai dikunjungi jika ada tugas.
Sebagai persiapan untuk melaksanakan ujian atau saat ada keperluan saja. Waktu luang yang dimiliki terlalu banyak dihabiskan untuk kegiatan yang tidak penting, bukan untuk membaca agar menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
Pembahasan
Pengertian Literasi dan Gerakan Literasi Sekolah
Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003).
Deklarasi UNESCO itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan.
Kemampuan-kemampuan itu perlu dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat. Gerakan Literasi Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/ wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa.
Termasuk juga masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dan lain-lain), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca Juga: Literasi Bahasa Indonesia pada Peningkatan Minat Baca Siswa SMA
GLS dikembangkan berdasarkan sembilan agenda prioritas (Nawacita) yang terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, khususnya Nawacita nomor 5, 6, 8, dan 9. Butir Nawacita yang dimaksudkan adalah: (5) Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia;
(6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; (8) Melakukan revolusi karakter bangsa; (9) Memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Empat butir Nawacita tersebut terkait erat dengan komponen literasi sebagai modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan berdaya saing, berkarakter, serta nasionalis.
Tujuan Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan Literasi Sekolah mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
- Tujuan umum yaitu menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
- Sedangkan tujuan khusus yaitu:
- Menumbuh kembangkan budaya literasi di sekolah;
- Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat;
- Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan;
- Menjaga keberlanjutan pembelajaran dan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Baca Juga: Pentingnya Menumbuhkan Budaya Literasi Anak di Tengah Kemajuan Teknologi
Komponen Literasi
- Literasi Dini (Early Literacy), yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
- Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
- Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan non fiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
 Kesimpulan
Pemahaman guru tentang gerakan literasi di Sekolah Dasar sudah cukup baik, di mana setiap tingkatan kelasnya memiliki beberapa kegiatan literasi yang menyesuaikan kepada kemampuan peserta didik, warga sekolah sudah peduli akan pentingnya gerakan literasi dengan terus berupaya untuk menjadi sekolah dan lingkungan sekolah yang literasi.
Pelaksanaan yang guru lakukan untuk menunjang gerakan literasi disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik pula, misalnya di kelas rendah masih difokuskan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis serta untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Yaitu melalui kegiatan menyanyikan lagu wajib Nasional, membaca buku cerita bergambar secara bergantian yang disediakan di pojok baca dan perpustakaan. Sedangkan pelaksanaan GLS di kelas tinggi, kegiatan yang dilakukan adalah membaca surah pendek, menyanyikan lagu wajib Nasional, dan membacakan perkalian.
Maka simpulan dari hasil temuan di atas yaitu Sekolah Dasar tersebut dalam pelaksanaannya tidak hanya dalam bidang ilmu bahasa dan sastra, matematika, dan sains saja akan tetapi juga dalam bidang agama dan SBdP. Hal ini tampak pada kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan literasi di kelas meskipun belum maksimal.
Penulis: Devia Safitri
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi