Hati, Pikiran, dan Jiwa Bekerja Bersama-sama

KKN
Mahasiswa Universitas Suryakancana.

Ungkapan “pantang menyerah” adalah peribahasa populer Indonesia yang berarti pantang menyerah atau bertahan melewati masa-masa sulit. Konsep pantang menyerah telah menjadi tema yang berulang di banyak budaya di seluruh dunia, dan telah lama ditekankan sebagai salah satu faktor kunci dalam mencapai kesuksesan.

Dalam artikel ini, kita akan menggali makna “pantang menyerah” dan relevansinya dalam masyarakat saat ini, serta aplikasi praktisnya dalam kehidupan pribadi dan profesional kita.

Guru adalah seseorang yang telah mengabdikan dirinya untuk mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan, dan melatih muridnya agar memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya tersebut.

Baca Juga: Mahasiswa Universitas Suryakancana Melaksanakan Pembinaan Bahasa pada Siswa Kelas VI SDN Ciherang 1

Bacaan Lainnya

Dalam hal ini, guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tapi juga pendidikan lainnya dan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh para muridnya. Dari penjelasan tersebut, maka kita dapat memahami bahwa peran guru sangat penting dalam proses menciptakan generasi penerus yang berkualitas, baik secara intelektual maupun akhlaknya.

Sebutan untuk orang yang menggeluti di bidang pendidikan, tak terbersit sedikit pun saya melakoni peran ini, di mana harus berinteraksi dengan anak-anak dan rekan guru yang lain.

Menjadi seorang guru harus memiliki multi kemampuan, bukan hanya sekadar pintar mengajar tapi harus berperan sebagai orang tua, terkadang harus menjadi seorang sahabat mendengar curhat-curhatan mereka.

Menjadi seorang guru haruslah memiliki jiwa besar dan kesabaran ketika ada murid yang bermasalah baik di sekolah maupun di lingkungan keluarganya, apalagi mengajar di tingkat SMP di mana siswa-siswi sedang mengalami perubahan fisik maupun mental.

Di mana perilaku mereka yang ingin serba mencoba dan memerlukan perhatian dari seorang guru, masa remaja masa yang penuh semangat untuk mencoba hal yang baru.

Ikhlas  adalah kunci utama dalam mendidik dan mengajar siswa-siswi supaya dekat dengan mereka, berbagai karakter kita harus bisa menyelami apa yang mereka inginkan, kita tidak bisa menyamaratakan kemampuan semua siswa-siswi di sekolah.

Suatu tantangan yang bagi saya, harus bisa merangkul dan ada untuk mereka. Pendekatan dari hati ke hati harus saya lakukan supaya tau keinginan mereka di saat mengajar, terkadang harus masuk ke dalam pembicaraan mereka dan di situlah jadi tau mau seperti apa mereka.

Terikat, sebuah ikatan yang tidak terlihat tapi sangat terasa kuat mengikat batin saya, di saat tertentu hati ingin melepas ikatan ini, tapi ketika melihat wajah-wajah polos mereka, sapaan mereka membuat rindu hati ini ingin bertemu dengan mereka, merasa ada utang yang saya harus lunasi, kewajiban yang harus tunaikan. Ya bertemu dengan mereka mentransfer ilmu pengetahuan pada mereka.

Baca Juga: Mahasiswa Universitas Suryakancana Cianjur Gelar Pembinaan Bahasa Indonesia Baku di Kalangan Peserta Didik SDN Selajambe 4

Guru honorer, selama 10 tahun saya tekuni profesi ini dari hanya bermodal kepercayaan dari suami saya untuk menggantikan di MTs tempat dia mengajar karena tidak boleh dua sekolah yang dipegang.

Dan 5 tahun di sekolah negeri dengan bercermin dari pengalaman selama saya sekolah, saya mengajar dengan mencontoh guru-guru saya ketika memberikan pengajaran, dengan berjalannya waktu serta berbagai sekolah tinggi yang saya ikuti, saya harus meningkatkan kompetensi sebagai pendidik agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Maka dari itu mulai niat untuk kuliah walaupun tidak sesuai dengan yang saya inginkan, pertama kuliah saya mengambil jurusan bahasa Inggris namun pada saat menjalani ternyata tidak sesuai apa yang diharapkan akhirnya pas semester 2 saya keluar.

Tapi ada hikmahnya saya dipercaya di MTs itu untuk mengajar bahasa Inggris, karena belum ada yang mengajar bahasa Inggris. Kemudian ada lagi perkulihan jarak jauh jurusan PGSD itu saya lakoni sampai selesai tapi itu pun saya menelan kekecewaan ternyata nama saya tidak terdaftar di dikti dan universitas tersebut belum terakreditasi.

Namun semua itu tidak menyurutkan saya untuk terus mengajar dan bertemu dengan mereka. Anak-anak yang penuh semangat, yang selalu memberi energi positif.  

Akhirnya tahun 2019 ada universitas yang mengadakan beasiswa dan saya ikuti walaupun dengan berbagai kendala namun tidak menyurutkan saya untuk terus melanjutkan perkuliahan ini karena sangat penting bagi kelanjutan karier saya.

Tidak menutup kemungkinan saya ingin diangkat jadi PNS tapi kembali lagi pada takdir saya, apapun yang terjadi selama tenaga saya diperlukan selama saya kuat, sehat, Insya Allah saya ikhlas melaksanakan tugas yang mulia ini, tidak semua orang diberikan kesempatan yang indah ini.

Baca Juga: Mahasiswa Universitas Suryakancana Gelar Pembinaan Bahasa di MI Islamiyah Sayang Cianjur

Mentransfer ilmu yang bermanfaat bagi insan di dunia ini. Semoga apa yang lakukan ini menjadi ladang pahala kelak di akhirat nanti, semoga dari sekian anak yang ajar ada yang mendoakan saya ketika saya meninggal kelak, Aamiin.

Penulis:

 Yuliati
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Suryakancana Cianjur

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses