IPK Rendah Sulit Mendapatkan IPK Tinggi

opini
Ilustrasi: Pixabay

Bermula dari semester satu, saya awalnya kan sudah terdampak wabah Covid-19, walaupun ada wabah Covid-19 itu saya masih ke kampus, tetapi ke kampusnya cuma sebentar. Saat itu saya tidak belajar full.

Kalau jurusan yang saya tekuni itu teknik belajar pada dasarnya harus melihat dengan cepat/ gesit supaya bisa mengikuti, tetapi karena kemarin saya online jadi agak sulit mengikuti, selain itu saya sebenarnya punya keinginan untuk membeli buku di Shopee tetapi dilarang dan berakhir IPK rendah di semester 2.

Saya sudah frustasi, tetapi setelah selesai dari semester 2 itu saya langsung berubah pandangan. Karena mulai naik sedikit IPK saya, jujur saya kaget karena belum pernah lihat IPK tinggi dari IPK saya.

Baca Juga: Ingin Dapat IPK yang Tinggi? Coba Lakukan Cara Ini!

Bacaan Lainnya

Setelah saya membeli bukunya, IPK saya malah biasa saja, tetapi ada juga buku yang saya fikir kurang bisa dipakai buat belajar, karena bukunya telat dibeli dari semester 1 kemarin. Di semester ke-3, saya turun lagi IPK-nya karena waktu itu setelah lewat dari pertemuan awal, dan masuk ke pertemuan tengah, titik lemah saya karena saya lupa hyperlink, jadi dosen saya tidak mau kalau tidak hyperlink.

Di kala itu saya juga mengirimkan ke dosennya dengan bentuk tulisan tanpa warna biru, namun dosennya ga mau toleransi padahal saya dah capek-capek untuk berusaha mengumpulkannya. Di semester 4, IPK saya turun lagi karena awalnya sih merasa nilai bakal naik terus, saat liat eh ternyata turun.

Saat itu ada panik sebentar, setelahnya saya ga bisa jawab di satu mata kuliah itu, saya pun bingung bagaimana harus mendapatkan IPK yang tinggi, dan saya sekarang sudah semester 5 masih mencari cara agar dapat IPK tertinggi, yah saya untuk semester kedepannya juga akan lebih berusaha lebih keras dari sebelumnya tetapi saya tidak tahu itu akan dapat hasil terbaik atau malah sebaliknya.

Sebenarnya saya punya keluhan di balik semester 1 dan semester 3, dosennya menarik/unik dalam penilaian, sifatnya juga.

Dulu kalau saja saya belajar pasti ga seperti itu, tapi bagaimana lagi sekarang saya juga dah terlanjur kek begini, naluri saya kalau untuk dapat IPK tinggi tuh juga ga banget sih. Kalaupun saya sudah ke perpus tiap hari, entah apakah saya bisa dapat IPK tinggi atau tidak, itu pun jika seandainya saya sudah berusaha sepertinya tetap cuma dapat biasa aja sih.

Di waktu saya sudah ngerjain UAS itu dengan jawaban yang seadanya. Salah satu hal yang membuat IPK rendah sulit mendapatkan IPK yang lebih tinggi itu adalah tidak mengerti dalam pembelajaran mata kuliah yang dikasih dosen tersebut.

Baca Juga: Lebih Baik Mana Ngejar IPK, Aktif Berorganisasi atau Kuliah Sambil Bekerja

Sehingga saya memutuskan untuk belajar dari semester 1 tentang pemrograman 1, walaupun itu termasuk dari kursus, tetapi menurut saya masih belum ngebayangin kalau saya lupa tentang ilmu tersebut sehingga saya pun kadang galau jadi pembelajaran saya itu ga ada maknanya sekalipun saya punya waktu belajar.

Saya punya hasrat bermain yang lebih kuat pada saat semester 1 sampai sekarang, dalam jangka waktu 2 jam-an lebih saya main game sih. Waktu di semester 2 menyadarkan saya akan tanggung jawab kepada keluarga yang membiayai saya, ga ikut organisasi juga membuat saya ga ada nilai plus.

Berdasarkan apa yang saya ingin awalnya kemarin itu saya tidak ada minat ke kuliah sih, makanya saya jadi ga ‘harus’ masuk kuliah dan memilih kerja sebenarnya, tetapi saya ga tau sih mau kerja di mana, lalu akhirnya saya pun terpaksa berkuliah.

Penulis: Selpi
Mahasiswa Jurusan Informatika Universitas Katholik Musi Charitas

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses