Kunjungan Raja Salman ke Indonesia sebagai pesan politik bangkitnya kekuatan dunia Islam.
Kunjungan Arab Saudi ke Indonesia tidak terlepas dari kondisi politik dan ekonomi global yang kian memanas, antara blok barat dan blok timur, bahkan dualisme blok timur dan blok barat antara Arab Saudi dan Iran, dan antara Amerika Serikat, China dan Rusia. Sehingga menjadi pemicu renggangnya kerjasama negara-negara di dunia, khususnya negara-negara berkembang seperti Indonesia. Motif kerenggangan tersebut tidak hanya dipicu persolan politik, dan ekonomi tetapi ideologi keagamaan antara Sunni dan Syiah, antara hegemoni dan investasi.
Indonesia sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif (non-blok) dapat mengambil keuntungan pada konflik global tersebu, demi menjaga stabilitas ekonomi nasional dan harmonisasi antar negara ataupun ideologi. Seperti tidak bergabungnya Indonesia pada Aliansi Militer Islam, mendukung kemerdekaan palestina, berpartisipasi dalam perdamaian dunia dan lain-lain.
Walau keputusan tersebut memicu reaksi pro dan kontra, pemerintah tetap konsisten untuk tidak berpihak pada kelompok manapun. Walau realitasnya keberpihakan pemerintah terhadap gerakan cina (penguasa infrastruktur dan penyeludup tenaga kerja) dan iran (proyek oil company) terlihat nampak dan berimplikasi, tetapi pemerintah masih berdalih bahwa itu hanya sebatas menjaga harmonisasi dan kepentingan ekonomi nasional.
Sebagai negara muslim terbesar, Indonesia mengalami peristiwa tidak biasa yaitu polemik kebangsaan yg muncul berujung pada aksi demonstrasi besar-besaran umat Islam untuk menuntut keadilan. Keterlibatan umat Islam bukan didorong atas paksaan dan kebencian terhadap negara, tetapi didorong atas kesadaraan dan kecintaan terhadap agama, bangsa dan negara.
Gerakan umat Islam 4 bulan tekahir menjadi isu hangat di tingkat nasional bahkan international, karena lagi-lagi Islam dibuktikan oleh umatnya sebagai panutan dan ajaran yang toleran dan damai. Gerakan umat ini tidak sama sekali mengganggu ekonomi/investasi dan politik nasional, justru sebaliknya gerakan tersebut memicu negara di dunia untuk berinvestasi di Indonesia. Karena dianggap sebagai negara aman, nyaman dan damai. Hal tersebut kini dilakukan secara terbuka oleh Arab Saudi.
Kedatangan Raja Arab dan para pendampingnya ke Indonesia tanggal 1-9 Maret 2017 menjadi perbincangan hangat di semua lapisan masyarakat, bahkan negarapun dibikin sibuk karena jumlah rombongan yang banyak dan fasilitas yang masih proses penyelesaian. Jumlah rombongan kurang lebih mencapai 1500 orang dengan 14 menteri, 25 pangeran serta para pengusaha Arab Saudi. Berbagai agenda telah disiapkan di antaranya kunjungan kerja ke Istana, Parlemen dan berlibur selama 4 hari di Bali. Arab Saudi merencanakan investasi besar-besaran di Indonesia yang mencapai kurang lebih 300 Triliun. Ketertarikan Sang Raja berinvestasi bukan tanpa alasan, selama ini mereka memantau kondisi umat Islam Indonesia yang toleran dan damai serta iklim positif ekonomi nasional. Tidak hanya itu, motif lainya didorong oleh situasi politik international seperti rengganggya hubungan Amerika Serikat dan Arab Saudi, Kuatnya koalisi Iran, Rusia dan China, meredam hegemoni Amerika Serikat dan ideologi Iran di Negara-negara Asia dan Indonesia dianggap sebagai mitra strategis dan pontensial dalam penguatan politik dan ekonomi Arab Saudi.
Untuk itu, kedatangan Raja Salman bukan sebatas investasi di bidang industri, ekonomi, ketahanan, perlindungan WNI dan penambahan kuota haji serta minyak bumi tetapi untuk menyakinkan Indonesia bahwa Koalisi Militer/Umat Islam yg digagas Arab Saudi bukan untuk kepentingan kerajaan atau bangsa Arab tetapi kepentingan umat Islam, dan akan saling membantu negara-negara koalisi Islam baik politik, ekonomi, budaya ataupun ideologi, kedua inilah menjadi pesan politik Arab Saudi untuk mewujudkan Persatuan Dunia Islam. Ini adalah peristiwa bersejarah bagi indonesia karena setelah 47 tahun lamanya Raja Arab tidak datang ke tanah air, dan hari ini sebagai bukti bahwa Islam akan bangkit menjadi kekuatan baru.
SARIEF SAEFULLOH
Vice President AMSA (Asian Muslim Students Association)