Kejahatan Dunia Maya yang Nyata

Kemajuan teknologi telah membuat segalanya menjadi mudah, tak terkecuali dalam penyebaran informasi data pribadi. Amankah semua identitas pribadi dan foto kita yang tersebar di internet? Selanjutnya amankah segala identitas pribadi yang kita gunakan untuk registrasi akun sosial media atau aplikasi yang lain? Tidak ada yang bisa menjawab pasti untuk hal itu karena segala yang tersimpan dan tersebar di internet akan tetap ada jejaknya sekalipun sudah terhapus datanya.

Pada tahun 2019, pengguna internet di Indonesia telah mencapai 144 juta orang. Dengan pengguna yang banyak membuat data masyarakat Indonesia cukup mudah dicari di media sosial. Hal ini terjadi karena sebagian besar dari kita sering memberikan informasi pribadi di sosial media. Seperti halnya informasi tempat tinggal, nomor handphone, tanggal lahir, pendidikan serta identitas lainnya. Akibatnya, kejahatan siber dapat beroperasi dengan mudah terjadi di Indonesia.

Data statistik dari Kepolisian Republik Indonesia menyatakan bahwa kejahatan siber yang terjadi pada tahun 2019 dengan tingkat kasus terbanyak adalah penipuan online. Selanjutnya diikuti oleh penyebaran konter provokatif, pornografi, akses ilegal, peretasan elektronik, pencurian data dan lain sebagainya.

Bacaan Lainnya

Melihat peristiwa yang terjadi pada kurun waktu terdekat, tengah viral salah satu aplikasi media sosial TikTok yang ramai akan penggunanya. Banyak kalangan membuat video dengan aplikasi tersebut dan mengunggahnya. Lantas yang menjadi pertanyaan, amankah data-data pribadi yang berupa informasi data diri, foto, maupun video di database aplikasi tersebut?.

Dikutip dari research.checkpoint.com, “kerentanan dari aplikasi ini dapat dimanipulasinya konten, dihapusnya video, diunggahnya video yang tidak sah, dan dipersalahgunakannya identitas pribadi pengguna”. Berbagai kerentanan tersebut bisa dimanfaatkan oleh para peretas untuk mencuri data pengguna demi tujuan-tujuan yang dapat merugikan pengguna aplikasi tersebut. Menanggapi hal ini, para pengguna smartphone harus lebih selektif memilih aplikasi yang digunakan. Alasannya adalah begitu banyak aplikasi saat ini yang meminta pengguna mendaftar dan memasukkan identitasnya. Namun, banyak orang tidak tahu dengan kebijakan dan keamanan aplikasi yang mereka pakai. Mereka tidak tahu akan dikemanakan dan digunakan untuk apa data identitas penggunanya. Apakah dijaga kerahasiaannya atau malah dijual demi kepentingan perusahaan? Jangan sampai para pengguna memberikan identitas pribadi secara cuma-cuma hanya untuk sebuah layanan konten yang menarik.

Memang benar, belum ada kasus yang terjadi di TikTok, namun kita bisa melihat sebuah kasus yang terjadi di Tinder. Peretas telah mencuri lebih dari 70.000 foto pengguna Tinder dan sudah disebar oleh cybercrime website. Tidak diketahui secara pasti untuk motif apa foto-foto tersebut diambil. Bisa saja foto tersebut digunakan untuk membuat fake account untuk penipuan catfishing (membuat profil palsu di sosial media untuk menipu orang agar berpikir bahwa mereka adalah orang lain).

Dampak dari semua kejadian ini menunjukkan negara memiliki otoritas yang kurang terhadap warga negaranya sendiri dalam bersosial media. Sedangkan pemilik aplikasi media sosial jauh lebih tahu tentang informasi, kesukaan, perilaku dan kebiasaan dari para penggunanya. Hal tersebut bisa terjadi karena pemilik aplikasi bisa mengetahui tingkah laku para penggunanya di dalam aplikasi tersebut melalui informasi yang diberikan serta hal-hal yang sering dilakukan oleh pengguna. Jika sebuah aplikasi mempunyai user yang banyak, seakan akan tercipta sebuah negara virtual baru di dalam jejaring sosial. Para pemilik sebuah aplikasi seolah-olah menjadi seorang presiden dan rakyatnya adalah para user. Sang pemilik bisa melakukan hal-hal apa saja yang dia inginkan karena dia sudah mempunyai informasi-informasi data diri para user. Dia bisa tetap menjaga bahkan menjualnya.

Jika aplikasi yang kita gunakan memiliki tingkat pengamanan yang cukup bagus dan terpercaya, kita bisa menggunakannya tanpa ragu. Jika sebaliknya, maka kita perlu meninjau ulang amankah data informasi kita pada aplikasi tersebut. Apabila terjadi penyalahgunaan identitas dalam jumlah yang besar oleh kelompok kriminal siber, kestabilan bangsa dapat terancam. Masyarakat akan mulai ragu dengan keamanannya di dunia maya, sedangkan negara sendiri memiliki akses yang kurang terhadap warganya dibandingkan para pemilik aplikasi.

Jangan sampai karena penyalahgunaan data masyarakat Indonesia dan lemahnya sistem keamanan membuat ekonomi tidak stabil. Apabila penjahat dapat mengakses akun bank korban dan mengambil uang dalam jumlah yang banyak lalu hal tersebut tersebar luas di penjuru negeri, tingkat kepercayaan masyarakat terutama pemilik akun bank tersebut akan menurun. Dampaknya mereka bisa saja mengambil semua uang simpanan di bank. Akibatnya terjadi penarikan dana dalam jumlah yang banyak yang bisa mengancam kestabilan perekonomian negara.

Dunia internasional akan mulai melihat tingkat keamanan negara ini dan memandang sebelah mata. Lalu, tujuan negara untuk “melindungi segenap bangsa” itu harusnya tidak hanya melindungi dalam bentuk fisik. Pemerintah seharusnya melindungi dalam dunia jejaring sosial dengan melindungi privasi data para penduduk indonesia. Negara harus ada tindakan konkrit dalam melindungi data privasi penduduknya. Negara jangan hanya mengurus penjualan sinyal 4G dan pembaruan 5G saja. Negara bisa melakukan review keamanan setiap media sosial yang digunakan oleh masyarakat Indonesia, seperti apa yang telah dilakukan Amerika Serikat. Jika ditemukan beberapa aplikasi yang memiliki keamanan yang rendah, sebaiknya dapat diinformasikan ke publik guna mengurangi penggunanya dan mengurangi resiko kejahatan siber.

Kejahatan siber tidak dapat kita pandang sebelah mata karena hal tersebut nyata dan sering terjadi. Baik yang terberitakan dan tidak, fenomena tersebut telah terjadi di setiap penjuru negara dengan korban kejahatan tersebut yang tidak sedikit. Jangan sampai kita menjadi korban dari kejahatan dunia maya akibat pengawasan keamanan data yang rendah. Oleh karenanya kita semua sebagai pengguna smartphone harus lebih selektif dalam berinternet dan memilih aplikasi yang digunakan agar data dan identitas kita lebih terjaga. Jangan karena aplikasinya menarik lalu kita menggunakannya leluasa, apalagi mengunggah informasi pribadi di media sosial. Jangan sampai kita menukar data identitas pribadi secara cuma-cuma demi mendapatkan pelayanan digital demi kepentingan sosial media,. Hal yang perlu kita semua ingat bahwasannya kejahatan siber itu ada dan dimana-mana. Kita tidak bisa menghindar, yang bisa kita semua lakukan yaitu berupaya meminimalisasi risikonya.

Jauharul Arifin
Mahasiswa Sampoerna University

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI