Ketika Mahasiswa “Influencer” Menyontek: Antara Citra dan Realitas

Di zaman digital yang dipenuhi oleh media sosial, banyak mahasiswa terjerumus dalam godaan untuk membangun citra yang terlihat sukses dan berprestasi. Bagi sebagian dari mereka, hal ini tidak selalu berkaitan dengan pencapaian nyata, tetapi lebih tentang bagaimana mereka membangun merek diri mereka secara daring.

Namun, terkadang citra yang dibangun ini jauh bertentangan dengan realitas yang sebenarnya, terutama ketika mahasiswa terlibat dalam perilaku akademik yang tidak etis, seperti menyontek. Bagaimana dampaknya ketika tindakan online yang terkesan prestisius tersebut saling bertentangan dengan perilaku sehari-hari yang tidak etis di dunia nyata?

Fenomena “Influencer” di Kalangan Mahasiswa

Fenomena mahasiswa yang menjadi “influencer” telah menjadi semakin umum dalam beberapa tahun terakhir. Mereka menggunakan platform media sosial seperti Instagram, YouTube, dan TikTok untuk membangun citra diri mereka sebagai individu yang sukses, penuh prestasi, dan memiliki gaya hidup yang menginspirasi.

Bacaan Lainnya
DONASI

Postingan mereka seringkali mencakup berbagai pencapaian akademik, kegiatan ekstrakurikuler yang menarik, serta gaya hidup yang tampak glamor, seperti perjalanan ke destinasi eksotis, gaya fashion terkini, dan kegiatan sosial yang mendukung berbagai penyebab. Dengan konten yang dirancang untuk menarik perhatian, mereka menjadi panutan bagi banyak orang, terutama rekan mahasiswa lainnya, yang terinspirasi untuk mengejar mimpi mereka sendiri.

Baca juga: Influencer: Agen Perubahan atau Manipulasi?

Kesenjangan antara Citra dan Realitas

Tentu saja, di balik kilau glamor yang ditampilkan di platform media sosial, terkadang tersembunyi kisah-kisah yang jauh dari sempurna. Ada mahasiswa yang mungkin merasa tertekan oleh tekanan untuk mempertahankan citra kesuksesan yang terlihat sempurna secara online. Dalam upaya untuk terlihat sukses, beberapa dari mereka mungkin mencari cara-cara untuk membangun citra yang terkesan prestisius, bahkan jika itu berarti mengambil jalan pintas seperti menyontek.

Ini adalah paradoks menarik di mana mahasiswa berjuang untuk menampilkan diri mereka sebagai pemenang di dunia digital, sementara kenyataannya mereka mungkin menghadapi tantangan nyata dalam mencapai kesuksesan akademik yang sejati. Tekanan untuk menyamai standar kesuksesan yang seringkali dipersepsikan melalui gambar-gambar yang sempurna di media sosial dapat menghasilkan lingkungan yang tidak sehat, di mana kemampuan akademik dan pencapaian sejati seringkali terabaikan demi mencitrakan citra yang mengesankan.

Baca juga: Pengaruh Influencer terhadap Gen Z dalam Aspek Budaya

Dampak dari Perilaku Tidak Etis

Tindakan mencontek merupakan perilaku yang tidak etis dan bertentangan dengan norma-norma akademik yang berlaku. Selain berpotensi mengurangi kemampuan belajar dan menghambat pengembangan keterampilan yang sangat penting untuk masa depan, praktik mencontek juga dapat menghancurkan kepercayaan yang seharusnya dibangun dalam lingkungan akademik.

Bagi mahasiswa yang berusaha membangun citra positif di platform media sosial, ketahuan melakukan tindakan mencontek bisa merusak reputasi yang telah mereka perjuangkan dengan susah payah untuk membangunnya.

Mengatasi Tekanan Sosial Media

Sangat penting bagi mahasiswa untuk memahami bahwa kesuksesan yang berkelanjutan tidaklah bisa diraih dengan jalan pintas atau instan. Alih-alih hanya memperhatikan penampilan di media sosial, mereka perlu menekankan pengembangan diri secara menyeluruh, baik dalam hal akademis maupun pribadi. Lebih dari itu, mereka harus belajar bagaimana mengelola tekanan untuk tampil sempurna di media sosial dan menghargai proses pembelajaran yang berkelanjutan.

Ini bukan hanya tentang mencapai tujuan akademis, tetapi juga tentang pertumbuhan pribadi yang berkelanjutan. Ini tentang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang akan membantu mereka berhasil tidak hanya dalam lingkungan akademis, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, mahasiswa perlu fokus pada pembelajaran yang berkelanjutan, memperbaiki diri secara terus-menerus, dan menerima bahwa perjalanan menuju kesuksesan membutuhkan waktu dan dedikasi yang sungguh-sungguh.

Baca juga: Influencer Muslim di Bawah Belenggu Liberalisme

Kesimpulan

Dari fenomena mahasiswa yang menjadi “influencer” di media sosial dan praktik menyontek adalah bahwa tekanan untuk mempertahankan citra kesuksesan yang terlihat sempurna secara online seringkali menghasilkan perilaku tidak etis di dunia nyata.

Meskipun banyak mahasiswa berjuang untuk menampilkan diri mereka sebagai pemenang di dunia digital, kenyataannya mereka mungkin menghadapi tantangan nyata dalam mencapai kesuksesan akademik yang sejati.

Dalam menghadapi hal ini, penting bagi mereka untuk memprioritaskan pengembangan diri secara menyeluruh, mengelola tekanan media sosial, dan menghargai proses pembelajaran yang berkelanjutan, sehingga mereka dapat mencapai kesuksesan yang berkelanjutan dalam kehidupan mereka, baik di lingkungan akademis maupun di luar itu.

Penulis: Roisah Adliyah

Mahasiswa Jurusan Teknologi Laboratorium Medik, Universitas Airlangga

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI