Mahasiswa Zaman Now Arogan?

Mahasiswa
Ilustrasi: istockphoto

Beberapa hari terakhir seringkali kita temui mahasiswa dan kasus-kasusnya yang menggemparkan netizen media sosial.

Contoh yang paling sering ialah kasus mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diusir dari desa tempat mereka mengabdi karena membuat konten yang isinya menyindir fasilitas yang ada di desa, juga ada yang diusir karena menghina tidak ada gadis cantik di desa tersebut.

Kasus lain yang tak kalah menggemparkan adalah kasus pembunuhan mahasiswa Universitas Indonesia yang dibunuh abang tingkatnya sendiri. Korban dibunuh di kosnya kemudian barang-barangnya diambil pelaku, motif pelaku membunuh korban karena iri dengan keberhasilan korban, ia juga terlilit utang pinjol karena gagal bermain kripto dan menunggak bayar kos.

Bacaan Lainnya
DONASI

Tak kalah hebohnya juga kasus Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) dan Festival Budaya untuk mahasiswa baru yang diadakan salah satu kampus UIN yang menerima endorse sponsorship dengan perusahan pinjol tanpa sepengetahuan pihak rektorat kampus, di mana DEMA meminta para mahasiswa baru untuk mendaftar pinjol dengan klaim sebagai edukasi waspada pinjol. Akibatnya 3000 data mahasiswa baru terjual, DEMA dibekukan dan ketuanya dipecat, kampus tersebut sedang membersihkan namanya dengan berbagai cara.

Dari berbagai kasus mahasiswa yang sempat menggemparkan netizen media sosial itu, semuanya memiliki kesamaan yaitu tentang gaya hidup dan arogansi.

Apakah mahasiswa zaman now terlalu mementingkan gaya hidup sehingga memandang rendah gaya hidup orang yang di bawah dan memandang iri gaya hidup orang yang di atas? Beberapa hal tersebut balik lagi ke diri masing-masing mahasiswa dan lingkungan pergaulan mereka.

Namun fakta di lapangan jika berkaca dari kasus yang gempar seakan-akan menampilkan sisi gelap dari mahasiswa sekarang yang semuanya bersumber dari sifat yang arogan dan ingin diakui.

Berkaca pada kasus mahasiswa KKN yang diusir dari desa karena menginginkan fasilitas yang tidak ada di desa, apakah mahasiswa zaman now sulit hidup sederhana walau hanya untuk beberapa bulan selama KKN? Juga arogansi mahasiswa yang merasa lebih cantik daripada gadis di desa tempatnya ber-KKN sehingga dengan mudah melontarkan kata yang seakan menghina penduduk lokal desa tersebut.

Kasus pembunuhan mahasiswa UI juga disebabkan karena gaya hidup pelaku pembunuhan yang ingin sukses di usia muda tanpa mempertimbangkan risiko besar di baliknya. Mental yang belum terlalu dewasa dan tidak siap menanggung utang puluhan juta membuat mahasiswa ini tidak berfikir jernih.

Apa kebiasaan yang melahirkan karakter yang tidak bertanggung jawab seperti ini? Ya, lagi-lagi arogansi yang ingin diakui bahwa, ‘aku harusnya lebih kaya, aku harusnya lebih baik dari dia’.

Berkaca dari kasus PBAK di kampus UIN yang mengenalkan edukasi pinjol di kalangan maba, dapat disimpulkan bahwa pinjol sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa. Kenapa harus pinjol? Karena ini menjadi pilihan mudah dan cepat untuk mendapatkan validasi dari orang lain.

Memang kita tidak bisa menilai semua mahasiswa hanya dari beberapa kasus di atas, tapi pernahkah kita terfikir, ‘harusnya hal ini tidak terjadi kalau saja kita tidak memiliki sifat jelek seperti ini, tidak hanya kita tapi semua mahasiswa’.

Karakter yang arogan tidak terlepas dari dampak media sosial. Media sosial menayangkan semua hal yang mewah dan menyenangkan dari influencer yang dijadikan panutan. Sudah pasti semua influencer tersebut tidak mau menampilkan sisi kelam mereka, sisi kehidupan yang sulit dan menyedihkan, semua ditayangkan serba menyilaukan mata.

Hal ini berdampak pada generasi muda yang lebih sering bermain media sosial lalu diaplikasikan ke kehidupan nyata lewat lingkungan pergaulan. Termasuk juga para mahasiswa.

Mahasiswa bisakah hanya fokus belajar saja dan membaca banyak buku? Mungkin jika jawabannya iya, itu hanya mimpi para dosen killer.

Kenyataan pahit yang harus diterima adalah, mahasiswa lebih suka ke kafe untuk pamer pencapaian, lebih suka foto selfie dan membuat konten tidak bermanfaat saat KKN, berkuliah hanya untuk menaikkan jabatan atau kabur agar tidak bekerja di usia muda, dan kebiasaan yang kurang mengenakkan lainnya.

Lagi-lagi kita tidak boleh menilai orang dari hanya sebagian sampel bukan? Tapi kenapa hampir semua mahasiswa seperti itu?

Sebagai mahasiswa, mari hilangkan kesan jelek yang menempel pada kita. Mulai dari hal kecil dari diri sendiri, fokuslah pada akademikmu, jangan membuat malu almamater kampus sendiri, jangan coreng lagi kata mahasiswa dengan sifat yang bisa saja menjelekkan profesi mahasiswa.

Kembalikan jiwa mahasiswa yang tidak lembek, buang sifat sombong dan ingin diakui. Terapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi di kehidupan sehari-hari bahkan ketika sudah tidak lagi menjadi mahasiswa sekali pun.

Sebagai mahasiswa zaman now, manfaatkan media sosial dan teknologi sebaik-baiknya. Karena masyarakat juga menilai bagaimana kamu berfikir, kamu bertindak, dan kamu berbicara. Apa perlu ada Kode Etik Mahasiswa seperti profesi lainnya agar mahasiswa tidak berfikir bahwa mereka hanyalah pelajar yang tidak memakai seragam?

Penulis: Ika Ayuni Lestari     

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI