Abstrak
Al-quran memandang kesehatan adalah suatu kondisi sehat secara menyeluruh, baik secara fisik, mental, spiritual dan sosial.
Hal tersebut harus terjaga tidak hanya dengan menjaga masalah kesehatan secara individu, tapi juga perlu menjaga sistem kesehatan keluarga dan menjaga sistem kesehatan masyarakat.
Dalam isyarat ayat-ayat Al-quran mengetengahkan prinsip-prinsip menjaga kesehatan dan penyembuhan, prinsip ini terkait dengan perintah dan larangan yang harus dipatuhi agar kesehatan tetap terjaga.
Pertama terkait dengan masalah kebersihan, nutrisi dan olahraga. Kedua terkait dengan diagnosa terhadap masalah ganguan mental, spiritual dan terapi sosial.
Dalam Islam, kesehatan bukanlah entitas yang terpisah tetapi salah satu unsur penting dalam mewujudkan kedamaian, kesehatan individu, keluarga dan sosial sangat terkait satu sama lain, dan ketiganya harus diperlakukan dengan adil dan berkesinambungan.
Tidak dibenarkan mengorbankan salah satu komponen untuk kepentingan komponen lainya, ketiganya memiliki kepentingan sama dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip kebutuhan dan urgensinya.
Kata Kunci: Agama, kesehatan, tujuan hidup sehat.
Latar Belakang
Perilaku hidup bersih dan sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur–jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dengan perkataan lain, masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. (Nashriyah, 2021)
Baca juga: Pentingnya Peran Agama dalam Kesehatan Tubuh dan Mental pada Diri Manusia
Hamid Zahron menyebutkan: “agama sebagai sarana untuk mewujudkan keimanan, kedamaian dan ketenangan jiwa. Agama menurutnya merupakan anugrah Allah ﷻ demi kemaslahatan manusia agar hidupnya berjalan normal.
Agama akan membawa manusia pada keimanan, akhlak dan amalan sholeh akan membawanya pada kesehatan mental. Agama adalah kasih sayang, keikhlasan, kebahagiaan, kedamaian dan keselamatan.
Menurut Ibnu Kholdun dalam mukaddimahnya menjelaskan: “masyarakat Arab tidak memperoleh kemulian tanpa memiliki stempel agama dari kenabian, dampak besar agama sangat urgent, karena meraka memiliki krakater jelek dan sulit menghargai orang lain, berkarakter kasar, sombong, dengki dan tidak koperatif” (Hadi, 2020).
Ibadah tidak lepas dari unsur kesehatan, nikmat Allah ﷻ yang paling besar adalah nikmat sehat. Tanpa fisik dan mental yang sehat manusia tidak bisa melakukan aktivitasnya.
Dengan begitu nikmat sehat tersebut perlu disyukuri, agar pemberian Allah ﷻ kepada hambanya semakin bertambah.
“Sesungguhnya Allah ﷻ senang melihat bekas nikmat yang ia berikan kepada hamba-Nya.” (HR. Tirmudzi dan Hakim, Imam Suyuthi meng-hasan-kannya).
Dalam agama setiap aspek kehidupan selalu di atur baik itu hal-hal besar seperti beribadah, pola makanan yang sehat, berpuasa, pekerjaan sampai pada hal-hal yang kecil dalam kehidupan sehari-hari seperti berpakaian, memakai sandal, keluar rumah dan lain-lain.
Dalam islam mempersilahkan manusia dengan kecerdasannya untuk mengembangkan sains dan teknologi, menurut Mahdi Guhulsyani bahwa dalam Al- Qur’an terdapat 750 ayat yang mempunyai relevansi dengan sains dan teknologi.
Karena itu para ilmuan tidak menemukan kesulitan dalam menghubungkan alam ini (sains) dan Tuhan, sebab dengan adanya Al-Qur’an para ilmuan menganggap bahwa poros utama ilmu pengetahuan modern tidak sedikit yang diwariskan oleh islam (Rakhmawati, 2021).
Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang di atas maka didapatkan beberapa rumusan masalah, yaitu:
- Bagaimana manfaat agama?
- Bagaimana manfaat agama untuk kesehatan?
- Bagaimana makna sehat dalam islam?
- Bagaimana mengajarkan pola hidup sehat?
- Bagaimana memberikan tujuan hidup dan berfikir positif?
Baca juga: Kesehatan Anugerah Terindah dari Tuhan
Metode Penelitian
Jenis penelitan ini adalah penelitian kepustakaan (library research) atau studi literatur dengan mengumpulkan datapustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian (Sugiyono,2013). Penulis menjelaskan secara deskriptifobjek penelitiannya yaitu tentang manfaat manfaat ibadah bagi kesehatan menurut agama islam.
Pembahasan
Manfaat Agama
Dalam kesehatan sebagai sumber moral agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan.
Bagi orang beragama, mereka memegang keyakinan bahwa perlakuan Tuhan sesuai dengan persangkaan manusia kepada-Nya.
Sumber keilmuan sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun dapat berperan sebagai sumber keilmuan bagi bidang kesehatan.
Konseptualitasi dan pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari agama, dapat kita sebut kesehatan profetik.
Agama pun menjadi sumber informasi untuk pengembangan ilmu kesehatan gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal.
Praktik-praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan terapi kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, yoga, meditasi, dan tenaga prana adalah beberapa ilmu agama yang dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan.
Amal agama sebagai amal kesehatan, seiring dengan pemikiran yang dikemukakan sebelumnya, bahwa pola pikir yang dianut dalam wacana ini adalah all for health, yaitu sebuah pemikiran bahwa berbagai hal yang dilakukan individu mulai dari bangun tidur, mandi pagi, makan, kerja, rehat sore hari, sampai tidur lagi, bahkan selama tidur pun memiliki implikasi dan kontribusi nyata terhadap kesehatan.
Baca juga: Hakikat Manusia dalam Pandangan Hukum Islam
Manfaat agama untuk kesehatan?
Pada umumnya, orang beranggapan bahwa kesehatan penting bagi kehidupan manusia. Tetapi sebagian besar berpandangan bahwa seseorang dianggap sehat bila berada dalam keadaan tidak sakit dan tidak cacat.
Kesehatan dipandang sebagai sesuatu yang alami dimiliki oleh setiap orang. Kadangkala orang baru sadar akan pentingnnya pemeliharaan kesehatan bila pada suatu saat dirinya atau anggota keluarganya terkena sakit.
Dengan kata lain, pengertian kesehatan terlalu sempit, hanya terabatas pada “upaya mencari pengobatan” terhadap penyakit yang sedang dideritanya.
Kesehatan juga dipahami secara statis, hanya terbatas pada keadaan sehat atau sakit, yaitu “sehat dalam arti tidak sakit” dan “sakit dalam arti tidak sehat”.
Tingkatan keadaan sehat atau sakit kurang dipahami, sehingga upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan yang mestinya dilakukan pada waktu sehat, kurang diperhatikan oleh masyarakat luas (Haryanto, 2017).
Padahal, pemeliharaan kesehatan untuk mencegah penyakit nilainya lebih baik dari pengobatan terhadap penyakit.
Para ulama mengatakan “menjaga kesehatan itu lebih baik dari pada mengobatinya setelah sakit”, Bila dipahami secara mendalam, maka sebenarnya banyak ajaran Islam tentang ibadah yang erat kaitannya dengann pemeliharaan kesehatan.
Misalnya ajaran Islam tentang thaharah atau bersuci seperti mandi,wudhu dan istinja yang harus mempergunakan air bersih merupakan amaliyah yang mengandung manfaat bagi pemeliharaan kesehatan.
Demikian pula ajaran tentang muamalat seperti makan dan minum erat kaitannya dengan kesehatan. Sebaliknya upaya-upaya yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan mengandung nilai ibadah.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan syar’i pada manusia ada lima perkara, yaitu: terpeliharanya agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
Maka setiap apa saja yang menjamin terpeliharanya kelima hal itu, adalah maslahat. Melawan apa saja yang menyebabkan lepasnya keselamatan atas lima masalah perkara itu adalah mafsadat. Karenanya, upaya menolak mafsadat itu adalah maslahat.
Baca juga: Dampak Al-Quran dalam Menjaga Kesehatan Mental Umat Manusia
Makna Sehat Dalam Islam
Pola hidup artinya kebiasaan seseorang dalam hidupnya dan berlangsung dalam waktu panjang. Pola hidup seseorang sangat berkaitan dengan pola makan, minum, tidur, kebersihan, pergaulan, dll.
Pola hidup yang baik apabila seseorang sehat secara fisik dan jiwanya, dengan memilih sifat ridho dan qonaah.
Pola hidup yang baik ini akan diperoleh manusia kalau bisa mengambil jalan sedang dalam hal apapun, termasuk dalam pola makan, minum, beraktifitas, pergaulan dan lain sebagainya.
Setidaknya ada tiga pola menurut M. Haisyam Al-Khayyat agar manusia mempeoleh kesehatan mental:
- Membiasakan hidup sehat.
- Menghindari hal yang mudhorat atau melakukanya.
- Kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan
Banyak sekali terdapat dalam Al-qur’an dan Hadits yang menjelaskan tentang cara menjaga kesehatan tubuh dengan cara menjaga kebersihan tubuh keseluruhan atau satu persatu.
Contoh berikut adalah cara Islam untuk menjaga kesehatan dengan kewajiban bersuci :
1) Perintah berwudhu’
Islam mewajibkan berwudhu’ ketika telah batal dan menekankan agar memperbaharuinya ketika hendak beribadah meskipun belum batal.
Rasulullah ﷺ seperti yang diriwayatkan oleh Tirmidzhi selalu berwudhu’ dalam setiap sholat, dan hukumnya sunnah bagi orang yang sedang jenabah ketika ingin makan dan minum.
Serta bagi suami yang ingin berhubungan intim kedua kalinya, ketika ingin tidur, sedang marah, ghibah, masuk masjid, adzhan, ziarah kubur dan ketika menyentuh Alqur’an, jenasah, para penghafal Alquran, para pakar dalam qira’ahnya .
2) Perintah mandi
Kesehatan manusia bisa terpelihara dengan cara menjaga kebersihan tubuhnya melalui mandi setiap hari, bahkan dalam Islam, bagi orang yang sedang janabah, mandi itu hukumnya wajib.
3) Mengkonsumsi makanan yang baik
Dalam menjaga kesehatan wajib mengkonsumsi makanan yang baik, sedangkan yang dimaksud baik bisa ditempuh dengan cara berikut: (1) mengupayakan makanan yang bergizi dan menghindari makanan yang haram, (2) makan secukupnya dan tidak boleh berlebihan.
Hadits Nabi Muhammad ﷺ: “setiap anak Adam tidak memenuhi sebuah bejana yang lebih jelek dari orang yang perutnya dipenuhi dengan makanan, cukuplah bagiannya sejumlah makanan yang membuat tulang punggungnya menjadi kuat”(Hadi, 2020).
Baca juga: Kembalikan Hati pada Pemilik
Mengajarkan Pola Hidup Sehat
Islam banyak mengajarkan pola hidup sehat mulai dari berolahraga, mengkonsumsi makanan dan berpuasa.
Beribadah kepada Allah ﷻ merupakan salah satu olahraga yang baik untuk manusia tanpa kita sadari, gerakan-gerakan shalat mengandung manfaat untuk kesehatan pada tubuh seseorang.
Pada awal gerakan shalat yaitu takbiratul ihram dapat mencegah berbagai penyakit pada persendian seperti rematik, membuat oksigen pada tubuh menjadi optimal dan metabolisme tubuh juga optimal.
Ruku’ pada posisi gerakan shalat dapat memberikan manfaat pada tubuh untuk menghindari penyakit pada tulang belakang, melancarkan sirkulasi darah ke jantung dan sistem saraf.
I’tidal pada gerakan shalat dapat membantu metabolisme otak dan jantung bekerja secara optimal dan menstimuluskan cabang saraf besar dari bahu ketiak, organ jantung dan paru.
Gerakan shalat pada saat sujud dapat membuat sirkulasi darah dari jantung keseluruh tubuh lancar dan pada otak sebagai pusat susunan saraf juga terpenuhi yang sistem saraf tersebut akan berpengaruh terhadap seluruh tubuh.
Berpuasa memiliki manfaat lainnya yaitu: menurunkan berat badan hingga 7% dan menurunkan lemak tubuh hingga 5 kg.
Penggunaan lemak yang diubah menjadi energi dapat membantu menurunkan berat badan, menurunkan resiko diabetes melalui penurunan resistensi insulin dan kadar insulin puasa.
Menurunkan tekanan darah terjadi karena puasa dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan, menjaga kesehatan kardiovaskular, meningkatkan masa otot pada saat berpuasa dapat mendorong keluarnya hormon pertumbuhan manusia yang disebut juga dengan HGH yang efektif dalam mengatasi obesitas dan membantu masa otot pada tubuh.
Secara efektif mengurangi kelebihan lemak dan puasa dapat mengubah pola makan karena dengan berpuasa tubuh dibiasakan untuk tidak lapar sepanjang waktu puasa.
Baca juga: Manfaat Melakukan Olahraga untuk Kesehatan Mental
Memberikan Tujuan Hidup Dan Berfikir Positif
Penelitian menemukan bahwa agama dapat membuat orang memiliki tujuan hidup, dengan beragama seseorang lebih merasa tenang, bahagia dan bersyukur dengan kehidupannya.
Sehat secara mental dan fisik menjadi manfaat bagi orang yang beragama begitu juga dengan orang yang tidak memeluk agama namun kesehatan mereka karena faktor lain seperti mengembangkan kecerdasan emosional dan menjalani gaya hidup sehat.
Orang yang memeluk agama cenderung optimis dan memiliki pola fikir yang positif dengan faktor optimisme tersebut dapat mempengaruhi kesehatan pada tubuh.
Sebab orang yang beragama lebih merasa bahagia dan bersyukur akan hidupnya. Sehingga resiko lebih rendah mengalami gangguan jiwa atau depresi (Rakhmawati, 2021).
Penutup
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat dikatakan jika mampu dilakukan dengan baik maka hidup sehat yang kuat akann terbentuk dan pada akhirnya akan menghantarkan kepada kebahagiaan dan kesehatan.
Untuk itu perlu ditekankan lagi agar menjaga pola hidup yang sehat agar mampu menjalankan ibadah dengan khusyuk dan benar. Dan tentunya bisa lebih istiqomah dalam menjalankan ibadah.
Saran
Agama pada hakekatnya bertujuan membina dan mengembangkan kehidupan yang sejahtera di dunia dan diakhirat, sehat badannya sebagai cerminan dari sehat jasmani.
Perasaan damai di hatinya sebagai cerminan dari sehat rohani maka kita harus dapat saling mendukung, saling melengkapi, saling terpisah dan bergerak dalam kewenangannya masing-masing.
Penulis: Mawar Eka Aprilia
Mahasiswa Jurusan Farmasi, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Imamah Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Referensi
Hadi, A. (2020). Konsep Dan Praktek Kesehatan Berbasis Ajaran Islam. Al-Risalah, 11(2), 53–70. https://doi.org/10.34005/alrisalah.v11i2.822
Haryanto, H. C. (2017). Apa Manfaat Dari Agama? (Studi Pada Masyarakat Beragama Islam Di Jakarta). Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 18(1), 19. https://doi.org/10.26486/psikologi.v18i1.346
Nashriyah, N. (2021). Pengaruh Kepercayaan Agama Terhadap Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs). 26(13), 1802–1811.
Rakhmawati, S. (2021). Peran Agama Dalam Kesehatan (sains) Suci Rakhmawati Program Studi Ekonomi Syariah UINSI Samarinda. Eltafani, 1(1), 1–5. https://journal.iain-samarinda.ac.id/index.php/ELTAFANI/article/view/3700