Manuskrip Al-Qur’an Batusangkar Warisan Dunia Islam

Al-Qur’an merupakan kitab suci berisi perkataan atau firman Tuhan yang sangat dimuliakan dalam Islam. Perjalanan Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad pada bulan Ramadhan, dalam bentuk aslinya hingga saat ini merupakan ciri khas yang tidak dimiliki kitab-kitab suci sebelumnya.

Teks Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup umat Islam adalah apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad SAW lebih dari empat belas abad yang lalu, tanpa penambahan atau pengurangan, bebas dari distorsi dan juga perubahan.

Masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A. banyak penghafal Al-Qur’an yang wafat terbunuh dalam peperangan. Khawatir hilangnya Al-Qur’an, Umar bin Khattab menasihatinya untuk mengumpulkan Al-Qur’an yang pada awalnya ditulis di atas pelepah kurma dan disimpan di peti.

Baca Juga: Siapakah Lelaki Idaman dalam Al-Quran?

Bacaan Lainnya

Kemudian pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Al-Qur’an dikumpulkan menjadi satu ditulis serta disalin dan mendistribusikan salinannya ke negara-negara Islam terbuka (Muhammad Ali Al-Hassan 1421:151).

Literasi di zaman kuno merupakan  keterampilan yang hanya dimiliki sedikit orang. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menyebutkan literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi,  menghitung, dan menggunakan bahan cetak dan tertulis yang terkait dengan konteks yang berbeda.

Gambar 1.

Literasi melibatkan pembelajaran yang memungkinkan individu untuk mencapai tujuan mereka, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi mereka dan partisipasi penuh dalam masyarakat luas. Naskah kuno menjadi salah satu contoh yang dapat dijadikan sebagai sumber literasi bagi masyarakat luas.

Masyarakat Indonesia masih menyimpan naskah-naskah kuno dalam jumlah yang cukup banyak. Meskipun jumlah manuskrip kuno pada setiap wilayah tidak sama, persebaran manuskrip kuno ditemukan hampir di seluruh wilayah kepulauan Indonesia.

Naskah lama dapat dikatakan sebagai dokumen suatu bangsa yang berisi informasi penting. Namun seiring berjalannya waktu, manuskrip yang banyak diminati oleh peneliti dan juga masyarakat di antaranya meliputi kajian ilmu tentang fiqh, tasawuf, atau bidang ilmu lainnya. Karena isi kandungan yang terdapat pada Al-Qur’an selalu sama dan tidak berubah, kajian manuskrip Al-Qur’an ini kurang digemari dan juga diminati.

Gambar 2.

Baca Juga: Dampak Al-Quran dalam Menjaga Kesehatan Mental Umat Manusia

Menurut Ahmad Jaelani (2018:7) naskah Al-Qur’an memiliki berbagai hal menarik yang dapat dijadikan bahan pembelajaran manuskrip, seperti usia pada naskah, tanda baca, jenis kertas yang dipakai, rasm, qira’at, ataupun aspek lain yang berkaitan dengan manuskrip.

Mushaf Nusantara Database of Southeast Asian Mushafs yang dikelola oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia menjadi tumpuan data mushaf Al-Qur’an yang berada di Kawasan Asia Tenggara. Salah satu bentuk manuskrip Al-Qur’an berasal dari wilayah Ampalu, Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Pemilik naskah mushaf ini berasal dari Bapak Kamaluddin yang merupakan pengajar STAIN Batusangkar. Tidak terdapat jejak kolofon yang menjelaskan sehingga tahun penyalinan mushaf ini tidak diketahui dengan jelas. Terdapat 574 halaman dalam mushaf tersebut dan setiap halaman terdiri dari 15 baris serta tidak terdapat halaman yang kosong. Mushaf ini diawali oleh surah Al-Fatihah dengan deskripsi nama surah dan juz.

Awal Teks: Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm (1) Al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn (2) Ar-raḥmānir-raḥīm (3) Māliki yaumid-dīn (4) Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn (5) Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm (6) Sirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn (7)

Yang artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (1) Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (2) Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (3) Pemilik hari pembalasan (4) Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan

Baca Juga: Al-Quran sebagai Sumber Obat (Syifa) bagi Makhluk Ciptaan-Nya

(5) Bimbinglah kami ke jalan yang lurus (6) Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.

Bagian akhir teks pada mushaf diakhiri dengan surah An-Nas dan dilengkapi doa khatam Al-Qur’an. Qul a’ụżu birabbin-nās (1) Malikin-nās (2) Ilāhin-nās (3) Min syarril-waswāsil-khannās (4) Allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās (5) Minal-jinnati wan-nās (6)

Yang Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad) aku berlindung kepada Tuhan manusia (1) Raja manusia (2) Sembahan manusia (3) Dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi (4) Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia (5) Dari (golongan) jin dan manusia (6).

Du’a khatma alqurani. Sadaqallah hul-alziimm wa sadaqa rasululul kariim wa nahnu alaa’ dzhalika minaal syaahidiin. Wal-aqibatu lil muttaqiin. Wal-hamdulillahi rabbil a’lamiin. Sallallauhu alla’ sayyidina muhammadin wa-alihi ajmaiin’. Allahumma anfa’na warafa’na bil-qur’anil aziimi. Wa barakna bil aayati wa dzikril-hakimi. Wa taqabbal minna’ innaka anta sami’il al-alimi. Wa tub’ alayna innaka ‘anta al-tawaabu al-rahiimi wala-tu’ hidzna.

Doa khatmil Al-Qur’an: “Maha Benar Allah, Maha Tinggi dan Maha Agung dan pula Utusan-Nya, Rasulnya yang mulia telah menyampaikan dan kami atas hal itu termasuk orang-orang yang bersaksi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Baca Juga: Living Hadits: Tradisi Ziarah Kubur dalam Agama Islam

Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan sahabat semuanya. Wahai Allah! berilah kami manfaat, tinggikanlah derajat kami berkat Al Qur’an yang agung. Dan berkahilah kami dengan ayat-ayat dan peringatan yang penuh hikmah.

Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang dan janganlah Engkau hukum kami.

Melalui gambaran di atas, Syatri dan Yunani melansir bahwasannya mushaf Al-Qur’an Batusangkar memiliki beragam macam bentuk karakteristik yang menjadikan manuskrip ini berbeda dengan manuskrip yang lainnya, di antaranya mushaf ini memiliki bentuk dengan ukuran ukuran 24 x 16 x 4,5 cm meliputi bidang teksnya yang berukuran 18,5 x 10 cm.

Jenis mushaf ini diperkirakan memakai wolfpaper dengan permukaan kertas yang memiliki tekstur halus dan licin. Salinan pada mushaf ini tanpa watermark dengan memakai kertas Eropa. Jilid manuskrip tersebut masih menggunakan benang dan tidak terdapat cover sampul pada manuskrip.

Urutan surah dan ayat terkadang tidak sinkron karena banyak halaman yang terurai dari kertas yang dijilid, sehingga kondisi mushaf ini dapat dikatakan agak rusak tetapi masih bisa untuk dibaca.

Baca Juga: Pentingnya Kesadaran Religi pada Remaja Islam di Era Milenial

Al-Qur’an ini memiliki dua warna yaitu warna hitam dan merah, dengan klasifikasi tinta hitam sebagai penanda surah-surah Al-Qur’an dan tinta merah digunakan sebagai penanda awal juz serta nama keterangan pada surah.

Gaya tulisan pada mushaf ini menggunakan kaligrafi naski, rasm imla’i, dengan bentuk penyalinan yang mengikuti qiraat ‘Āṣim Riwayat Ḥafṣ. Menariknya naskah ini memiliki dua catatan yang menjelaskan bahwa manuskrip ini ditulis dalam bahasa Arab Melayu.

Dapat dilihat pada gambar 1 naskah tersebut terdapat catatan yang ditulis dengan Arab Melayu dan isi teks tersebut sebagai berikut: “Surat pusako dari Andung…sukunya Tanjung, Padang Bungo, Koto Dalam. Pariaman. Qur’an buatan tangan.”

Kemudian dalam gambar 2 terdapat catatan yang berisi: “Hadza kitabullah Ta’ala wa huwa mu’jizatun lin-nabiyyina Muhammad Shallallahu a’laihi wa sallam”. Dengan artian, “Ini merupakan kitab suci Allah Ta’ala yang merupakan mu’jizat yang diberikan kepada Muhammad SAW.”

Kemudian pada bagian akhir terdapat keterangan “Al-Qur’an ini pusaka dari Andung… Suku Tanjung, Padang Bungo, Koto Dalam, Tujuh Koto, Pariaman (Andung…)” yang mana tulisan tersebut ditulis ke dalam Arab Melayu. (Dok. Jonni Syatri dan Ahmad Yunani: Mushaf Nusantara Database of Southeast Asian Mushafs).

Penulis: Wresty Elsa
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Arab Universitas Al Azhar Indonesia

Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses