Mengapa seseorang memilih untuk menikah muda? Apakah menikah muda dapat dilakukan oleh setiap orang? Pertanyaan-pertanyaan ini kerap muncul di benak saya setiap kali melihat pernikahan yang di mana usia salah satu mempelai sangat muda atau kedua mempelai memiliki usia yang sama mudanya. Memang masih banyak anak muda Indonesia yang sadar bahwa menikah tidaklah ditentukan oleh usia tapi ditentukan oleh kesiapan masing-masing orang. Namun, tidak sedikit juga anak muda yang masih mengikuti pola pikir di mana di usia tertentu kita harus sudah menikah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa faktor utama munculnya pola pikir tersebut didapatkan dari lingkungan sekitar di mana kebanyakan masyarakat kita masih menekankan paradigma bahwa di usia tertentu kita harus sudah menikah. Ketika kita baru lulus SMA atau sarjana mungkin banyak dari kita (anak muda) yang mendapatkan pertanyaan “Kapan menikah?” Apa sebenarnya yang mendasari pertanyaan-pertanyaan tersebut? Dengan demikian, mari menelaah perspektif menikah muda.
Dasar Pemikiran Mayarakat
Menelaah perspektif masyarakat untuk menikah muda, masih berpikir bahwa menikah di usia yang matang akan sulit untuk memiliki anak. Padahal faktanya, para peneliti dari University of California menyatakan bahwa usia 35 tahun adalah masa paling optimal untuk memiliki bayi pertama. Para ibu ini memiliki harapan hidup lebih lama dan fungsi mental yang lebih baik ketimbang mereka yang memiliki anak di usia muda.
Kedua, dengan menikah muda maka seseorang telah menghindari pergaulan bebas dan perzinaan. Memang benar, menikah menghindari seseorang dari pergaulan bebas dan perzinaan. Namun, menjadikan alasan menikah untuk menghindari zina perlu di perhatikan kembali. Apakah alasan tersebut diikuti persiapan yang matang dan perencanaan yang baik? Seperti halnya finansial, Tuhan memang sudah mengatur rezeki orang yang menikah, namun persiapan finansial yang baik adalah bagian dari ikhtiar-ikhtiar kita untuk mencapai sesuatu yang baik dalam hal ini adalah menikah.
Faktor Penyebab Menikah Muda
Bukan hanya faktor cara pandang lingkungan masyarakat yang menyebabkan seseorang untuk menikah muda. Ada beberapa faktor lain seperti faktor ekonomi misalnya. Faktor yang satu ini memanglah masih menjadi faktor utama seseorang menikah muda. Banyak orang tua yang menginginkan anaknya untuk menikah muda agar dapat mengurangi beban tanggungan dan membantu perekonomian keluarga. Kebanyakan dari mereka berpikir bahwa dengan menikah maka tanggung jawab seorang anak (perempuan) akan jatuh kepada suaminya.
Faktor kedua adalah pendidikan, kurangnya pengetahuan orang tua tentang pendidikan kerap kali menyebabkan mereka bersikap pasrah untuk menyetujui anaknya berhenti sekolah. Anak yang berhenti sekolah cenderung memiliki sudut pandang yang sempit terhadap sesuatu. Mereka cenderung memilih menikah muda karena tidak ada lagi yang harus mereka lakukan selain bekerja dan menikah. Berbeda halnya dengan seseorang yang memilih untuk menempuh pendidikan strata 1 misalnya, mereka akan menghabiskan 3,5-4 tahun untuk menempuh pendidikan. Dalam hal ini mereka biasanya menunda untuk menikah karena kesibukannya di dunia perkuliahan.
Sudut Pandang Anak Muda
Banyak anak muda yang mengira bahwa pernikahan adalah jalan untuk menyelesaikan masalah hidup. Namun nyatanya, di dalam pernikahan akan lebih banyak lagi permasalahan yang harus di pertanggung jawabkan bersama dengan pasangan. Kesiapan untuk menikah bukanlah tergantung pada seberapa matang usia kita. Namun usia yang matang mempersiapkan kita untuk menjalani tangga kehidupan pernikahan. Pengalaman dan pengetahuan yang lebih banyak dalam menjalani hidup akan membantu kita untuk menjalani kehidupan pernikahan yang kompleks.
Tidak ada salahnya menggunakan waktu muda untuk mencari ilmu dan pengalaman yang sebanyak-banyaknya. Karena belum tentu hal tersebut kita bisa dapatkan setelah nanti kita menikah. Setiap tingkatan dalam hidup membutuhkan persiapan yang matang, dari mulai menentukan di mana akan melanjutkan sekolah/kuliah dan mengapa, di mana akan melamar pekerjaan dan mengapa, tentunya juga pernikahan.
Menentukan dengan siapa kita akan menghabiskan sisa hidup dan apa pertimbangan kita sehingga mengambil keputusan untuk menikah. Menikah muda adalah hal yang wajar saja. Banyak pernikahan di usia muda yang berhasil dan awet hingga saat ini. Namun seiring berjalannya waktu, ketika sosial media mulai meramban ke kehidupan manusia, kita tidak dapat menutupi kenyataan bahwa banyak pernikahan muda yang gagal. Berikut beberapa konsekuensi dari menikah muda.
Konsekuensi Menikah Muda
Orang-orang yang menikah di usia muda amat rentan pada permasalahan mental dan emosi yang labil. Seseorang yang terlalu muda untuk mengemban tanggung jawab rumah tangga, akan kesulitan beradaptasi dengan kehidupan rumah tangga. Nyatanya, pada usia muda kita sedang berproses untuk mengemban tanggung jawab pada diri kita sendiri. Dari menimba ilmu di sekolah, kuliah, dan pekerjaan kita belajar arti dan pentingnya sebuah tanggung jawab sebelum nantinya mengemban tanggung jawab sebagai suami/istri, menantu, dan sebagai orang tua.
Gunakanlah waktu muda untuk mengenali diri kita sendiri, berproses menjadi manusia dewasa, dan menggapai harapan kita. Karena sejatinya pernikahan bukanlah ajang lomba siapa yang lebih cepat. Namun, pernikahan adalah tantangan menjaga komitmen dan tanggung jawab seumur hidup. Seseorang yang menikah muda biasanya belum memiliki kesiapan mental dan perencanaan finansial yang matang. Bagaimana masyarakat menelaah dan memberi perspektif terhadap menikah muda bisa digantikan.
Nyatanya, selama pandemi korona ini, menurut juru bicara Pengadilan Agama Jakarta Selatan, 80% penyebab perceraian adalah karena faktor ekonomi. Melihat dari penyebab perceraian tersebut menjadikan alasan mengapa kesiapan mental dan finansial yang matang sangatlah penting dalam menjalani kehidupan pernikahan. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional, pernikahan dini memicu tingginya angka perceraian di Indonesia. Tentunya, hal ini bukan hanya merugikan bagi kedua belah pihak suami dan istri saja namun juga anak sebagai korban broken home.
Solusi Pemerintah
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memberikan terobosan baru kepada kalangan remaja dan anak-anak dengan melaunching web www.siapnikah.org yang bekerjasama dengan Rumah Perubahan. Aplikasi ini dapat diakses oleh siapa pun khusunya anak muda yang ingin mempersiapkan diri mereka untuk menikah. Website ini dibuat dalam konsep one stop solution yang menghadirkan berbagai konten yang relevan seperti mempersiapkan pernikahan, mempersiapkan diri untuk mengasuh anak, dll. “Harapan kami, website ini bisa menjadi rujukan bagi generasi muda untuk mempersiapkan diri sebelum masuk gerbang pernikahan, maupun bagi keluarga muda yang ingin belajar ilmu parenting. Misi utamanya, membangun keluarga berkualitas yang bercirikan tenteram, mandiri dan bahagia,” tutur Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dalam webinar “Pencegahan Perkawinan Anak”.
Saran Kepada Masyarakat
Banyak anak muda masih belum siap untuk menerima pertanyaan “Kapan menikah?” Jangan sampai seseorang menikah karena menghindari pertanyaan kapan menikah dari Anda. Akan lebih baik jika kita mendukung hal positif yang anak muda sedang lakukan. Seperti menyemangati mereka untuk mengejar cita-cita, menyemangati mereka yang sedang mencari pengalaman bekerja, memberikan masukkan positif apabila mereka sedang terjatuh, dan mendukung hal-hal positif lain yang sedang mereka lakukan. Tentunya hal ini akan berdampak baik pada perkembangan mereka kedepannya.
Farelia Octa Viola
Mahasiswa Sampoerna University
Editor: Diana Intan Pratiwi
Baca Juga:
Modernisasi dan Perpaduan Budaya dalam Adat Pernikahan Etnis Pesisir
Campaign Nikah Muda yang Meresahkan
Dampak Kajian Pra-Nikah, Bagi yang Belum Siap Nikah